Senin, 12 Oktober XXXX
Aku benar-benar kesal karena kami ditaruh dirumah yang sama. Bayangkan! Kami adalah rival sejati, tetapi kami dipaksa akur dengan cara ditempatkan di rumah yang sama.
Aku penasaran siapa yang punya ide gila itu.
Oh, dia bos.
Sial.
Aku membencinya sekarang.
Kami memilih kamar hari ini. Kami bertengkar memperebutkan kamar yang ada didekat dapur. Aku memukul kepalanya sampai dia pusing. Entahlah, kurasa dia masih tidur di kamarnya. Siapa juga yang peduli.
Kamar ini lumayan juga, dibanding kamar satunya yang ada didekat gudang. Aku sudah melihat isinya sebelum kami memilih kamar, makanya aku ogah tidur disana.
Omong-omong aku lapar. Apa sebaiknya aku masak atau memesan makanan? Apa aku mengajak si perban brengsek itu juga? Bukan apa-apa lho ya, hanya karena kami tinggal serumah saja.
Hah! Aku punya ide. Bagaimana kalau tak usah mengajak si brengsek itu? Ide bagus, bukan?
- N. Chuuya
°°°
senin
tanggal berapa sekarang
tahun berapa ini
bodo amathalo. kenapa pula aku menulis di buku harian? pada siapa juga aku bilang halo?
aku sedang kesal. hari ini aku dan si boncel oren barbar itu disatu rumahkan.
apa tujuannya menyatu rumahkan kami? makin akrab nggak, berantem terus iya. aku heran dengan jalan pikiran bos.
kepalaku sekarang masih pusing. terkutuk kau, boncel oren! dia memukul kepalaku dengan pentungan―maksudku tanakan nasi. kepalaku sedikit benjol, tak bohong.
kenapa dia memukulku? ya karena kami memperebutkan kamar. hah sial, seperti bocah saja.
tapi iya sih, kamar yang didapatkan si oren itu nyaman. aku jadi iri. hah sial.
kenapa pula aku tidak mengangkatnya bagai kucing dan melempanya keluar rumah, ya? aku lupa.
aku janji akan mengeluarkannya dari sini dalam 1 minggu. lihat saja nanti.
- d. osamu