16. Memulai Penyelidikan

387 86 13
                                    

Malam ini Ara merasa tidak tenang. Besok Loli mengajaknya mulai menyelidiki Papa Loli. Aneh, dia sendiri yang mengusulkan penyelidikan ini, tetapi saat Loli benar-benar akan melaksanakannya, Ara malah resah.

Dia khawatir akan terlibat dalam pertengkaran sebuah keluarga yang luar biasa. Namun dia tak tega jika Loli melakukan penyelidikan ini sendirian. Dia sudah menawarkan bantuan, maka dia harus menepati janji membantu Loli.

Rasa gundah ini mendera batin Ara, dia tak mungkin menceritakan apa yang dialaminya ini pada anggota Geng JOJOBA lainnya. Dia sudah berjanji pada Loli akan merahasiakan masalah Loli ini dari Kanya, Rhea dan Anka.

Kecuali sama yang nggak kenal Loli. Boleh, kan? Aku nggak akan menyebut nama Loli. Sesak banget dadaku kalau nggak cerita ke orang lain. Ini urusan penting, bukan sembarangan, aku butuh pendapat orang lain, sebaiknya gimana sikapku nanti, batin Ara.

Kemudian Ara memutuskan menceritakan kisah temannya itu pada saudara sepupunya Priska. Dia tak sanggup memikirkan sendirian permasalahan ini. Jujur saja, dia takut apa yang dicemaskan Loli benar adanya, lalu keluarga sahabatnya itu hancur karena masalah ini.

Ara butuh seseorang untuk mendiskusikan masalah ini. Mungkin bisa memberinya saran apa yang bisa dia lakukan untuk membantu Loli.

Priska Ananda, anak ketiga Tante Fathia, kakak ibunda Ara. Usia Priska hanya empat bulan lebih tua dari Ara. Priska mahasiswi jurusan hukum di sebuah universitas swasta Jakarta.

Selama menceritakan kasus Loli, Ara tidak menjelaskan tentang Loli, dia hanya menceritakan kasusnya. Kasus seorang anak yang curiga ayahnya selingkuh dan bertekad akan menyelidiki perselingkuhan ayahnya dengan wanita lain.

"Jadi, sekarang kamu mau menyelidiki papa temanmu itu?" tanya Priska setelah Ara menceritakan permasalahan Loli lewat telepon.

"Yup," jawab Ara menjawab pertanyaan Priska.

"Ini serius kisah temanmu, kan? Bukan adegan sinetron atau kisahmu sendiri?" tanya Priska lagi.

"Ya ampun, ayahku nggak mungkin deh centil begitu. Ini beneran dialami temanku, tapi kamu nggak usah tau temanku yang mana, aku cuma mau curhat aja," jawab Ara.

"Hihihi, sori, Ra. Kirain sinetron. Iya, dr. Ivandi nggak mungkin begitu," sahut Priska.

"Sori ya, aku nggak pernah nonton sinetron. Bukannya nggak cinta produk buatan Indonesia, tapi aku lebih suka nonton cerita penyelidikan penuh misteri seperti  serial CSI," balas Ara.

"Iya deh, yang pengen jadi detektif," komentar Priska bernada meledek.

"Bukan detektif, penyelidik forensik. Udah malam nih. Kita tidur aja deh ya. Eh, jangan bilang siapa-siapa ya, Pris? Ini rahasia," kata Ara lagi.

"Oke sip, aku akan tutup mulut deh. Semoga dugaan temanmu tentang perselingkuhan papanya itu nggak benar," sahut Priska.

"Aamiin, semoga. Goodnight, Pris."

"Goodnight, Ra."

Kemudian percakapan mereka melalui panggilan ponsel itu berakhir. Malam itu Ara dapat tidur dengan nyenyak setelah menumpahkan segala beban pikirannya pada Priska.

oOo

Aku tunggu di depan Gedung Arca.

Ara membaca pesan dari Loli. Dia menarik napas panjang, kemudian mengembuskannya perlahan. Bus Trans Jakarta yang dia tumpangi sebentar lagi akan berhenti di halte transit. Kemudian dia harus pindah ke bus lain untuk sampai ke gedung yang dimaksud Loli.

JOJOBA : Jomlo-Jomlo BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang