Lonceng berbunyi, pertanda siswa bisa keluar untuk beristirahat dan membeli apa saja untuk mengisi perut-perut siswa yang lapar sehabis mengikuti dua mata pelajaran yang begitu menguras fikiran, terlebih kelas Farel yang hari ini di dua mata pelajaran yang telah dilalui nya adalah Matematika dan kimia, sungguh menguras fikiran untuk menghafal rumus dan menghitung aritmatika.
***
Mereka, yaitu Farel, Joni, Haris, Dedi, dan Fito justru sibuk berbincang serius di dalam kelasnya. Tidak ada dari mereka yang keluar untuk berbelanja atau sekedar mengisi perutnya dengan sebiji kue di kantin. Mereka lebih memilih di kelas.
Mereka, sedang membicarakan sesuatu.
"Ah, jangan bohong, mana mungkin seorang siswa dari luar bisa masuk ke dalam sekolah kita dan membunuh salah satu siswa disini. Kau ingin membuat kami takut, dengan ceritamu?" Cela dedi yang sedari tadi telah mengetahui kejadian yang di alami Farel sejak pagi.
"Apa? Jadi kau menganggapku sedang mengarang cerita bohong hah? Aku serius, dia memeluk salah satu siswa, dan tiba-tiba saja siswa tersebut jatuh tergeletak ke lantai, dan berlumuran darah," papar Farel berusaha meyakinkan teman nya, bahwa penglihatannya tak mungkin salah.
"Mungkin saja kau sedang kelelahan sehabis membersihkan, jadi kau sedikit berhalusinasi yang aneh-aneh," kilah Fito, yang juga kurang mempercayai perkataan Farel.
"Tapi, menurutku, itu bisa saja terjadi. Apa kalian lupa kalau gerbang belakang sekolah hanya mengandalkan gembok yang sudah berkarat? Bisa saja lelaki itu mendobrak atau merusak gembok tersebut untuk masuk ke dalam sekolah kita," alibi haris yang meyakini ucapan Farel.
"Kau fikir dia ingin apa? Di sekolah ini tidak ada yang berharga, selain siswa yang bertebaran dimana-mana yang sedang berusaha mendapatkan nilai bagus dari guru, bahkan selebihnya... siswa lain hanya santai dan banyak bermain."
Fito berpendapat lain. Dia masih kurang percaya, menurutnya itu sesuatu yang kurang masuk akal jika ingin mengincar sesuatu di dalam sekolah.
"Mungkin dia ingin merampok uang sekolah? Uang pembayaran pembangunan sekolah kita yang lumayan banyak dan telah di amankan dalam ruang guru," sahut Joni asal. Dan langsung saja mengundang tawa mereka berlima.
"Ah, kau ini, perampok macam apa yang ingin merampok dalam sebuah sekolah?"
Gelak tawa haris mengudara. Lalu dia melanjutkan ucapannya sebelum yang lainnya menyahut. "Dan, kau fikir dia bisa semudah itu menyelinap masuk ke dalam ruangan guru yang penuh sesak dengan guru-guru galak yang akan menghukum siapa saja, yang berani masuk tanpa keperluan apapun hah?" Hardik Haris.Hening beberapa saat, mereka sedang sibuk dengan fikiran masing-masing. Dan, akhirnya Fito bersuara.
"Sudahlah, sebaiknya kita pergi makan sekarang, sebelum bel masuk berbunyi kembali. Perutku sudah keroncongan, nanti saja kita fikirkan kembali lelaki aneh yang sudah menyelinap masuk ke dalam sekolah. Kalau perlu kita tanyakan saja guru. Tapi, sekarang kita makan, ayo!" Dia mendorong ke empat teman nya lalu mengarahkan nya ke arah kantin.
"Oke, oke. Kita ke kantin, aku juga masih ingin meneruskan cerita ku tentang pagi tadi, aku lupa menceritakan kalau tadi aku juga sempat di tabrak salah satu siswi yang terlihat begitu panik," ucap Farel.
***
[Kantin Sekolah]
Setelah mereka memesan makanan, mereka mulai berjejer di bangku nya untuk melahap makanan masing-masing. Lalu Joni kembali bersuara.
"Ceritakan lah wanita yang menabrak kau tadi pagi, aku penasaran," bisik Joni, dia tidak ingin ada yang mendengar pembicaraan mereka di kantin yang begitu ramai di sesaki oleh siswa yang lapar.
Farel menghela nafasnya pelan, lalu mulai bercerita, yang langsung di dengarkan oleh keempat teman terdekatnya.
Dimana pun mereka berada, mereka selalu saja berlima.
Teman mereka yang lainnya sering menjuluki Farel dan temannya
"Lima sekawan", sama seperti yang ada dalam serial detektif lima sekawan. Tingkah mereka berlima yang lebih tertutup dan kurang interaksi, membuat temannya yang lain menganggap mereka kurang gaul. Tapi mereka berlima tidak acuh dengan itu.Sepuluh menit berselang, Farel akhirnya menuntaskan ceritanya. Dan dedi langsung bersuara.
"Mungkin saja karena dia takut di hukum, sehingga dia tidak sengaja menabrakmu."
"Ya, bisa jadi seperti itu. Tapi, apakah menurutmu wajar jika hukuman sangat menakutkan baginya, sehingga harus terlihat begitu panik? Bahkan untuk meminta maaf pada ku, dia tidak mengucapkannya. Padahal dia telah menabrakku hingga terjatuh," jeda dua detik dia kembali berujar karena mengingat sesuatu.
"Walau sebenarnya, dia ingin mengucapkan sesuatu padaku, namun sepertinya dia sulit untuk mengatakan apa yang telah membuatnya panik. Bahkan aku belum berbicara sepatah kata pun padanya, dia langsung saja berlari sambil beberapa kali menoleh kebelakangku," tuntasnya."Dia menatapmu?" Tanya Haris.
"Bukan, dia seperti melihat ke arah belakangku, dan aku juga sudah sempat berbalik untuk memastikan apa yang dilihat wanita itu. Namun, aku tak menemukan sesosok apapun disana. Karena ku mulai takut dengan semua kejadian yang kurasakan saat itu... akhirnya aku memilih bergegas ke kelas."
Mereka diam. Diantara ramainya suasana kantin, hanya mereka berlima yang terduduk diam memikirkan hal pagi itu.
"Hmm, dua kemungkinan bisa saja terjadi. Entah dugaan ku karena wanita itu terlambat, atau bisa jadi..." ucapan Haris menggantung.
Dan seketika...PRANGGG!
Suara memekikkan telinga, langsung saja membuat kaget seluruh siswa yang berada di kantin, terlebih Farel dan keempat temannya. Sepertinya, kaca jendela sekolah yang pecah.
Beberapa siswa mulai menghambur dan berjalan ke asal suara, di antara mereka juga banyak yang langsung saling berbisik, dan lainnya mulai berlarian entah kemana.Farel sempat terdiam. Entah apa yang sedang di fikirkan olehnya tapi dia sempat gelisah. Dan bertambah gelisahlah dia, saat mendengar jeritan wanita yang sepertinya berasal dari jendela pecah tersebut.
"Ayo, kita kesana!" Desak Fito, lalu segera bangkit dari duduknya dan mengajak temannya ke asal suara yang telah meriuhkan seisi kantin.
"Ya, kita harus segera melihat apa yang sedang terjadi," Haris pun setuju dan menatap mereka berempat secara bergantian, lalu ikut bangkit dari duduknya.
Farel yang sedari gelisah, pun akhirnya bangkit. Yang lainnya mengangguk setuju.
Farel sendiri mulai penasaran dan sedikit takut dengan kehadiran lelaki tadi pagi yang di lihatnya. Bisa jadi, lelaki itu sedang melakukan tindakan berikutnya.Mereka semua lalu bangkit, dan meninggalkan kantin menuju lokasi kejadian.
***
Halo semuanya, Maaf ya, baru publish lagi. Semoga suka ya, dengan cerita ku. di bab ini kebanyakan dialog, dan permasalahan nya mulai muncul nih.. Hehe.
Gimana? Apa yang sedang terjadi sebenarnya di sekolah Farel?
Tekan tombol bintangnya sebagai apresiasi kalian. 😁🤗 and komen jika ada kesalahan atau kata typo di dalam ceritaku ya!
Sampai jumpa,
Dan, Mohon maaf lahir dan batin.
Selamat hari raya idul adha 1441 hijriah🎉Oke sekian dulu. Tunggu lanjutannya ya.
[FznGhifari]

KAMU SEDANG MEMBACA
UNFRIENDED ZONE
Mystery / ThrillerBeberapa bulan setelah kepergian Ayahnya, Farel bersama ibunya pindah ke Italia. Semuanya tampak baik-baik saja selama dia bersekolah, hingga tiba suatu hari, Farel yang tergolong siswa paling "Selalu" terlambat, melihat kejanggalan dan keanehan yan...