1. Senja Pantai Marina

3.7K 377 103
                                    

Anka bangkit dari duduknya, bersiap-siap melangkah keluar dari Trans Jakarta yang sudah mulai berhenti tepat di halte Pantai Marina.

Langsung terlihat olehnya Loli dan Kanya yang sudah sampai lebih dulu.

"Ankaaaa!" teriak Loli yang terbiasa antusias dalam menghadapi berbagai hal.

"Hai, hai!" sahut Anka seraya tersenyum lebar dan melambaikan tangan kanannya.

Loli segera menyerbu Anka, memeluknya erat lalu menempelkan pipinya ke pipi kanan dan pipi kiri Anka.

"Hai, Ka," sapa Kanya yang ikut menyalami Anka dan mencium pipi kanan kiri Anka juga.

Lalu pandangannya mulai mengamati seluruh penampilan Anka.

Kanya, gadis berusia dua puluh tahun ini sangat berbakat mendesain fashion. Cara berpakaiannya pun selalu stylist. Walau kuliah jurusan hukum, tetapi dia tak pernah bercita-cita menjadi ahli hukum. Cita-cita terpendamnya adalah bisa memiliki butik yang menjual fashion dengan merk namanya sendiri : Kanya.

Dengan tubuh proposional, tinggi seratus enam puluh delapan sentimeter, berat lima puluh kilogram dan kulit kuning langsat, dia menjadi model yang tepat untuk pakaian rancangannya sendiri.

Karena itulah, perhatian Kanya terhadap penampilan siapa pun sangat detail sekali.

"Aku punya aksesoris yang keren buat hijab kamu, Ka," kata Kanya yang masih memandangi Anka.

Anka menelan ludah. Inilah yang dia khawatirkan tiap kali bertemu Kanya. Sahabatnya yang satu ini hobi memberi saran berpenampilan lebih modis.

Padahal Anka tak pernah berminat tampil modis. Bagi Anka, kenyamanan adalah nomor satu. Terlihat modis atau tidak modis, dia tak peduli. Kebalikan Kanya, tampil modis dan terlihat menarik adalah segala-galanya bagi Kanya.

"Tenang, Ka. Gratis! Hadiah dariku. Ini aksesoris karyaku terbaru loh. Kalau kamu pakai, kan bisa sekalian promo. Siapa tahu teman satu jurusan kamu ada yang minat mau beli, tinggal kasih tau aja tentang Kanya aksesoris," kata Kanya lagi.

Lagi-lagi Anka hanya menanggapi dengan senyum lebar.

"Iya deh, police fashion Kanya. Sekarang, kesalahan fashion-ku kali ini apa nih?"

Sekali lagi Kanya memperhatikan keseluruhan penampilan Anka.

"Mm, kamu kelihatan kurang feminin. Berhijab kan lebih bagus kalau terlihat feminin, lembut. Coba kamu pakai rok panjang berbahan jatuh, ditambah kemeja bermotif floral print, plus cardigan panjang polos berwarna senada dengan rok dan hijabnya," jawab Kanya.

Anka terbelalak. Saran fashion yang diajukan Kanya benar-benar tak masuk akal buatnya. Dia memakai rok? Oh no!

"Duh, aku mana bisa pakai rok panjang ke mana-mana? Paling nyaman ya pakai celana panjang jeans. Jeans yang kupakai juga enggak ketat kok. Dan aku juga selalu pakai atasan longgar dan panjang," elak Anka.

"Tapi gaya kamu itu nggak terlihat feminin," debat Kanya.

"Memangnya harus terlihat feminin?" balas Anka tak mau kalah.

Kali ini Kanya terdiam. Dia sadar, itu bukan pertanyaan yang bisa dia jawab. Dia belum berhijab, walau pun dia tak suka tampil dengan pakaian terlalu terbuka. Dia stylist, tapi tetap sopan dan sangat girly.

"Penampilanku gimana? Udah oke kan, Nya?" tanya Loli yang baru sadar, dia sudah bertemu Kanya lebih dulu, tapi sejak tadi Kanya tidak mengomentari penampilannya.

Kanya mengalihkan pandangannya ke Loli, memperhatikan keselurahan penampilan gadis yang bertubuh agak montok itu. Loli mengenakan kaos panjang pas badan berwarna pink dilapis cardigan berlengan sesiku berwarna kuning gading. Celana berbahan katun sepanjang betis yang pas di bagian pinggang tapi menggembung dibagian bawahnya berwarna krem. Loli mengenakan wedges setinggi empat sentimeter untuk membuat tubuhnya yang hanya setinggi seratus enam puluh sentimeter terlihat lebih tinggi.

JOJOBA : Jomlo-Jomlo BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang