HARI KE-3

1.1K 27 0
                                    

Ketika fajar hari ketiga perang Bharatayudha menyingsing, Duryudhana tidak bisa lagi menahan kekesalannya pada Bisma, terutama karena kekalahan Kurawa sehari sebelumnya. Duryudhana naik pitam dan amarahnya ditumpahkannya kepada kesatria tua itu. Katanya, ia tahu Bisma sengaja membiarkan balatentara Kurawa kalah dan dipermalukan karena mundur dan lari tunggang langgang meninggalkan medan perang.

Duryudhana juga menuduh Bisma sengaja bertindak demi keuntungan Pandawa. Dia berkata :

"Kenapa engkau tidak berterus terang bahwa engkau lebih mencintai Pandawa? Bukankah Satyaki dan Dristadyumna adalah teman-teman karibmu? Jika kau memang mau, kau pasti bisa menaklukkan mereka dengan mudah. Seharusnya kau berterus terang, hingga kekalahan kemarin tidak terjadi."

Bisma sudah bosan mendengar keluh kesah dan omelan.Duryudhana. Dengan tenang ia menjawab bahwa sejak semula ia tidak setuju mereka berperang.Katanya kepada Duryodhana:

"Engkaulah yang menolak nasihatku. Engkau juga yang menginginkan perang. Aku sudah berusaha menghindarkan.peperangan ini. Tetapi aku gagal. Sekarang, aku laksanakan kewajibanku dengan sekuat tenaga. Bagiku, ini tugas mulia dan kulakukan ini dengan seluruh jiwaku meskipun aku sudah tua".

Setelah berkata demikian, Bisma mengatur bala tentaranya dalam formasi burung.

Bisma memberi instruksi pada pasukan kurawa dengan dirinya sendiri sebagai panglima berada di garis depan sementara tentara Duryudhana melindungi barisan belakang. Bisma ingin agar tidak terjadi kegagalan lagi.

Ia sendiri berdiri paling depan, di ujung paruh. Duryudhana berada di belakang, sebagai kekuatan pada ekor. Segala sesuatu diatur rapi agar kekalahan besar yang terjadi pada hari kedua tidak terulang.

Pandawa tidak ketinggalan. Dengan cermat mereka memperhitungkan kemenangan dihari kedua agar pada hari ketiga bisa menang lagi. Dristadyumna dan Dhananjaya mengatur pasukan mereka dalam formasi bulan sabit untuk menghadapi formasi burung yang digelar pasukan Kurawa.

Diujung kanan formasi bulan sabit berdiri Bima, diujung kiri berdiri Arjuna. Masing-masing memimpin sepasukan balatentara yang tangguh.

Pertempuran hari ketiga berlangsung sengit. Kedua pihak sama-sama kuat. Pasukan Kurawa menitikberatkan penyerangannya kepada Arjuna.

Anak panah berlesatan di udara bagaikan hujan di siang yang cerah. Pasukan berkuda dan penunggang gajah saling menerjang dengan dahsyat. Hentakan kaki-kaki binatang itu membuat debu beterbangan membubung ke angkasa. Mula-mula ujung kiri bulan sabit maju dipimpin Arjuna. Mereka melancarkan gempuran-gempuran hebat. Arjuna maju di bawah hujan anak panah dan tombak. Tetapi, semua bisa ditangkisnya dengan busurnya yang termasyhur kesaktiannya. Pasukan Kurawa yang dipimpin Sangkuni berhadapan dengan pasukan Pandawa yang dipimpin Satyaki dan Abhimanyu.

Sangkuni berhasil menghancurkan kereta Satyaki. Kesatria itu terpaksa melompat ke kereta Abhimanyu dan bersama-sama mereka membalas menyerang pasukan Sangkuni. Hanya dalam waktu singkat, kedua kesatria itu berhasil memporak porandakan seluruh pasukan Sangkuni.

Drona dan Bisma bersama-sama menyerang Dharmaputra yang dibantu Nakula dan Sahdewa. Di ujung kanan bulan sabit, Bima dan anaknya, Gatotkaca, bersama-sama menggempur Duryudhana. Dalam pertempuran itu Gatotkaca tampak lebih unggul dibandingkan ayahnya. Ketika pertarungan antara Gatotkaca dan Duryudhana sedang berlangsung seru, Bima menghunjamkan tombaknya yang berat ke punggung Duryudhana.Putra Dretarastra itu langsung terkapar tak sadarkan diri di keretanya. Secepat kilat saisnya melarikan Duryudhana mundur keperkemahan Kurawa, meninggalkan medan pertempuran, untuk diselamatkan.

Melihat pimpinannya terluka, balatentara Kaurawa langsung lari kocar-kacir ketakutan! Dengan sigap Bima menggunakan kesempatan itu sebaik-baiknya. Ia meraung bagai singa kelaparan, lalu menerjang apa saja yang ada di depannya. Prajurit Kurawa yang tak sempat lari menjauh, tewas bertumbangan diamuk Bima. Semakin ketakutanlah sisa-sisa pasukan yang masih hidup. Dengan susah payah Drona dan Bisma berusaha mengembalikan semangat tempur pasukan Kurawa.

Lewat tengah hari barulah Bisma berhasil memusatkan kekuatan balatentaranya dan memimpinnya sendiri. Segera tampak, di bawah pimpinannya balatentara Kurawa kembali bersemangat. Lagi pula, seakan-akan ada seribu Bisma tersebar di seluruh medan Kurukshetra, semua menggempur Pandawa yang mulai tampak kewalahan. Seperti Bhima, kesatria tua itu menerjang dan memusnahkan apa saja yang ada di depannya. Kini ganti balatentara Pandawa yang lari kocar-kacir. Yang tak sempat lari, mati digilas kereta Bisma bagai cacing-cacing yang.hancur terinjak-injak. Dengan sekuat tenaga Arjuna, Krishna dan Srikandi mencoba menahan amukan Bisma.

Krishna berkata kepada Arjuna, "Ini saat yang paling menentukan. Yakinkan dirimu bahwa kau harus melawan dan menghentikan Bisma. Jangan cemas atau ragu. Bisma dan Drona memang kerabatmu yang lebih tua, tapi engkau telah bersumpah untuk bertempur. Laksanakan sumpahmu! Serang Bisma! Kalau kesatria tua itu tidak kau hentikan, pasukan Pandawa pasti kalah!"

"Baiklah! Paculah keretaku sekencang-kencangnya ke arah Kakek Bisma!" jawab Arjuna.Demikianlah, Krishna memacu kereta Arjuna ke arah Bisma.

Kesatria tua itu menyambut kereta Arjuna dengan melepaskan ratusan anak panah, berturut-turut bagai semburan api dewata. Laksana lidah api yang dikendalikan, anak panah-anak panah itu meluncur di angkasa lalu menukik ke kereta Arjuna. Bagai menapis ikan dalam kolam, Arjuna menangkis serbuan anak panah Bisma dengan busurnya.Sesungguhnya, di dalam hati Bisma sangat bangga melihat Arjuna dengan tangkas mengalahkan setiap lawannya. Ia yakin, betapapun hebatnya serangannya, Arjuna pasti bisa mengelakkannya.

Di lain pihak, Arjuna tidak membalas serangan Bisma karena ia sangat menghormati dan menyayangi kesatria tua itu. Yang dilakukannya hanya mengelak dan menangkis. Sekali pun tak pernah membalas. Melihat itu, Krishna tidak puas. Kalau Arjuna terus bersikap demikian, pasukan Pandawa akan kehilangan semangat dan mereka akan terpaksa menerima kekalahan. Krishna berusaha mengendalikan kereta Arjuna dengan sebaik-baiknya, tetapi karena serangan Bisma sangat gencar, kereta itu oleng dan beberapa kali nyaris roboh terkena lemparan tombak Bisma.

Akhirnya, Krishna tak sabar lagi dan berkata lantang,"Arjuna, kalau engkau terus mengelak dan menangkis tanpa pernah membalas, aku sendiri yang akan membunuh Bisma."

Sambil berkata demikian, Krishna melepas tali kekang kuda lalu melompat turun dan mengambil ancang-ancang untuk melepaskan senjata cakranya yang amat sakti ke arah Bisma .

"Dengan membunuhku, berarti kau membebaskan aku dari cengkeraman kehidupan di dunia dan menolongku untuk kembali bersatu dengan Hyang Widhi!" kata Bisma

Arjuna yang semula terpana melihat Krishna melompat turun, menjadi sadar mendengar kata-kata Bisma. Ia tidak bisa menerima hal itu. Segera disambarnya Krishna dan dipaksanya naik kembali ke keretanya. Ia tidak ingin Krishna bertindak nekat karena kurang sabar! Karena itu, kepada Krishna ia berjanji akan melakukan tugasnya dengan baik.

Setelah berkata demikian, dengan tangkas dan cepat Arjuna menyerang dan menerjang pasukan Kurawa. Dalam waktu singkat ia menewaskan beratus-ratus orang. Sekali lagi, balatentara Kurawa menderita kekalahan besar.

BATARAYUDHA DI KURUHSETRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang