Menjadi Kepercayaan

2.3K 68 9
                                    

Sebelumnya....

Saat mendengar penjelasan Ali, Ben duduk di sampingnya. Ben mendengar dengan seksama tiap kata-kata Ali. Yang menjadi pertanyaan Ben adalah mengapa Ali sampai merekam perbuatan mereka. Ali hanya bilang dia iseng dan khilaf. Terus mengenai kunci, sebenarnya itu hanyalah akal-akalan Ali kepada Adam lantaran dia tidak tidak mungkin bilang maksud utamanya kepada Adam.

"Kamu punya nyali juga ya, Bro." Ujar Ben.

"Kamu masih menyimpan rekaman itu?" Tanya Ben kepada Ali.

"Masih Pak."

"Begini, bro. Aku enggak tahu apa aku harus marah atau bagaimana ke kamu. Kalau mau, aku bisa mengadukan kamu ke pihak managemen. Kamu dipecat dan selesai karir kamu di sini."

"Iya Pak."

"Tapi, aku juga berpikir bahwa Adam akan terseret-seret dalam perkara ini." Lanjut Ben. "Sebenarnya maksud kamu apa Ali?"

"Enggak ada Pak."

"Kamu yakin bahwa kamu tidak punya maksud tersembunyi?"

"Awalnya saya ingin jadiin ini bukti ke Adam bahwa dia ada main dengan penghuni. Untuk olok-olokan saja Pak."

"Kira-kira gimana kalau kamu yang ada dalam posisi Adam?"

"Saya enggak tahu akan taruh di mana muka saya, Pak."

"Good. Nah lantaran kamu sudah menyadari kesalahan kamu," Ben mendekati Ali dan menaruh tangan kanannya pada paha kiri Ali, "Kira-kira apa yang akan kamu lakukan untuk menebus itu semua?"

Ali terdiam. Dia tidak tahu harus berbuat apa. "Saya akan menghapus rekaman video itu, Pak."

"Terus?" Lanjut Ben berharap bahwa Ali akan meminta maaf setidaknya kepada dirinya.

"Itu doang Pak."

"Oke. Tapi, kamu tahu gak kasus kamu tidak bisa selesai dengan kamu hanya menghapus rekaman video itu." Ben tambah menakut-nakuti Ali.

"Pak, terus saya harus berbuat apa? Bapak bilang saja, saya pasti akan mengikuti kemauan Bapak."

Wah, orang ini nantangin aku nih. Mmm... not bad. Look at him, macho, ganteng, kayaknya bisa buat ena-ena malam ini. Bathin Ben.

"Apapun?" tanya Ben.

"Iya Pak, Apapun."

"Bentar, coba aku pikirkan dulu." Ben berdiri dan berjalan kesana kemari dalam ruangan. Dia menatap cahaya keemasan mentari yang mulai terbenam di ufuk barat. Sementara itu, Ali duduk tidak tenang. Dia berharap bahwa Ben tidak akan mengadukannya ke pihak managemen.

Ben kembali kepada Ali. Dia berlutut di depan Ali, "Boleh enggak aku lihat cuplikan video itu, bro?"

"Boleh Pak, sebentar." Ali mengeluarkan smartphonenya lalu mencari berkas video Adam dan Ben. Kemudian dia memainkan videonya.

"Wah, hot yah Ali."

"I, i, i, iya Pak."

"Sudah berapa kali kamu tonton video ini, Ali?"

"Dua pak?"

"Kira-kira lebih asik nonton videonya, atau lihat yang aslinya Li?"

"Maksud Bapak?"

"lebih asik mana nonton hasil rekaman atau nonton langsung? Itu maksud saya?"

Ali terdiam. Sebenarnya semuanya sama saja. Kembali adegan demi adegan Adam dan Ben terulang lagi. Ini membuat kontolnya mengembang dan mengeras. Apa yang terjadi tidak luput dari pengamatan Ben. Lalu Ben meletakkan tangannya pada selangkangan Ali. Ben meremas kontol Ali dengan lembut. Sambil itu, dia menatap bola mata bulat Ali. Ali terlihat gugup tapi dia menikmati setiap sentuhan Ben.

Indah bersama MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang