BAG 3

11 2 0
                                    

Hai ketemu lagi nih sama aku :)

"Aaaaaaaaargh!!!!" teriak Adimas saat membuka matanya. Bagaimana tidak teriak kalau kini diatas tubuhnya ada sosok gadis yang kemarin membuatnya pingsan didepan pintu. Iya, kemarin Adimas pingsan karena saking kagetnya.

--Dan sekarang gadis itu entah bagaimana ceritanya, bisa masuk kedalam kamarnya padahal setiap kali Adimas akan tidur ia tidak akan  lupa untuk mengunci pintunya.

"Kok lo bisa masuk ke kamar gue?!" tanya Adimas bingung, tapi yang ditanya hanya tersenyum nggak jelas padanya, membuat kerutan didahi Adimas semakin mengerut dalam.

Tapi detik berikutnya kerutan didahinya langsung lenyap digantikan dengan mata yang membelalak lebar ketika gadis itu dengan beraninya duduk diatas perutnya dengan tampang santuy, "Lo-- lo kenapa duduk disitu bego?! Minggir nggak lo!"

Lagi-lagi gadis itu hanya tersenyum menanggapi, senyum yang terlihat menyebalkan dimata Adimas.

"Minggir nggak lo!!"

Gadis itu buru-buru menggelengkan kepalanya sambil melebarkan senyum dibibirnya.

"Minggir atau....atau gue lempar lo sekarang juga!" ancam Adimas.

Percayalah jika Adimas itu tipe cowok yang hanya berani mengancam tapi tidak berani melakukannya jika lawannya adalah cewek. Ia hanya berharap gadis itu ketakutan dan minggir teratur dari atas perutnya. Tapi memang kadang ekspetasi tak seperti realita, bukannya takut dan minggir gadis itu justru---

"Lempar aja kalo bisa wlekkk...." katanya menantang sambil menjulurkan lidahnya.

"Lo nggak takut?"

"Ngapain gue harus takut coba? dilempar doang--toh lo nggak bakalan bisa ngelempar gue." katanya lalu tertawa terbahak-bahak sampai Adimas dibuat bingung, bagian mana yang terdengar lucu.

"Kenapa gue nggak bisa?! Tubuh lo kaya kapas gini, ck."

"Ya mangkanya coba aja lo lempar gue kalo bisa," katanya sambil tersenyum kecut setelah beberapa menit lalu hanya diam. "Gue tau kok, kalo lo itu tipe cowo nggak tegaan."

"Sialan nggak mempan!" batinnya, sebelum akhirnya Adimas tersenyum miring setelah mendapat pencerahan.

"Gue cowok loh kalo lo lupa." katanya sambil tertawa jenaka.

"Ya terus?"

"Lo bego apa gimana?! Gue cowok."

"Apaan sih, ya terus kenapa kalo lo cowok? nggak lo kasih tau gue juga udah tau kali kalo lo cowok, mana ngatain bego lagi."

"Bego beneran nih?"

"Yaallah maafkan hamba," batin Adimas berulang sebelum akhirnya ia menjatuhkan tatapannya kearah gun---

<<>>

Mendengar teriakan dari lantai atas, Bi Inem langsung melesat ke TKP. Begitu sampai di lantai atas dimana teriakan berasal, Bi Inem langsung menggedor-nggedor pintu kamar majikannya dengan satu tangan yang masih memegang pisau.

Sudah berulang kali Bi Inem menggedor pintu, tapi hasilnya NIHIL! Tidak ada sahutan dari dalam. Bi Inem masih berusaha, dengan cara meneriaki nama majikannya, tapi tetap saja tidak ada sahutan dari dalam.

Cara terakhir.... Bi Inem mencoba membuka knop pintu, barang kali tidak dikunci. Dan benar saja, begitu knop ditarik...ternyata pintu itu tidak dikunci.

"Lahh ndak dikunci toh, tiwasan aku bengak-bengok ngoyot, nggedor-nggedor lawang." keluhnya dengan logat jawa.

"Aden kenapa toh? Kok teriak-teri...ak" teriakan menggelegar Bi Inem seketika berubah menjadi gumaman.

Adimas langsung diam dan menatap pintu tepat Bi Inem berdiri. Wajahnya langsung pucat pasi, ia melirik lagi pada gadis itu, tapi ternyata Adimas baru menyadari bahwa gadis itu sudah pergi.... Mungkin, gadis itu pergi bersamaan dengan Bi Inem yang membuka pintu tadi. Tapi kenapa tadi ia tidak merasakan pergerakannya sama sekali?

Tapi, biar bagaimanapun juga Adimas langsung bisa bernafas lega. Sebenarnya masih banyak lagi kata tapi yang terlintas dibenaknya hingga sesuatu menyadarkan dirinya, sesuatu yang membuat pikirannya otomatis teralihkan.

"Terimakasih yaallah. Gue nggak jadi dosa," syukurnya dalam hati.

Adimas menatap Bi Inem yang masih setia diambang pintu, ia mengangkat sebelah alisnya tidak mengerti kenapa Bi Inem masih berdiri disana.

"Nggak apa-apa bi, tadi cuma ada kecoa terbang." katanya. Setelah mengingat pertanyaan yang dilontarkan pembantunya
beberapa menit yang lalu.

"...."

"Bi? Bibi ngapain malah ngalamun disitu?!" tegur Adimas saat melihat pembantunya malah melamun diambang pintu.

"...."

Geram. "Bi? Bibi ngapain sih masih disitu? Saya mau mandi ini."

"Seger euyyy," seru Bi Inem.

Adimas mengerutkan kening bingung. "Hah? Seger? A..apanya yang seger bi?"

"Eh--anu den, it...itu soto punya Mang Ujang seger bener." katanya sambil menggaruk cekuk lehernya yang tidak gatal.

Padahal....Jika kalian ingin know, nyatanya bukan soto Mang Ujang yang seger, tapi pemandangan indah dipagi hari begini. Dapat melihat roti sobek milik majikannya secara live, wkwkwk.

Mengingat status perawan tua yang Bi Inem sandang, jadi wajarlah jika begitu. Dimaklumin aja ya pemirsa, wkwkwk.

Kurang ajar dan nggak pantes sih! Tapi ya gimana yaa? Kalo nggak diliat sayang jugakan? Walaupun Bi Inem juga masuk kategori orang polos, tapi kalau soal begituan dia tetap barisan terdepan.

Adimas yang asal percaya-percaya saja atas ucapan pembantunya itu hanya mengangguk-anggukan kepalanya, "Yakin sotonya? Bukan Mang Ujangnya kan bi?" godanya sambil cengingisan kegelian.

"Eh, si aden....Ya sotonya to yo, mosok Mang Ujang e. Bibi itu ndak doyan kalo disanding-sandingin sama spesies macem Mang Ujang den,"

Adimas mecebik ucapan Bi Inem, "Padahal Bibi cocok loh sama Mang Ujang. Mang ujang kan juga belum punya istri bi." ucapnya sambil terkekeh. Membuat bibir pembantunya itu ngedumel tanpa sadar,

"Yaudah deh saya mau mandi dulu, siapin susu cokelat aja ya bi..." katanya mencoba mengakhiri obrolan random tadi, karena waktu juga terus berjalan.

"Tumben susu cokelat den?" heran Bi Inem. Karena setaunya.... Majikannya itu lebih suka jika dibuatkan susu putih, daripada susu cokelat.

"Nggak papa, lagi pengen yang cokelat aja."

"Hla kok malah koyo lagu to den?" Adimas yang tidak mengerti maksud pembantunya hanya mengangkat sebelah alisnya.

Mengerti jika majikannya bingung, langsung saja Bi Inem menjelaskan maksudnya tadi. "Itu loh den...Lagunya mbak sibad, yang--" Bi Inem berdehem sejenak, sebelum akhirnya..."Lagi pengen di manjahh... Lagi pingin dimanjah...Pengen berduaan dengan Mang Ujang sayang...eh?!" mengerti ketypoannya Bi Inem langsung salah tingkah menatap majikannya yang semakin tidak mengerti dengan kelakuan pembantunya yang seperti anak abg yang sedang dilanda asmara.

Kalau dipikir-pikir lagi...Emang hubungannya pengen susu cokelat sama pengen dimanja apa coba? Aneh--eh nggak, Gila maksudnya. Wkwkwk.

"Bibi buruan keluar gih, saya mau mandi...."

****














⭐⭐⭐

Next capt ⤵⤵➡➡👏👏

Maaf kalau feelnya belum bisa dapet! Tapi ini  udah aku usahain kok :)

16 Desember 2018❤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BAD ROMANCE?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang