P R O L O G

36 5 1
                                    

🍥🍥

Percayalah yang kamu dengar dan rasakan adalah ilusi sesaat

🍥🍥

A. G. R

______________________________________

Rintik hujan turun membasahi bumi, pohon-pohon yang daunnya tampak berdebu seolah merasa senang  karena daunnya bisa kembali hijau tanpa timbunan debu.

Aroma khas aspal terguyur hujan merasuki penciuman siapa saja yang saat itu tengah berteduh melindungi diri dari hujan sore itu.

“Al, lu kagak balik?” Tanya seorang laki-laki dengan hoodie abu-abu yang melekat di tubuh nya.

“Hujan.” Singkat padat dan jelas itulah jawaban laki-laki yang tengah memandang hujan deras kala itu.

“Ck, Hujan air ini kali, situ mermaid takut air?” Sindir laki-laki berhoodie itu berlalu pergi.

“Nggak usah didengerin omongan si Satya, lu kayak nggak tau aja tuh bocah.”  Laki-laki dengan senyum lebar itu menepuk bahu Al pelan.

“Al, mending lu nunggu di kelas aja daripada di lobi. Rame disini, liat seragam lu basah. Gw cabut dulu, Duluan bro!” Lontar Wira berjalan menyusul Satya yang sudah mengeluarkan motor nya dari parkiran.

Kala itu hujan sudah tak terlalu deras, menyisakan gerimis yang membuat nekat siapa saja untuk kembali pulang ke rumah.

Selang beberapa menit hujan kembali deras, dalam benak laki-laki yang tengah bersedekap dada itu 'gimana orang yg udah nekat pulang tapi ujung-ujungnya tetep kehujanan. Pikiran manusia itu sempit'. Al, hanya bisa mengelengkan kepalanya pelan.

“Kak Al!” Panggil seseorang perempuan yang tengah mengenakan cardigan hitam.

Al menatap gadis itu binggung, asing.

“Oh ya tadi kakak dicari sama bang Rey, katanya sih penting,ditunggu di Perpus. Tapi Sassy nggak tau ada apaan,” Lontar gadis yang mengaku bernama Sassy tersebut.

“Thanks.” Dengan tergesa Al membelah lautan manusia yang saat itu memenuhi loby sekolah.

Beberapa murid yang masih menetap tampak duduk di koridor depan kelas sambil menyantap mie dalam cup atau sekadar menghangatkan tubuh dengan minuman hangat, tak jarang dari mereka melempar gurauan singkat yang nyatanya tak berfaedah.

"Eh, Al. Belum balik?” Tanya Vanya.

Gadis dengan tahi lalat di hidung itu adalah salah satu teman sekelas Al, popularitasnya di sekolah cukup terkenal, bahkan satu sekolah pun mengetahui siapa Vanya.

“Belum, gw duluan!” Jawab Al mulai melangkahkan kaki.

“Tunggu!” Vanya mencengkram lengan Al dengan erat.

“Gw bawa jaket, lagi hujan jadi  dingin, seragam lu juga basah.Pake gih!” Ujar Vanya sambil menyodorkan sebuah jaket hitam kepada Al.

Tak heran siapa juga yang tak tahu, perasaan bertepuk sebelah tangan yang Vanya miliki untuk laki-laki dingin bernama Al tersebut.

“Gw buru-buru, Sorry!” Jawab Al, pergi meninggalkan Vanya yang menatap miris jaket digenggamannya.

“Ututu sian banget sih lu Van, lu tuh cantik masih aja ngejar si Al yang bego nggak ngeliat atau ngelirik lu sama sekali,” Sindir Kanya sakartis.

“Diem lu bangsat!” Kesal Vanya melempar jaket tersebut tepat di wajah Kanya, adik kandung nya.

Sementara itu Al berjalan menuju perpustakaan, ia tak menampik bahwa dirinya kedinginan, dan akhirnya ia harus menyerah dan terduduk di anak tangga paling bawah sambil menyenderkan badan nya.

AlanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang