"Hai Rey, aku sudah baik-baik saja sekarang.
Kamu lihat konser kami kemarin?
Panggungnya besar banget kan? Aku sampai capek loh lari-lari terus. Tapi aku seneng banget.
Akhirnya mimpi kami terwujud.
Dan akhirnya.. Aku bisa memenuhi janjiku sama kamu.
Istirahat yang tenang ya, Rey.. Sampai kita ketemu lagi, di surga."Pria jangkung itu meletakkan karangan bunga mawar putih di atas gundukan tanah yang telah tertutup rumput sepenuhnya. Seulas senyum mengembang di bibirnya, mengiringi langkahnya keluar dari area pemakaman. Tiba di lapangan parkir, pria itu masuk dan menyalakan Peugeot 3008 marunnya, lalu dilajukan dengan kecepatan rata-rata.
Sembari memegang kemudi, tangan kirinya mengeluarkan smartphone dari saku celana. Ada tiga missed call terpampang di layar. Ia tersenyum lalu menekan tombol call.
"Halo.."
"Allo, kamu di mana? Udah mau mulai loh. Lexy ngomel terus nih dari tadi gara-gara kamu lama," cicit suara di seberang sana.
"Hehe... Sabar Chel, udah jalan kok. 10 menitan lagi sampai. Mudah-mudahan gak macet."
"Hmmmh. Ya udah ati-ati, sayang,"
"Siap, Nyonya," pria itu menutup teleponnya dengan senyum mengembang.
SUV marun itu tiba di lobby sebuah hotel mewah 10 menit kemudian. Tampak beberapa orang dengan pakaian seragam terima tamu, termasuk Deo, kakak Milka dan istrinya berjajar di luar pintu masuk yang penuh dengan hiasan serba rustic. Ia bergegas setelah memarkir mobilnya.
"Allo! Kebiasaan lo molor mulu. Sini cepet!" Edro yang telah siap dengan beskap hijau ala Jawa Timur dengan belangkon dan kain batik senada yang terlilit menutupi bagian atas celana hijaunya segera menggelandang Allo ke salah satu kamar hotel di lantai 2.
"Sabar, Bosss jangan lari-lari. Ntar kain kamu melorot," ucap Allo sambil tertawa kecil.
"Bacod,"
Beberapa menit kemudian mereka sampai di kamar 275. Ruangan yang disewa khusus untuk tempat rias dan berganti pakaian laki-laki keluarga mempelai. Tatapan penuh intimidasi dari Lexy adalah hal pertama yang menyambut Allo.
"Lama!" Geram pemuda pirang.
"Heheheee... Maaf, Paduka. Tadi ada urusan bentar.."
"Gak bisa ditunda besok gitu urusannya? Dasar. Udah cepetan."
Seorang ibu perias segera menyerahkan stelan beskap dan celana untuk dikenakan Allo. Kemudian ia memasangkan kain dengan telaten. Dalam sekejap, semua laki-laki pendamping mempelai pria telah siap.
"10 menit lagi. Buruan," Lexy menggiring Edro, Izzy, dan Allo yang telah berpakaian seragam keluar dari kamar.
Tinggal mempelai pria yang masih berdiri dengan raut muka serius, menunggu perias memasangkan aksesoris di dada beskapnya. Tak lama kemudian, mempelai itu telah siap dan keluar dari kamar, menyusul teman temannya yang telah menunggu.
"Boem! Wah... Ganteng banget sumpah," seru Allo sambil menepuk pundak sahabatnya.
Yang diajak bicara hanya tersenyum kaku. Titik-titik keringat membasahi keningnya.
"Gimana? Udah hafal kata-katanya kan? Jangan gugup. Ntar jadi seperangkat alat sekolah," goda Edro.
Dan lagi, Boem hanya tersenyum. Kali ini sambil menggaruk tengkuknya.
Ini adalah hari pernikahan Bumi Emil Putra. Pemuda tambun yang sudah menjelma menjadi seorang pria bertubuh kekar dan atletis. Di usianya yang ke 29, ia akhirnya menikah dengan seorang gadis yang ia kagumi sejak lama. Cinta pertama dan terakhirnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Friends - Line Webtoon Fanfiction (End)
Fiksi PenggemarFanfiction dari Line Webtoon FRIENDS karya @leaf19. Lika-liku kehidupan remaja SMA dalam bermusik dan mengejar cita-cita yang dibumbui drama dan sedikit romansa. Eeeakkk... Disclaimer : Webtoon asli karya @leaf19, saya hanya meminjam karakter.