Ruefulness

108 14 1
                                    

After Class
"Edro, bisa tungguin sebentar nggak?" Milka memanggil si sangar yang sudah tergopoh-gopoh bersiap untuk latihan band.

"Ck. Ada apa? Gue buru-buru nih." Sahut Edro. Milka tolah toleh melihat sekelilingnya.

"Tunggu.. bentar aja ya. Pliiisss." Tatapan memohon itu membuat Edro berdecak dan terpaksa diam di tempat walaupun dua rekannya mengajaknya pergi.

Akhirnya Milka perlahan mendekat saat ruangan benar-benar kosong.
"Ini.. buat kamu." Gadis itu menyodorkan sebuah paper bag ukuran sedang pada Edro.

"Apa nih?" Edro tak langsung menerimanya.

"Selimut." Ucapnya dengan senyum di bibir.
"Sebulan ini aku belajar merajut. Karena kalo malem dingin banget aku pikir enak bikin gini aja. Ini hasil pertamaku loh." Milka meletakkan tas itu di meja Edro dan mengeluarkan isinya. Sehelai selimut yang lumayan lebar dengan bahan wol merino ukuran sedang berwarna abu-abu gelap yang terajut dengan rapi.

"Lo..." Edro memandang sinis. "Mau usaha dengan cara gini? Sorry, Mil. Gue gak mempan disuap."

Sunggingan manis di wajah Milka tak berubah.
"Hmm.. Bukan kok. Nanti juga aku kasih ke Chelsea, Allo, Boem.. Lexy juga.. Kak Deo juga pastinya. Tapi karena memang Edro yang spesial jadi aku kasih pertama. Hehe.." Milka menjeda sejenak. "Anggap aja ini tester. Siap tahu ntar kalo lulus aku jadi usaha beginian, kan kamu udah tahu kualitas jualanku." Terang gadis itu sambil sibuk melipat hasil karyanya dan kembali menyimpannya di paper bag. Dia kemudian meraih telapak tangan Edro dan mencantelkan tali tas itu di tangan si pemuda.
"Terima aja ya." Milka tersenyum kembali.

Edro tertegun mendengar perkataan Milka, lalu melihat paper bag yang sudah ada di tangannya.
"...Thanks." Ucapnya datar. "Gue.. pergi dulu."

Sambil berjalan menuju ruang klub musik, Edro terus melamun. Setelah menerima pemberian dari Milka justru yang terbayang di benaknya adalah Amanda. Sesekali dia melirik tas yang ada di genggamannya.
"Ah sial. Nenek sihir itu terus terusan ngejar gue, padahal gue gak kasih harapan sama sekali. Bisa-bisanya dia tetep senyum setelah gue sinisin. Ganggu banget sumpah." Edro uring-uringan. "Dan Amanda..., jelas-jelas udah punya pacar. Gue udah gak pingin berharap, tapi apa maksudnya datang dan bilang mau ketemu gue? Dan lagi senyuman itu.." Edro mengacak-acak rambutnya sendiri. "Mungkin gue udah bener-bener gila." Edro terus berbicara dengan dirinya sendiri, berusaha menyaring segala emosi yang ada. Berusaha memahami kenapa dia tak bisa berhenti memikirkan Amanda, dan bagaimana cara menghentikan Milka yang terus mendekatinya.

"Edro. Woey EDROOO..." Lamunan Edro terhenti saat mendengar suara yang dia kenal. Langkahnya ikut terhenti.

"Mau ngapain ke sana? Kamu lupa ruangan kita?" Terlihat kepala Allo muncul dari pintu menengok ke arah Edro dengan pandangan terheran-heran.

"Aaa..." Bibir Edro terbuka tapi tak tahu harus bicara apa. Malu, Edro menutupi separuh wajah dengan tangan kirinya lalu segera berbalik.

"Ngelamun apaan sih? Kok wajahmu bersungut-sungut gitu? Dipanggil sampe gak denger. Lupa ruangan sendiri lagi." Allo bertanya lagi.

"Diem lo lambe turah." Edro menoyor lengan Allo, lalu melewatinya begitu saja.

"Kamu bawa apa tuh Dro?" Lagi-lagi sambil mengekor di belakang Edro, Allo bertanya saat melihat paper bag di tangannya.

"Bukan apa-apaaaa. Duh. Nanya sekali lagi, gue rontokin gigi lo!" Sahut Edro kesal.

"Oo...ke..." Allo bergidik melihat respon rekannya. Dia berganti menatap Boem. "Dia kenapa sih? Tadi baik-baik aja deh kayanya." Bisik Allo. Boem menggeleng sambil mengangkat kedua pundaknya tanda tak tahu.

Friends - Line Webtoon Fanfiction (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang