Yearn

57 8 0
                                    

Ruang Klub Musik

Hari ini adalah pertemuan pertama bagi para anggota baru dari kelas 1 di klub musik. Ada 16 orang dengan berbagai kemampuan bermusik di sana. Mereka duduk lesehan melingkar di tengah ruangan bersama senior mereka, Allo, Lexy, Boem, dan Edro. Sambil menunggu pembimbing mereka datang, mereka melakukan perkenalkan tak resmi.

"Siang adik-adik semua. Pertama saya ucapkan selamat datang dan bergabung di klub musik. Perkenalkan nama sama Frallo Satyaragha, panggil aja Allo. Saya ketua klub ini. Dan yang di sebelah kiri saya ini, yang kemarin mengurus registrasi data kalian adalah wakil saya." Allo menoleh pada Boem, memberi isyarat untuk memperkenalkan diri.

"A... Na-nama saya Bumi Emil Putra, biasa dipanggil Boem." Ucap pemuda tambun itu dengan ragu. Berbicara di depan umum memang hal yang masih menakutkan baginya.

"Hihihi.. gendut kaya babi." Celetuk seorang siswa di sana. Walau lirih, suasana saat itu yang begitu hening dan keadaan mereka yang sedang duduk melingkar membuat hampir semua orang bisa mendengarnya. Boem kelu mendengar kalimat itu.

"Sialan.." Edro menggeram lirih, meradang mendengar bullyan yang dilontarkan anak baru itu pada rekannya. Sang ketua sontak menumpukan tangan pada pundaknya.

Allo menatap datar pada pemilik suara itu. "Siapa nama kamu, dek?"

"Natan, kak." Ucap anak itu dengan santai.

"Kamu tau harus ngapain kan, Natan?"

"Ah elah, becanda doang." Seloroh Natan sambil tertawa remeh.

"Nat, kalau yang kamu ucapkan itu menjelekkan orang, apa lagi yang gak akrab sama kamu, itu sudah bukan candaan tapi penghinaan." Kali ini tatapan Allo berubah serius.
"Gimana kalau saya jawab, lebih baik badan kaya babi tapi punya nurani, dari pada badan kaya manusia tapi otak kaya babi?" Ucap Allo dengan nada santai, menyorot juniornya yang kurang ajar itu. Tak ada senyuman yang ia tunjukkan di awal pertemuan, hanya wajah datar. Orang yang dituju menunduk canggung. Sementara Boem menatap kaget. Tak menyangka kalimat frontal itu akan keluar dari mulut sahabatnya. Sedangkan Edro dan Lexy menyorot penuh kepuasan, seolah ingin bilang 'Bagus, Allo. Hajar anak itu.'
Ya... Walau di hadapan teman-temannya Allo hampir tidak pernah marah, seorang ketua sesekali harus terlihat garang kan...

"Udah minta maaf aja.." Bisik orang yang duduk di samping kanan Natan sambil menyikut anak itu beberapa kali.

"...Maaf, kak." Ucap Natan pada akhirnya.

Tatapan Allopun melembut. "Gimana, Boem? Dimaafin gak nih?"

"Eh... I-iya. Dimaafin, kok."

Allopun kembali tersenyum lalu memutar pandangannya pada yang lain. "Oke. Kalian semua harus tau., Kalian gak perlu memperlakukan kami seperti bos, senior atau apapun semacam itu. Di sini kita sama-sama murid dan rekan. Yang perlu saya tekankan, tolong hargai satu sama lain karena kita semua sama, manusia. Saya harap kita bisa saling mendukung demi kemajuan klub ini."

Selanjutnya, Allo menjelaskan berbagai peraturan yang ada sampai pembimbing mereka datang dan memperkenalkan diri.

"Anak-anak, kita langsung saja saya ingin menjelaskan kalau klub ini membutuhkan pemain keyboard. Memang di profil gak ada yang menulis subjek itu. Tapi apa dari kalian ada yang bisa biarpun sedikit?" Tanya Pak Enggas sembari mengedarkan pandangan pada murid-murid barunya. Tidak ada jawaban.

"Oke. Kalau gitu.. apa dari kalian ada yang minat dengan alat musik ini?" Guru itu masih bertanya dengan tenang. Masih tidak ada jawaban. Semua anak itu justru menunduk dalam. "Oke. Kalau gak ada yang minat, saya akan melakukan tes." Ucapan itu membuat semua anak menatap cemas.
"Hahaha... Chill out guys.. Ini klub musik, bukan klub matematika." Pak Enggas kemudian menoleh pada Allo. "Al, bantu bapak sini." Ujarnya sambil bergegas mengambil sebuah keyboard yang masih terbungkus tas berdebu, tertata rapi di atas standnya di pojok ruangan. Alat musik yang hampir tak tersentuh. Allo membantu gurunya mengusung alat musik itu ke tengah ruangan, menyambungkannya dengan backsound dan listrik.

Friends - Line Webtoon Fanfiction (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang