Chapter 7

241 21 7
                                    

Mata berwarna hijau itu muncul dari kelopaknya setelah beberapa jam lalu tersembunyi. Gaara pemilik mata meneduhkan itu sedikit mengerang merasa sakit di daerah tengkuknya. Ia menegakkan tubuhnya dari sandaran sofa, jadi semalaman ia tidur dengan keadaan duduk dengan kepala menengadah?

Di sisi sofa yang berbeda, ia melihat Ino tengah tidur dengan meringkuk, matanya ia alihkan ke pergelangan tangan kirinya, pukul 7 pagi. Kemarin ia menghabiskan waktunya untuk menenangkan wanita yang tengah tertidur ini. Namun wanita itu tetap diam tak memberi jawaban atas semua suaranya.


Ponselnya bergetar, ada pesan masuk saat ia melihat siapa pengirimnya, yang muncul adalah pesan dari ibunya.

'Kau dimana Gaara-kun? Kau tidak pulang semalam, kau tidak lupa pesawatmu akan berangkat jam satu siang nanti kan?'

Itu adalah isi pesan dari sang ibu, mengingatkan sang putra. Setelah membacanya pria dengan surai merah itu menuliskan sebuah pesan balasan, bahwa ia akan pulang nanti, dan ada kemungkinan ia akan mengundur keberangkatannya.

Tidak mungkin Gaara meninggalkan Ino disaat kemarin ia telah mengungkapkan isi hatinya bahwa dia sanggup menjadi pelarian wanita itu. Benarkah ini yang ia inginkan, menjadi pelarian dari wanita yang ia cintai? Ia berjalan mendekat, berjongkok di sisi sofa Ino tidur. Mengusap surai pirang yang kini terlihat kusut.

Kenapa Gaara bisa terjebak dengan pesona wanita ini? Ia tak tau, bukankah di Jerman banyak wanita dengan rambut pirang dan mata biru? Tapi Gaara malah memilih seperti ini, meminta dicintai oleh wanita yang mungkin masih sangat mencintai mantan kekasihnya. Rumit.

Karena tidak mau menganggu wanita di depannya ini, ia berdiri. Menelpon sebuah nomer restaurant cepat saji yang ia tau, ia tau Ino belum makan seharian kemarin dan ditambah lagi wanita itu sedikit demam, namun menolak untuk ke dokter.

Tak membutuhkan waktu lama untuknya menunggu, pesanannya telah datang. Ia baru saja menata makanan-makanan itu di meja makan saat suara Ino mengalihkan pandangannya.

"Kau memasaknya?" Itu adalah pertanyan basa basi yang tidak memerlukan jawaban, sebab Gaara tau, wanita didepannya ini tau bahwa tidak mungkin ia memasak semua makanan ini.

"Duduklah!" Gaara lebih memilih kalimat itu daripada menjawab pertanyaan Ino.

Sedangkan Ino hanya diam, sampai suara perutnya menjawab dan itu membuat Gaara tersenyum.

"Kau akan sakit kalau seperti ini terus. Kau mau berlibur?" kalimatnya itu membuat mata biru laut yang sedari tadi menunduk menatapnya.

"Berlibur?" Ino membeo.

"Aku akan ke Jerman kau mau ikut?"

"Jerman?" Ia mengulangi kalimat pria didepannya sekali lagi.

Dan Gaara mengangguk lalu mendudukan dirinya di kursi meja makan.

"Kau akan pergi? Sampai kapan?" Kenapa pria ini ingin pergi setelah kemarin ia bilang akan membantunya melupakan Sasuke? Apa Gaara hanya berbohong ketika mengatakannya?

"Ada urusan yang harus aku selesaikan disana."

Setelah mendengar penjelasan dari Gaara, Ino kembali terdiam, Gaara mengajaknya berlibur ke Jerman, apa yang harus ia lakukan? Ikut pemuda ini atau tetap disini seperti ini?

Sentuhan Gaara pada tangannya, menyadarkan Ino dari lamunan.

Mata Hijau itu memandangnya dengan lekat.

"Ada hal lain yang lebih indah dari pada menyiksa dirimu seperti ini." Entah dari mana datangnya kata-kata bijak yang baru saja ia ucapkan itu, Gaara tidak mengerti ia hanya ingin Ino tersenyum tidak seperti ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BertahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang