07. Sebatas Teman

71 12 44
                                    

Pict. By Pinterest.

Sadarlah, cukup percayai dirimu sendiri jika perlu.

Sadarlah, cukup percayai dirimu sendiri jika perlu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Author Pov.

Gadis itu meringkuk di atas lantai yang bahkan telah usang ditanami rerumputan liar. Dadanya sakit, jadi ia hanya diam saja.

Luka lebam di tepian bibir mungil itu sangat jelas, bahkan terkoyak. Tas miliknya yang sangat lucu, isinya sudah berhamburan kemana-mana. Kini, punggungnya terasa sangat panas dan berkeringat.

Seorang pria mendekati gadis itu dengan ragu-ragu.

Pria itu tampak kaget dan berusaha mendudukkan si gadis yang air matanya sudah lolos terjun sejak awal.

"L-lo kenapa?" tanya si pria dengan rambut kecoklatan, dia Hanse.

Diam, yang diberi pertanyaan tidak menjawab sama sekali.

Baru saja beberapa saat Hanse bertanya, seorang pria lain datang dengan terengah-engah mengatur nafas agar stabil.

Seungwoo menitik fokuskan pandangan pada gadis yang menyembunyikan wajahnya pada perpotongan kakinya.

Gadis itu sangat berantakan, hanya mengenakan kaos kaki tanpa sepatu, dan luka lebam dimana-mana.

"LO APAIN ANJING!!" teriak Seungwoo nyaring didepan wajah Hanse, tangannya menarik kerah baju si rambut kecoklatan dengan kasar.

"GILA LO," balas Hanse dengan tatapan penuh keterkejutan, sembari mendorong tubuh Seungwoo dengan kasar.

Seungwoo yang tak goyah sama sekali malah semakin marah. Guratan garis wajahnya semakin jelas, dan warna merah padam menyelimuti wajahnya. Tatapan Seungwoo yang penuh emosi dan menusuk mematikan, seakan membuat dunia beserta isinya akan sekejap hancur ditangan pria itu.

Sukses satu tinjuan mendarat pada pipi Hanse, membuat pria itu tersungkur.

"ANJING." Lagi umpatan Seungwoo berkilah ria, memaki Hanse.

Senja dengan keterkejutannya menatap Seungwoo tak percaya, mengapa kakak tingkatnya itu sangat marah pada temannya sendiri.

Hanse berusaha berdiri menyeimbangkan tubuhnya, malas memperpanjang masalah atau membalas balik pukulan yang baru saja diterimanya. Dia tahu, Seungwoo tidak akan pernah mau mendengarkan orang yang di matanya salah dalam keadaan emosi seperti itu.

"Tanya sendiri ke anaknya, gue aja baru datang, tolol," maki Hanse dengan ucapan yang masih stabil, tidak tersurut emosi.

Seperti menulikan telinga, Seungwoo berjalan mendekati Senja yang masih menatapnya dengan penuh tanda tanya.

"Sakit?" tanya Seungwoo pelan. Jika dulu pertanyaan itu hanya untuk meremehkan Senja, berbeda dengan yang sekarang, kata itu bentuk dari kekhawatiran Seungwoo.

SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang