•6•

3 2 0
                                    

Selamat membaca
Enjoyy

***

Selamat pagi. Lima belas menit kemudian kereta akan berhenti di Stasiun Kota Hellawas. Silahkan untuk mempersiapakn diri anda, jangan lupa barang bawaan anda dan jangan sampai ada yang tertinggal. Terimakasih telah menggunakan jasa kereta api.

Suara petugas terdengar jelas di dalam gerbong kereta. Kami dan penumpang lainnya yang hendak turun mulai mempersiapkan diri. Tepat pukul delapan kereta berhenti di stasiun tujuan. Kami turun dari kereta, sebagian ada penumpang lain yang ikut turun dan ada juga penumpang lain yang hendak naik kereta. Suasana mulai ramai.

Kami langsung menuju pintu keluar, dan melihat sekeliling kota itu. Sangat ramai dan macet. Galen memutuskan untuk berjalan pergi meninggalkan stasiun. Untungnya Galen hafal daerah kota ini jadi, aku dan Cecill tidak kesulitan menentukan arah. Lima menit kami berjalan, dan Galen tiba-tiba berhenti.
“Aku pesan ojek online disini.”
“Kenapa harus disini?” Tanya ku.
“Kamu tidak lihat tulisan di depan pintu masuk stasiun tadi? Disana ada larangan untuk tidak pesan ojek online tepat di depan stasiun.”
Aku dan Cecill hanya menganggukan kepala.
“Coba aku lihat alamat Universitas tempat kalian test.”
Cecill menunjukan alamat Universitas, Galen sigap memesan ojek online.

Hanya lima menit ojek online yang di pesan Galen tiba di lokasi kami berada. Kami langsung masuk dalam mobil. Selama perjalanan suasana lengang. Aku memandang ke luar jendela mobil dan menikmati jalanan kota ini. Gumam ku sangat ramai, jalanan macet, dan perkembangan infrastruktur pembangunan yang lebih maju dari pada kota ku. Tidak heran jika di kota ini ada salah satu Universitas khusus pembangunan.

Sopir memecah suasana lengang.
“Ada jadwal kuliah ya?’’
“Tidak ada.” Jawab kami bertiga bersamaan.
“Kami akan tes masuk Universitas pak.” Tambah Cecill.
“Oh kalian mau tes. Kalian semua dari luar kota ya?”
“Iya pak, kami dari kota Hellanyar.” Jawab ku kali ini.
“Lumayan jauh juga ya. Semoga kalian diterima.”
“Terimakasih.” Jawab ku dan Cecill bersamaan lagi.

Aku kembali memandang luar jendela mobil. Cukup jauh perjalanan yang kami tempuh. Ditambah jalanan macet membuat semakin lama. Bahkan tiga puluh menit berlalu kami belum tiba di tempat tujuan. Aku dan Cecill mulai panik karena takut terlambat. Sedangkan Galen tetap duduk santai menikmati perjalanan tanpa beban.

“Nah itu Universitasnya, harus putar balik dulu.” Kata sopir.
Aku dan Cecill melihat ke luar jendela mobil pintu gerbang Universitas itu. Aku lega sekali karena hampir tiba. Meskipun perjalanan menghabiskan waktu lebih dari tiga puluh menit.

Tiba di depan gerbang, aku dan Cecill langsung turun, berjalan cepat masuk ke dalam Universitas dan meninggalkan Galen yang masih membayar ojek online. Aku bingung harus berjalan kearah mana. Aku dan Cecill menoleh kesana kemari, banyak orang lain yang mencari gedung ujiannya sama seperti ku. Universitas ini sangat luas.

Tidak banyak lagi waktu yang tersisa, aku sangat panik sehingga tidak bisa berpikir dengan jernih. Terdengar dari jauh suara Galen memanggil ku dan Cecill.
“Kenapa kalian begitu panik? Sampai tega meninggalkan ku. Cobalah untuk tenang.”
“Mau tenang gimana? Sebentar lagi jam sembilan.” Jawab Cecill dengan ketus dan marah.
“Fakultas apa tempat ujian kalian?”
“Fakultas Hukum CBT-1 dan 2.” Jawab ku kali ini.

Dengan sigap Galen langsung berjalan seolah-olah tau tempat ujian kami. Aku dan Cecill mengikuti Galen. Di depan sana, Galen bertanya ke salah satu mahasiswa perempuan yang cantik parasnya.
“Permisi mbak, dimana lokasi Fakultas hukum?” Tanyanya dengan nada lembut dan ramah.
Perempuan itu sontak kaget melihat Galen. Entah karena apa, mungkin karena ketampanannya.
“Kalian jalan ke arah utara, belok kiri, belok kanan, terus, belok kanan, belok kiri lagi. Nanti gedungnya ada di sebelah kanan.”
“Rumit juga ya. Kalau saya minta tolong antarkan kami bertiga menuju kesana boleh atau tidak? Mohonnya dengan ramah.
“Dengan senang hati. Kebetulan saya juga mau kesana.”

Kami bertiga langsung mengikuti mahasiswa itu. Aku heran dengan Galen. Semudah itukah dia berbicara dengan orang asing, dan semudah itukah orang menanggapinya. Apa karena dia good looking? Saat menuju gedung itu, kami melewati jalan pintas, kami masuk gedung satu ke gedung lainnya. Galen terus berbincang dengan mahasiswa itu, bahkan beberapa teman mahasiswa perempuan itu ikut mengantar kami bertiga dan menyapa Galen. Dikira Galen adalah pacar mahasiswa cantik itu. Gumam ku ternyata good looking memang memperngaruhi.
Tiba-tiba kami sudah sampai di depan gedung tujuan kami.
“Ini gedung Fakultas hukum. Tempat ujian kaliang ruang apa?” Tanya mahasiswa itu.
“CBT 1 dan 2.” Jawab ku.
Mahasiswa itu lanjut berjalan.
“Ini ruangan yang kalian cari CBT 1 dan 2.”

Untung saja masih banyak peserta lain yang menunggu di luar tandanya ujian belum dimulai, pintu ruangan ujian juga belum di buka. Aku dan Cecill lega sekali karena tidak terlambat. Aku kembali terheran, tidak ku sangka mahasiswa ini mengantarkan kami sampai depan ruangan ujian. Entah karena baik atau karena Galen.
“Terimakasih mbak.” Ucap ku dan Cecill.
“Sama-sama.” Jawabnya singkat.

Ruangan ku dan Cecill bersebelahan. Aku dan Cecill berjanji jika nanti sudah selesai, di antara kami akan saling menunggu dan tidak meninggalkan tempat itu. Tepat pukul sembilan pintu ruangan CBT dibuka oleh petugas dan para peserta dipersilahkan masuk. Aku dan Cecill masuk keruangan kami masing-masing. Dan Galen, entah dia menunggu diamana.

Aku mencari bangku ujian ku. Tepat di belakang sendiri, aku merasa beruntung dapat bangku dibelakang sendiri. Petugas memberi instruksi untuk menaruh tas di depan, alat tulis menulis juga tidak diperbolehkan ada di atas meja. Hanya ada selembar kertas identitas diri.
Petugas membagikan kertas kosong dan pensil untuk kertas coretan hitungan. Petugas lainnya membacakan peraturan tata tertib saat ujian berlangsung. Tepat pukul setengah sepuluh ujian di mulai. Sebelum itu aku berdoa dalam hati agar diberi kemudahan dalam megerjakan soal.

Aku melihat sekeliling ku, semua peserta tampak mengerjakan soal tanpa rasa kesulitan. Aku yang sebelumya sangat optimis dan percaya diri kini mulai timbul perasaan ragu apakah aku bisa lulus test.

Suasana lengang. Semua peserta ujian fokus. Aku menggerjakan soal semampu ku. Ada soal yang bisa aku kerjakan ada soal yang tidak bisa aku kerjakan bahkan ada soal yang sama sekali tidak aku pahami. Terpaksa aku menjawab dengan cuma-cuma sesuai perasaan mana jawaban yang menurut ku benar.

Satu jam berlalu. Semua masih tetap fokus. Semakin aku mengerjakan soal selanjutnya, semakin sulit saja bagi ku. Aku tidak tau sama sekali materi soal itu. Bahkan ada materi soal yang tidak aku pelajari saat SMK. Gumam ku, pasti Cecill juga sangat kesulitan.

Satu jam kemudian waktu mengerjakan soal telah usai. Petugas memberikan instruksi dan mempersilahkan kami semua mengambil tas lalu keluar ruangan. Aku keluar ruangan dan menunggu Cecill tepat di depan pintu ruangannya. Tidak lama, Cecill langsung menghampiri ku.
“Dimana Galen?” Tanya ku.
“Entah Ra. Kita harus kemana ini? Coba kamu Whatsapp Galen dimana dia berada.”

Aku mengambil hp ku di tas dan langsung membuka Whatsaapp. Panggilan tidak terjawab berkali kali dari mama aku abaikan. Aku langsung mengirim pesan ke Galen, dimana dia berada. Galen langsung menjawab dan memberitahukan lokasi dia berada. Ternyata Galen menunggu di pusat kantin.

Aku dan Cecill segera menghampiri Galen. Entah jalan mana yang aku lewati dengan Cecill kami hanya berjalan lurus sambil menoleh kiri kanan. Sempat kami berdua tersesat entah dimana, dan terpaksa Cecill bertanya ke mahasiswa lain di mana lokasi pusat kantin. Sebenarnya tidak jauh hanya saja kami berjalan menuju arah yang salah.

Sampai di lokasi aku melihat Galen sedang berbincang dengan banyak perempuan mahasiswa disana. Galen mengetahui keberaadaan ku dan Cecill segera bangkit berdiri dan langsung menghampiri kami.

Kami berencana untuk pergi jalan jalan sambil menunggu jam kereta api nanti malam tiba. Kami ke tempat wisata, mall, bahkan kepusat belanja kota ini. Satu jam sebelum berangkat pulang kami semua sudah berada di stasiun dan menunggu disana.

Tepat pukul sembilan malam kami telah berada di dalam keretaa, kereta melaju dengan cepat menuju ke kota kami. Usai tiga jam perjalanan kami sampai di stasiun asal kami. Aku melihat ayah telah menunggu ku, aku menghampirinya lalu pulang ke rumah. Galen dan Cecill juga sudah dijemput oleh orang tuanya, kami berpisah.

#28/07/2020

Jika kalian suka cerita ini jangan lupa memberika vote dan jangan lupa tinggalkan voment.

-To be continued-

Mulai Dari 0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang