HARI KE-15

2.6K 31 13
                                    

Menjelang pertempuran hari ke 15, Guru Drona akan melanggar sumpahnya untuk tidak lagi membela Duryudhana. Namun putranya, yakni Aswatama tidak mau mengikuti ajakan Ayahnya. Tapi saat dia mau melangkahkan kakinya, Duryudhana dan Sangkuni datang. Mereka mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan dan menuduh Gurunya sebagai penyebab dari kegagalan perang tersebut sehingga mereka tidak dapat memenangkan perang melawan Pandawa.

Aswatama merasa sakit hati, dan lebih memilih tinggal bersama sahabatnya Duryudhana daripada ikut dengan Ayahnya meninggalkan perang.
Yang membuat Guru Drona semakin tidak bisa melangkah adalah saat putranya rela bunuh diri jikalau Ayahnya sebelum matahari tenggelam tidak berhasil membunuh murid kesayangannya Arjuna.

Guru Drona yang hidup dengan kebenaran terpaksa meninggalkannya demi anakya. Dia berkata bahwa anaknya sebagai kelemahan dalam dirinya. Guru Drona pun bersumpah siapapun kesatria di depannya akan dihabisinya dalam perang.

Sementara itu di kemah balatentara Pandawa, Raja Drupada mengatakan bahwa hari ke 15 ini adalah hari kematian Guru Drona.

Pada hari sebelumnya, Gatotkaca sudah menghancurkan beberapa divisi pasukan Kurawa sehingga kekuatan antara Pandawa dan Kurawa sekarang sudah seimbang.

Destradyumna diperintahkan oleh ayahnya untuk bersamanya dalam membunuh Guru Drona.

Pada awal pertempuran, Bima mencoba menyerang Guru Drona. Guru Dronapun kembali mengucapkan sumpahnya agar siapa pun yang mencoba melukai anak-anak Destrasta akan dihabisi.

Saat Drona mencoba melepaskan anak panahnya pada Bima, Raja Drupada datang menghadang senjata itu. Destradyumna sendiri juga tidak bisa menahan serangan dari Drona.

Kini kedua orang yang memiliki satu guru yang sama bertarung. Raja Drupada dan Guru Drona. Tapi Drupada berhasil dikalahkan oleh sahabatnya itu dan meninggal seketika.

Guru drona sulit dikalahkan oleh pihak Pandawa, karena kesaktiannya yang sangat tangguh. Sehingga membuat para pandawa menjadi kuwalahan.
Krisna berkata bahwa Raja Drupada tidak berhasil membunuh Drona, tapi dipastikan Pangeran Destradyumna dapat membunuhnya.

Krisna yang merupakan penasehat Pandawa menyarankan agar membuat skenario untuk membunuh guru Drona dengan tipu muslihat. Menurut Kresna, Guru Drona akan menyerah apabila Aswatama, putranya gugur dalam perang tersebut. Walaupun Aswatama tidak benar-benar gugur, namun kabar berita tentang kematian Aswatama sudah cukup membuat guru Drona melemah.
Ide tersebut ditentang keras oleh Yudistira yang terkenal dengan sifat jujurnya.

Akhirnya setelah melalui berbagai pertimbangan, sebuah skenario mengelabui guru Drona akhirnya dilakukan juga.

Pada awalnya, Bima membunuh seekor gajah bernama Aswatama, dan berteriak dengan keras bahwa Aswatama gugur. Dan kemudian kabar tersebut tersebar kesemua orang (saat perang baratayuda berlangsung) bahwa Aswatama sudah tewas.

Krisna sengaja menyuruh Yudhistira untuk menyampaikan kabar atas kematian Aswatama pada Guru Drona. Drona mendekati Yudistira untuk mencari kepastian tentang kematian putranya.

Yudistira berkata :
"Ashwathama Hatha Kunjara", namun dua kata terakhir "Hatha Kunjara" yang menerangkan bahwa seekor gajah telah mati, tidak terdengar karena kegaduhan bunyi genderang dan terompet atas perintah Kresna
(versi yang berbeda menyebutkan bahwa Yudistira melafalkan kata-kata terakhir tersebut dengan sangat pelan sehingga Drona tidak mendengar kata "gajah").

Mendengar kabar anaknya sudah tewas, maka guru Drona menjadi lemas dan tak berdaya. Sehingga akhirnya ia menyerahkan diri kepada para Pandawa. Guru Drona akhirnya melepaskan semua baju besinya, baju yang dibuat dari semua pahala yang dikumpulkannya dan membuang senjata yang dipegangnya.

Melihat kesempatan tersebut, Drestayumna yang merupakan kakak Drupadi memanfaatkan untuk membunuh guru Drona dengan cara memenggal kepalanya. Sehingga seketika itu pula guru Drona tewas ditangan Drestadyumna. Drestadyumna akhirnya dapat membalaskan dendam ayahnya sekaligus melaksanakan sumpahnya.

Setelah perang di hari itu berakhir, Kunti (ibu para Pandawa) secara rahasia pergi menemui Karna, putra yang dibuangnya, dan memintanya untuk mengampuni nyawa para Pandawa, karena mereka adalah adiknya. Karna berjanji pada Kunti bahwa ia akan mengampuni nyawa para Pandawa, kecuali Arjuna.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 07, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BATARAYUDHA DI KURUHSETRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang