16. J: "Can You Feel It?"

1.5K 135 20
                                    

HALOO LONG TIME NO SEE... 

Surprisee, akhirnya aku update pas di ulang tahun Jimin.. 
Doa terbaik buat Jiminie, stay health and keep smiling honey, i love you.. 

Btw gimana kabar kalian? masih inget aku? hehe.. 
Semoga kalian masih berkenan mampir dan baca cerita ini.. 

Oke, Happy reading ^^

___***___

Saat Jimin ingin pergi sebuah pikiran datang menganggu, ia mengurungkan langkahnya, membiarkan matanya menatap Jinhe, berpikir cepat dan tak lama tangan mereka saling mengenggam. Ditarik gadis itu bersama Jimin.

"Hei hei, kemana kau akan membawaku?"

"Kerumahku,"

"Hah?"

___***___

Jinhe tidak tahu harus tersenyum, tertawa atau tersipu malu dengan ini. Kenyataan bahwa tangan mereka terpaut sangat erat membuatnya canggung. Kesannya agak berlebihan mengingat status mereka bukan teman dekat, ditambah dengan situasi yang tidak memungkinkan mereka terpencar satu sama lain. Jalanan sangat lengang bahkan untuk berlari dan menari di tengah jalan sangat bisa. Lantas untuk apa berpegangan seperti orang ketakutan? Tak tahu, Jinhe bingung.

"Ji..jimin-ssi," Walau agak ragu panggilan itu berhasil menghentikan langkah pria kurus depan Jinhe.

"Ya?" dengan cepat ia menoleh, menatap wajah kikuk Jinhe.

Lisan Jinhe terkunci beberapa saat, efek dari rasa bingung yang menguasainya sejak pertama melangkah.

"Ap..apa kita masih lama?" Jinhe harap dia tidak ketahuan sedang berpura-pura, pasalnya dia tak pintar berakting.

"Oh..tidak, sebentar lagi," Jimin menjawab cepat seperti sudah bisa menebak pertanyaan Jinhe.

"Begitu... em.. Ke arah mana kita setelah ini?"

"Kesana," Jimin menolehkan wajahnya ke arah timur.

"Oh..Oh.. i..ya.." Jalanan menanjak yang akan dilewati, kerut ekspresi Jinhe terbentuk. Ia berusaha tersenyum.

"Kenapa? Apa kau sudah lelah? Apa perlu aku menggendongmu?" Sayangnya Jimin tahu senyum Jinhe terpaksa.

"Ha? Ti...ti..tidak, aku hanya bertanya saja.."

"Oh benarkah? Katakan saja sejujurnya, aku tahu sudah merepotkanmu,"

"Ha? Ti.. dak.. bukan begitu... Hanya.. emm hanya..." Jinhe memandang kerikil di bawah kaki Jimin, mencari alasan agar tak menyakitinya.

Pelan Jinhe mengangkat kepala sembari menekuk senyumnya.

"Ini pertama kali aku bertemu dengan adikmu, mungkin aku gugup,"

Lalu senyum Jimin mencair bak es yang tersiram soda.

"Mereka anak yang manis, kau tak perlu gugup, ayo..."

Mungkin Jinhe melemah dengan senyum polos itu, terbukti dia hanya bisa mengangguk saat Jimin kembali menarik tangannya. Padahal hati Jinhe tetap menolak tangan mungil Jimin membungkus tangannya. Mau bagaimana lagi, pria itu terlihat sangat bersemangat, Jinhe jadi tak tega untuk melepas tangannya, mungkin ini adalah salah satu cara Jimin berterima kasih padanya atau cara dia menjaga Jinhe?

Saat tiba di jalanan yang menanjak, Jimin meremas tangan Jinhe lebih kuat. Gadis ini terhentak namun tidak langsung menarik tangannya, diperhatikan jemari kecil Jimin yang membungkus kedua tangannya. Jemarinya tak sebesar tangan Jungkook, tapi rasa hangat yang diberikan tak jauh berbeda. Tiba-tiba Jinhe merasa pipinya memanas dan bibirnya terkembang sendiri. Hatinya langsung bertanya, "ada apa Jinhe?"

MAKE IT WRONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang