11. Kerja Keras Mewujudkan Mimpi

405 94 13
                                    

Kanya menghela napas. Kejadian itu sudah berlalu dua tahun lalu, saat ini tiba-tiba teringat kembali olehnya, membuatnya merindukan Galang kakaknya.

Galang benar, tak seharusnya dia merisaukan apa yang akan terjadi nanti. Saat ini Kanya baru semester tiga Masih dua setengah tahun lagi masa yang harus dia jalani sebelum dia diharuskan berjuang menjadi pegawai negeri demi memenuhi keinginan ibunya dan pesan terakhir bapaknya.

Kanya bertekad, dalam dua tahun ke depan, dia sudah bisa membesarkan usaha yang pelan-pelan sudah mulai dia rintis ini.

Konsumen produknya semakin bertambah, dan hampir semua memberi penilaian bagus. Membuat Kanya semakin percaya diri bahwa jika dia berusaha sungguh-sungguh, bukannya tidak mungkin dia bisa mewujudkan cita-citanya menjadi pengusaha muda.

Galang menepati janjinya. Beberapa kali mengirimi Kanya uang untukenambah modal usahanya membeli bahan-bahan untuk dijadikan aksesoris.

Besok aku harus ke pasar Jatinegara lagi beli bahan-bahan, batin Kanya.

Keistimewaan aksesoris rancangan Kanya, modelnya unik dan cocok dipakai remaja, selain setiap model Kanya hanya membuat maksimal enam buah, tiap aksesoris limited edition. Tiap model memiliki keunikan sendiri-sendiri. Kanya ingin walau pun aksesoris rancangannya ini handmade, tetapi elegan dan harganya tetap terjangkau untuk remaja.

Setelah dia menyimpan semua hasil kerjanya hari ini, Kanya bersiap tidur. Sudah pukul dua belas malam. Besok hari sabtu, kuliahnya libur. Waktu yang tepat untuk berbelanja bahan-bahan yang akan dibuatnya menjadi aksesoris.

Baru sekarang tubuhnya terasa lelah sekali, hanya dalam waktu beberapa menit, Kanya sudah terlelap.

oOo

Kanya bangun menjelang subuh seperti biasanya. Usai salat subuh, dia membantu ibunya menyiapkan sarapan.

"Bu, nanti Kanya mau keluar ya, ada perlu sebentar," kata Kanya sambil menyendok nasi goreng buatannya dan menaruhnya di sebuah piring.

Ibunya telah siap menyantap makanan di meja makan. Ini salah satu peraturan di keluarga ini yang harus ditaati Kanya dan Santika. Mereka harus sarapan dan makan malam bersama jika semua sedang ada di rumah.

"Ada perlu ke mana?" tanya Ibu Kanya sambil mengambil sepotong telur dadar.

Kanya tertegun sesaat. Dia enggan memberitahu Ibunya akan ke mana dia sebenarnya.

"Mm, mau ketemu teman, Bu. Sudah lama nggak ketemu," jawab Kanya terpaksa bohong.

"Teman siapa? Bukannya kamu sudah tiap hari ketemu teman kuliah?" tanya Ibunya lagi, mulai memperhatikan Kanya lebih saksama dan memandang sedikit curiga.

"Ada tugas bareng dan mau kami kerjakan di rumah salah satu teman," jawab Kanya lagi masih berbohong.

Ibunya masih memandangi Kanya dengan tatapan curiga.

Kanya hanya mengangguk dan tersenyum. Setelah semua menyelesaikan sarapan masing-masing, Santika bertugas membersihkan dan merapikan piring-piring kotor yang bertumpuk.

Di rumah ini memang tak ada asisten rumah tangga. Sejak kecil mereka dididik membereskan dan membersihkan rumah sendiri. Semua anak punya tanggungjawab menjaga kebersihan kamar masing-masing.

Kanya yang suka memasak, sesekali mencoba resep masakan. Dia senang membantu ibunya memasak di hari libur. Sedangkan Santika yang bertugas menyapu dan mengepel lantai setiap sore. Urusan mencuci dan menyetrika baju, ada Bu Lani, tetangga tak jauh dari rumah yang datang tiap pagi untuk mengerjakannya.

JOJOBA : Jomlo-Jomlo BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang