Security Apartemen

3.4K 80 6
                                    

Sebelumnya...

Tangan Ben sudah terasa gatal untuk menyentuh selangkangan Adam. Tapi dia kuatir kalau-kalau Adam akan marah atau merasa tidak suka. Sementara itu, jari-jari Adam menekan otot pectoral Ben berulang-ulang.

Ben sudah tidak tahan lagi. Dia sudah tidak bisa menahan nafsunya. Nafsunya sudah berada pada ubun-ubun kepalanya. Kontolnya juga sudah mulai bereaksi. Berkali-kali dia merasakan bulu kuduknya berdiri akibat sentuhan Adam pada bagian putingnya. Ludahnya juga sudah mulai membanjiri mulutnya. Dia sekarang agak susah untuk bernafas. Sementara itu harum frangipani terus membuat dia merasa nyaman. Lagipula gerakan-gerakan Adam membuat selangkangannya terlihat maju mundur berulang-ulang.

Tanpa peringatan terlebih dulu, Ben langsung menangkap dan meremas salah satu tangan Adam. Adam tentunya sangat terkejut dengan gerakan tiba-tiba Ben. Ben mengarahkan ujung jari telunjuk Adam pada puting Ben kemudian menempelkannya di sana. Masih tidak percaya dengan apa yang Ben lakukan, Adam dengan naifnya bertanya, "Pak, pijatannya sudah cukup, ya?"

Ben menjawab, "Iya, Dam cukuplah dulu." Namun begitu Ben tidak memindahkan tangannya dari tangan Adam. Adam masih belum berganti posisi. Dua pahanya masih berada pada wajah Ben. Yang terjadi selanjutnya adalah Ben menggerak-gerakkan ujung jari telunjuk Adam pada putingnya. Telunjuk Adam lemas mengikuti tuntunan genggaman Ben.

"Oh... geli sekali..." keluh Ben.

Lalu Adam membuat gerakan melingkar pada puting Ben. Tidak hanya satu, jari tangan lainnya membuat gerakan yang sama pada puting sebelahnya. Entah mengapa Adam melakukan itu. Ben membiarkannya selama dua sampai tiga menit. Ujung-ujung jari Adam menyentuh puting-puting Ben berulang-ulang membuat Ben makin gelisah. Kontolnya sudah mulai mengeras. Adam menjepit lembut puting-puting Ben dengan jempol dan telunjuknya. Lalu dia membuat gerakan-gerakan melingkar dengan punggung jempolnya di sana.

Ben makin berani. Dia meraih selangkangan Adam. Diremasnya bagian menonjol pada bagian itu hanya untuk menemukan kontol Adam yang masih belum keras tapi terasa sangat besar. Dia membelai paha Adam. Adam tidak protes. Ben meraih kaitan celana Adam. Dia melepaskan kaitan itu. Kemudian tanpa bertanya, dia menurunkan ritsleting celana Adam. Entah mengapa Adam membiarkan Ben.

Ben menurunkan celana safari biru tua Adam. Dia juga menarik karet celana dalam segitiga hijau yang Adam pakai. Dari bawah pemandangan erotis sangat menggoda. Kontol Adam menggantung lunglai. Pelernya berbentuk setengah lingkaran berada dibelakang kontol itu. Perinium yang bengkak. Kemudian bongkahan pantat yang padat berisi. Ben tidak bisa melihat cincin anus Adam karena pantatnya sangat gemuk dan montok. Ben menaikkan kepalanya sedikit. Dia menjulurkan lidahnya dan menjilat perineum Adam. Adam terkejut. Lantaran belum ada orang yang pernah melakukan hal itu kepadanya. Dia juga tidak pernah berpikir bahwa daerah itu bisa memberikan sensasi erotis.

Ben menggeser tubuhnya lebih ke bawah. Lalu dia menarik pinggang Adam. Ujung kontol Adam yang masih menggantung lunglai menyentuh bibir Ben. Lidah Ben menjilati lubang kencing Adam. Lalu Bibirnya menjepit kontol gemuk Adam yang bersunat rapi. Akibatnya aliran darah memenuhi kontol Adam. Perlahan namun pasti kontol itu mulai mengeras dalam mulut Ben. Ben menggerak-gerakkan lidahnya pada ujung kontol Adam. Adam menutup matanya. Dia menikmati gerakan bibir dan lidah Ben. Namun dia segera menyadari apa yang sedang terjadi. Dengan cepat dia menarik kontolnya dari mulut Ben.

"Maaf Pak Ben... saya terbawa suasana. Maaf Pak. Saya minta maaf."

"Kamu tidak suka ya dengan isapan saya?"

"Bukan begitu Pak, tapi kontol saya belum pernah diisap sebelumnya. Saya juga belum pernah begini dengan laki-laki."

"Selalu ada yang pertama kan?"

Indah bersama MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang