°Buaya°

9 4 7
                                    

🍥🍥

Harus nya tameng lu itu gw! 
Jadi jangan pernah takut, karena ada gw di depan lu.

🍥🍥

A. G. R

______________________________________

Udara dingin menyergap tapi canda tawa seakan mengalun indah menemani malam kala itu, semakin malam jalanan justru semakin ramai.

Seorang laki-laki dengan Denim Jacket keluaran Acne Studio tampak memandang jalanan.

“Al, nih kopi nya,” Lontar Rey menyodorkan segelas kopi pesanan Al.

“Lu lagi ada masalah?” Tanya Rey yang langsung dibalas gelengan oleh laki-laki tersebut.

“Langit nya indah ya?” Lontar Wira berbaring di rerumputan sambil melihat luasnya hamparan bintang dilangit.

“Jarang kayaknya kita bisa ngumpul kaya gini, apalagi ngabisin waktu bareng,” Ucap Abi yang baru bisa bergabung dengan mereka.

“Kadang gw berfikir, seberapa lama kita bisa saling bareng. Misal kalaupun nggak bisa selamanya,gw si berharap lu pada inget sama semua yang kita laluin bersama.” Semua menoleh ke arah Wira.

“Nggak ada yang tau,Wir!” Ucap Satya.

“Kita masih muda, jadi have fun aja!”  Lontar Rey ikut berbaring di sebelah Wira.

“Jangan lupa sama kewajiban kita juga, Rey!” Peringat Tio sambil membenarkan tatanan rambut nya.

“Kita bertujuh punya sifat masing-masing yang pada dasarnya jelas banget beda.” Kali ini Nanda ikut berkomentar.

“Kau dapat melupakan orang yang tertawa bersamamu, tapi jangan pernah melupakan orang yang telah menangis bersamamu,” Timpal Al melontarkan sebuah kata bijak dari Kahlil Gibran.

Keheningan melanda mereka, hembusan angin malam itu serasa pelengkap indah kebersamaan mereka.

“Cewek, kiw!” Panggil Rey ketika melihat seorang perempuan sedang memesan nasi goreng di gerai jualan kakaknya.

“Buaya!” Sindir Satya.

“Si Rey lelaki buaya darat, buset.! Awas mbak nya ketipu lagi.” Kali ini Nanda bernyanyi diiringi petikan gitar.

“Rey! Jangan ganggu!” Tegur sang Mama membuat Rey tersenyum lebar.

“Mampus!” Lontar Abi kegirangan diikuti yang lain.

“Teh, Bikin nasgor nya 7 ya!” Lontar Abi kepada Teh Ajeng, kakak kandung Rey.

“Sip!” Lontar Teh ajeng membantu sang suami menyiapkan pesanan Abi.

“Banyak amat, Bi?” Tanya Wira.

“Anggep aja ini perayaan kita bisa ngumpul lagi,” Jawab Abi lalu menyeruput wedang jahe milik nya.

🍙

Al yang baru saja sampai rumah memakirkan motor Honda CB150R StreetFire miliknya dengan apik di garasi rumah.

AlanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang