"Sepertinya ada yang mencurigakan disini."
(20:35 P.M)
Setelah menghubungi “113” nomor bantuan darurat untuk memanggil polisi, mereka pun menunggu beberapa menit sebelum akhirnya mereka datang.
Saat polisi telah datang, Farel dan ketiga teman nya memastikan bahwa diluar aman, dan akhirnya Farel memutuskan untuk menemui polisi tersebut.
Dua orang polisi telah sampai, dan berjalan menghampiri rumah bercat putih yang dimana sudah di sambut oleh Farel.Satu polisi berbadan besar dan tinggi, dan seorang lagi tinggi dan berkulit hitam, kulitnya seperti terbakar.
“Maaf, apa kejadian yang ingin kalian laporkan?” tanya pak polisi setelah mendekati Farel yang kini berhadapan dengannya di halaman depan.“begini Pak, saya sebaiknya mengajak Bapak untuk masuk terlebih dahulu kedalam rumah, disini terlalu berbahaya untuk membicarakannya!” ucap Farel dengan gelisah, sambil terus menatap sekitar.
“maaf, tapi kami tidak memiliki banyak waktu disini, apa kau serius ingin melaporkan sesuatu atau kau hanya ingin mempermainkan kami sebagai polisi hah?” polisi itu seperti curiga dengan tingkah Farel yang kurang meyakinkan.
“ta—tapi, bapak harus mendengar penjelasan saya terlebih dahulu, tapi tidak disini. Tolong bapak masuk, saya dan teman saya melihat hal aneh, mu—mungkin kalian bisa membantu kami, tolonglah.” ucap Farel terbata-bata.
“baiklah, tunggu disini.”
Entah apa yang ingin mereka lakukan, tapi Farel masih menunggu dihalaman rumahnya yang cukup luas sambil terus menatap waspada.
***
Haris yang tadinya bersama Fito dan Joni, memutuskan untuk ikut keluar, ingin memastikan Farel sedang baik baik saja.
“Aku akan keluar, kalian tunggu saja disini. Aku hanya ingin memastikan bahwa tidak terjadi apa apa. Kita sudah sepuluh menit menunggu dan Farel beserta polisi itu belum juga menemui kita disini.” Haris membuka suara, setelah sebelumnya mereka hanya diam seribu bahasa tak mampu berkata apa apa.
“jangan, sebaiknya kita tetap menunggu disini,” Fito menggenggam tangan Haris yang bergerak pergi, lalu melarang.
“tidak, harus ada salah satu diantara kita yang keluar untuk memastikan, dan jika kalian tidak mau. Maka biar aku saja yg melakukannya.”
Joni menatap kesal Haris, “apa kau gila hah? kau ingin mempersulit keadaan jika kau ikut keluar. Kemungkinan terburuk yang sedang kufikirkan saat ini adalah, bagaimana jika Farel telah mati oleh orang yang tadinya hampir menyerang kita? Dan kalau kau keluar, artinya kau sedang dalam masalah besar, apa kau ingin juga terbunuh hah? Kau hampir saja di serang daritadi, dan kau masih punya nyali untuk keluar?” Joni sepertinya menantang keras keinginan Haris. demi untuk kebaikan mereka, mungkin sebaiknya mereka tetap didalam rumah.
Haris hanya menatap sebal kedua temannya yang tidak mendukung inisiatifnya, dia lalu menghempaskan dirinya dikursi dan menghembuskan nafasnya kasar. dia tidak mungkin membiarkan Farel dalam keadaan sulit sendirian. Dia harus menyusulnya.
***Setelah Farel menunggu dengan penuh was-was, kedua polisi tadi telah kembali dan menemuinya di halamannya yang tergolong cukup luas dan gelap, hanya lampu kecil dengan tiang tinggi yang menerangi halaman tersebut.
“apa bukti yang cukup kuat untuk meyakinkan kami bahwa ada sesuatu yang terjadi disini?” polisi itu seperti mengulur waktu Farel untuk mengajaknya berbicara di dalam rumah. Padahal mereka bisa membicarakan semuanya disana.
“kami tadi melihat seseorang yang sedang berada diluar rumah, dan berusaha masuk, dia menggunakan pisau, dan gergaji tajam, itu sangat mengerikan.” Tandas farel menatap polisi tersebut bergantian dengan wajah takut.
“apa hanya itu?” tanya polisi tersebut.
“hanya itu? Apa maksudnya?” farel berujar dalam hati dengan penuh tanya.
Dengan wajah gelagapan Farel pun menjawab sesuai realita yang baru saja terjadi “y—y-yaaa, hanya itu. Tapi dia berusaha masuk, dan hampir saja menusuk teman kami yang sedari tadi ingin pergi, dia juga sempat mendobrak pagar kami untuk masuk, hanya sekali sebelum akhirnya suara itu pergi.”
“dimana kedua orangtuamu nak, hmm?” tanya polisi berkulit hitam.
“Ibuku sedang lembur di kantornya hari ini, dan aku sudah menyuruhnya untuk tidak pulang karena keadaan yang kutakutkan saat ini.”
Kedua polisi itu saling bertatapan, Seketika raut wajah polisi itu seperti menyiratkan sebuah tanda tanya bagi Farel. Perlahan, polisi itu mendekatinya, namun Farel yang merasa curiga dengan tingkah polisi itu, mulai bertanya, “a—apa yang ingin kalian lakukan?’ Farel mulai berjalan mundur.
“Tenang nak, kami hanya ingin.....”
***
Halo semuanya, apa kabar! Akhirnya bisa update cepat. Hehe.
Bagaimana kesan kalian dengan chapter ini? cukup pendek ya, tapi semoga dapat memberi kesan selanjutnya.
Semoga suka ya. Aamiin. Dan jika kalian berkenan, agar semangat nulisku terus berkembang... Silahkan Beri komentar kalian terhadap ceritaku, gimana menurut kalian? Sudah menarik atau feelnya udah dapat apa belom? 😅 Atau berikan kritik dan saran kalian terhadap perkembangan cerita yang kubuat ini.
Apa yang sebenarnya diinginkan polisi tersebut? Dan apakah Haris akan keluar dari rumah dan menyusul Farel?
Jika kalian tidak ingin ketinggalan dengan lanjutan ceritaku di chapter selanjutnya, silahkan kalian simpan di list perpustakaan kalian. Agar lebih mudah membacanya.
Beri Vote atas apresiasi kalian😊 dan share keteman teman kalian buat baca cerita thrill/msytery ku ini, biar cerita ini semakin rame, dan aku semakin Semangat update nya! 😇
Salam:
-FznGhifari
![](https://img.wattpad.com/cover/232539848-288-k343220.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
UNFRIENDED ZONE
Mystery / ThrillerBeberapa bulan setelah kepergian Ayahnya, Farel bersama ibunya pindah ke Italia. Semuanya tampak baik-baik saja selama dia bersekolah, hingga tiba suatu hari, Farel yang tergolong siswa paling "Selalu" terlambat, melihat kejanggalan dan keanehan yan...