Sweet Enemy - 1

89 10 1
                                    

Happy reading...
Typo bertebaran...

.......

Dua wanita cantik yang tengah berjalan-jalan menyusuri tengah kota, dengan memiliki tujuan tertentu.

"Zie, sepertinya tempat ini cocok untuk membuka usaha kafe yang akan kau jalani", ucap Jovanka sahabat dekat Jazzie.

"Kau benar sekali Jo, tempat ini strategis karena banyak gedung perkantoran", ucap Zie.

Mereka menemui pemilik tempat yang akan Zie sewa, ia pergi menuju alamat yang sudah tersedia dalam poster.

Hanya membutuhkan waktu limabelas menit Zie dan Jo sampai, mereka turun dari taksi dan memasuki pekarangan rumah.

Tok tok tok

"Permisi", ucap Zie.

Seorang pria paruh baya dengan tubuh gembul membuka pintu.
"Ada apa?", tanyanya.

"Apa benar ini rumah Mr Greyson?", tanya Zie.

"Ya benar, ada keperluan apa?", tanya Mr Grey lagi.

"Perkenalkan nama saya Jazzie dan ini teman saya Jovanka, saya kesini ingin menanyakan ruko yang anda sewa, jika anda sepakat saya akan menyewanya", jelas Zie.

"Masuklah", ajak Mr Grey.

Zie dan Jo masuk ke dalam rumah Mr Grey, betapa terkejutnya saat mereka mendapati banyak pria bertubuh kekar tengah berdiri disetiap sudut.

Zie dan Jo hanya menatap was-was sekitarnya, jantung mereka berdegup kencang, dan wajahnya menegang, semua itu diketahui oleh Mr Grey.

"Santai saja mereka semua adalah anak buahku", ucap Mr Grey, sedangkan Zie dan Jo hanya tersenyum kikuk.

Tidak berapa lama, mereka mulai menyepakati kesepakatan yang telah mereka buat.

Setelah itu Zie dan Jo pamit, karena masih ada urusan yang harus mereka selesaikan.

'Fyuhh'

Akhirnya mereka keluar dari rumah Mr Grey.
"Zie, aku merasakan perasaan yang tidak enak", ucap Jovanka mengeluarkan perasaannya.

"Aku pun, tapi entahlah semoga tidak akan terjadi apa-apa", ucap Zie, mereka melanjutkan membeli perlengkapan apa saja yang akan digunakan.

.....

Satu minggu kemudian.

Edzard tengah mengunjungi kafe miliknya, sudah lama ia tidak memperhatikan kafenya sendiri karena terlalu sibuk dengan urusan kantor, dan juga membantu mempersiapkan pernikahan kakaknya Emil yang diadakan satu minggu yang lalu.

Edzard memarkirkan mobilnya dihalaman kafe yang diubah menjadi tempat parkir.
"JazCaffe?", gumam Ed.

Seseorang menghampiri Ed, dan membungkuk hormat.
"Tuan, ruangan kerja anda telah dibersihkan", ucap Felix orang kepercayaan Edzard.

Edzard mengangguk.
"Fel, sepertinya aku baru mengetahui ada kafe baru disini", ucap Edzard.

"Iya tuan, kafe itu baru buka kemarin", ucap Felix, Edzard mengangguk ia masuk kedalam, para pegawai menunduk lalu melanjutkan tugasnya.

"Jo, aku lelah", seru Zie.

"Kau lelah apa Zie?, ayo semangat kita promosikan lagi", ucap Jo mencoba mengembalikkan semangata Zie.

"Aku lelah berteriak mempromosikan tapi sejak kemarin tidak ada pelanggan satu pun, rasanya aku ingin menangis", ucap Zie dengan lesu.

"Kenapa semua orang lebih memilih ke kafe besar itu, tidak adil huhu", rengek Zie.

"Ck, kau ini baru segini saja sudah ingin menyerah, seharusnya kau lihat kafe besar yang ada disebrang sana, jadikan motivasi pada dasarnya kafe itu juga kecil dulunya seperti kita", oceh Jo menceramahi Zie.

"Baiklah-baiklah terserah kau Jo", balas Zie.

Edzard merasa bosan diruang kerjanya, ia teringat akan sebuah kafe yang tadi ia temui dengan cepat ia bergegas keluar dan mengunjungi kafe tersebut.

'Terlihat sepi' batin Edzard.

Ia melihat harga menu yang sudah dicantumkan dalan board.

'Pantas saja'

Edzard memasuki toko, ada seseorang yang memunggungi dirinya entah sedang melakukan apa.

"Permisi", ucap Ed.

Seseorang membalikkan tubuhnya.

"Selamat datang di JazCaffe, ada yang bisa saya bantu kak?", tanyanya belum sadar, tidak ada jawaban.

Zie mengangkat kepala betapa terkejutnya saat ia mendapati Edzard tengah menatapnya.

"Aaaaaaaa pingky boy!", teriak Zie dengan kaget.
Edzard memasang wajah masam karena Zie masih memanggil dirinya dengan sebutan 'pingky boy'.

Jo yang berada dibelakang langsung berlari ke depan untuk memastikan Zie tidak kenapa-napa.

"Zie ada apa!?", seru Jo.

Zie menunjuk ke arah Edzard, dan Jo mengikuti arah yang ditunjuk.

Jo terkejut namun ia langsung menutupi wajah terkejutnya.
"Hai Ed, ada apa kau datang kemari?", tanya Jo.

"Aku baru mengetahui ada kafe baru disini", ucap Ed sambil melihat-lihat ruangan desain yang ada disini.

"Ya ini kafe milik Zie, aku hanya membantunya", ucap Jo.

"Kenapa kau mau dengannya, aku memiliki tempat yang bisa membuatmu mendapatkan bayaran yang besar", ucap Ed.

"Kau ingin mengambil sahabatku pingky!?", seru Zie tidak terima.

"Kalau bisa kenapa tidak?", ucap Ed dengan angkuh.

"Kauu!!", ucapan Zie terputus.
"Sudahlah tidak usah mengoceh aku bosan dengan ocehanmu", ucap Ed.

Zie menahan kesal dengan sikap Ed, jika membunuh tidak akan masuk penjara, sudah menjadi target saat di Universitas Ed akan ia mutilasi.

"Kenapa sepi?", tanya Ed ada Jo.
"Entahlah sejak kemarin tidak ada satu pun pelanggan", ucap Jo.

"Jo! Kenapa kau memberi tau dia!?", rengek Zie, Ed yang mendengarnya tertawa terbahak-bahak, ia gemas sendiri melihat tingkah laku Zie.

"Kasihann, kau belum mendapatkan pelanggan nona manis?", sindir Ed, membuat Zie memasang raut sebal.

"Dari awal kalian salah memasang harga", jelas Ed.

"Harga yang kalian cantum itu kemahalan, meskipun tempat ini strategis karena banyak gedung perkantoran, tapi untuk para karyawan harga segitu terlalu mahal", ucap Ed.

Ed mengambil board yang sudah dicantumkan daftar menu beserta harganya, ia menghapus harga tersebut dan menuliskan kembali.

"Kau memberikan harga setengahnya?", ucap Zie tidak percaya.
"Sssttt bisa diam tidak nona Phelps?", ucap Ed kesal, membut Zie terdiam.

"Harga ini setara dengan kafe yang ada disebrang sana, dan untuk hari pertama buka kau seharusnya memberikan secara gratis atau memberikan promo seperti buy 1 get 1", jelas Ed lagi.

"Sudah tidak usah kesal, aku akan membantumu", ucap Ed.

"Tidak perlu, aku bisa sendiri", balas Zie.

"Kau yakin?", tanya Ed, Zie menganggukkan kepalanya sebenarnya ia yakin dan tidak yakin.

"Yasudah, besok aku akan kemari melihat apa ada perubahan atau tidak, aku akan pulang saja, bye Jo dan bye Maus", ucap Ed dengan terkekeh.

Sedangkan yang dipanggil 'Maus' hanya memasang wajah kesal, Ed menyebut dirinya Maus, yang artinya tikus dalam bahasa German.

'Dasar pingky boy!' serunya dalam hati.






......

Tbc

Please vote and comment😙
Don't forget..
ThankU🌸🌸

BOOK 3 : Sweet EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang