Hai Assalamu'alaikum, adakah yang kangen diriku eh Duo Jalu? Tak ada, ya? Ya sudahlah, tak apa. Mungkin memang cerita ini sudah mulai ditinggal penggemar setianya, 3 bulan dianggurin tentulah pada lupa. Semoga kehadirannya pagi ini, membuat kalian jadi teringat kembali, ya!
Randa ingin sekali membuktikan, jika Rara adalah Sana sang penolongnya. Meskipun perawakan keduanya teramat mirip, tak mungkin pula itu Selfi karena menurut Faul adiknya yang satu tak suka olahraga. Galau bukan main, begitulah kira-kira peraasaan pemuda ini. Sampai-sampai Susi kesal melihat sang anak yang bertingkah seolah tak terjadi apapun, bagaimana kalau misi perjodohannya gagal?
“Randa Satya Atharriz Jo, kowe piye bengong koyo ngono? Tidur terus dari pagi, bukannya melek dan bergerak. Main sama Rara, gih!” titah Susi yang kesal seraya menyeret Randa bangun.
“Ah, Eomma jangan gitu, dong. Ini hari libur, masa Randa enggak boleh istirahat? Lagian si Rara jam segini masih tidur,” jawab Randa.
“Kamu jangan ikut-ikutan Kakakmu, bisa enggak? Sok-sokan panggil “Eomma”, kenapa enggak emak saja sekalian!” tegur Susi.
“Yana Nuna itu menghargai budayanya Papa, jadi manggil kalian Eomma dan Appa. Aku juga mau tapi Mama larang,” kilah Randa.
“Kalian berdua itu, ya. Paling bisa bela Papa kalian,” keluh Susi.
“Apapun yang terjadi, Randa tetap sayang Mama,” Ucap Randa seraya memeluk Susi.
“Ngeles bae, Kamu Nda. Mandi gih, terus keluar siapa tahu dapat jodoh,” ucap Susi seraya mendorong Randa ke kamar mandi.
“Randa masih kelas SMA, Ma. Masa sudah suruh nyari jodoh?”
“Habis itu, kamu lulus kan? Nanti kalau kuliah, bareng nak Faul biar kamu enggak diculik lagi,”pinta Susi.
“Iya, Mama Susiku yang cantik. Randa mandi dulu, “setelah itu pemuda 19 tahun ini segera masuk ke kamar mandi. Sementara itu Faul kedatangan tamu tak terduga, yakni Lebby sahabat masa kecilnya. Mereka sudah berpisah begitu lama, sejak Faul dan keluarga pindah ke pulau jawa. Lebby yang sekian lama tinggal di Kota Ampera, memutuskan untuk pindah ke Rumah tantenya, Dewi Pelita supaya bisa melihat Faul. Meskipun ia harus sedikit berdebat dengan Ratu Festining, ibunya yang begitu protektif. Selfi dan Rara senang bukan main, karena Lebby berjanji akan satu universitas dengan Faul. Untuk saat ini, ia mai tak mau sekolah di Kota Hujan .
Lilis tampak asyik mengobrol dengan Dewi, yang kini menjadi dosen di Kampus Urang Indonesia. Rupanya saat wanita itu pindah ke pulau jawa, dirinya melanjutkan sekolah hingga mendapat gelar S2. Dewi pun sudah menikah dengan Hanggara Wisnuthama, namun Allah belum memberi rejeki anak pada mereka. Saat tengah asyik berbincang, ponsel milil Rara berbunyi, menampakkan sebuah nama unik. Rara yang sudah tahu itu siapa, membiarkannya. Selfi yang gemas, segera menjulurkan tangan umtuk mengambil ponsel. Rara yang kaget dengan pergerakan Selfi, segera mengambil ponsel tersebut. Lalu permisi untuk menjawab telepon, membuat Faul dan Selfi penasaran akut.
Rara segera keluar dari rumah, setelah pamit ke pada Mimo dan Tante Dewi. Dipicingkannya mata lentiknya, mencari sosok Randa si pengacau. Tiba-tiba ada yang mengecup pipi kanannya, sontak Rara menyiapkan serangan untuk melawan pelaku. Sayang, pelaku yang tak lain Randa, sudah pandai berkelit. Ada manfaatnya juga ikutan klub Wushu, meski harus bersabar melihat kegalakkan Irwan serta muka jutek Gunawan. Rara memasang muka kesal, melihat Randa tengah cengengesan. Serasa ingin mengulek wajah so ganteng itu, Rara jadi penasaran apa ada yang aneh pada Susi saat hamil Randa.
“Kamu tuh enggak sopan, maim cium saja”
“Suka tapi kan? Dicium pria setampan Jeon Jung Kook?”
“Narsis ih, kalau mirip jempolnya sih, aku setuju.”
“Kali-kali buat aku seneng begitu, Ra. Eh, itu di rumah ada tamu, ya?” kata Randa seraya bertanya. Rara kesal juga, hobi pria di hadapannya ini adalah kepoin alias pengen tahu saja. Untung saja, Randa tak bertanya siapa orang yang Rara suka. Otomatis gagal sudah, percomblangan tersembunyinya.
“Kepo ya Anda? Itu temennya Mimo waktu sekolah, lagi reunian,” jawab Rara.
“Oh, kirain siapa. Eh, minggu depan ada kontes menyanyi dangdut pelajar se-metropolitan. Kamu ikutan enggak? Kalau iya, pasangan sama aku, ya?” ajak Randa dengan semangat, membuat Rara terkejut.
“Enggak mau, aku mana bisa nyanyi, Ran. Ajak saja atuh, Kak Ceppy, pinter tuh nyanyinya,” saran Rara, agar Randa mau dekat dengan Selfi.
“Jangan bohong, pas kita duet tempo hari itu apa? Suaramu bening, ngerock plus ada melayunya, mirip Rara Lida,” seru Randa.
“Itu spontan. Kalau sengaja nyanyi aku enggak bisa, kenapa sih enggak mau ajak kembatanku? Kamu benci dia?”tanya Rara.
“Enggaklah, aku cuma grogi. Soalnya kan, interaksi kami jarang. Aku lebih sering ketemu kamu daripada Selfi,” kilah Randa.
“Ngobrol makanya, jangan sama aku terus. Nanti orang beneran nyamgka, kita jadian,” timpal Rara.
“Segitunya kamu, enggak mau ada gossip bareng aku,” kata Randa seraya melompat ke pagar rumah Rara.
“Eh, kamu gila apa? Lompat-lompat begitu, kalau celaka gimana!” tegur Rara.
“Tenang saja, kan sudah belajar wushu. Walaupun belum lancar karena dibawah tekanan Kak Irwan dan Kak Gunawan, serem banget lihat mukanya,” ungkap Randa seraya membayangkan wajah kedua master wushu itu.
Sementara itu di ruang tamu depan.
“Leb, gimana sekolahmu? Asyik enggak?” tanya Selfi.
“Lumayan Fie, anak-anaknya gampang bergaul. Cuma ada satu orang, namanya Letisya yang dijaga banget sama cowoknya. Mau kenalan saja, menunggu persetujuan dia. Aiih...amit-amit deh,” cerita Lebby.
“Masa sampai segitunya, By?” Faul penasaran.
“Iya, Bang. Pokoknya jangan sampai deh, kenalan sama dia. Itu pacarnya lebih mirip bodyguard daripada pasangannya,” sahut Lebbi.
“Kok bisa begitu, ya? Selfi duga, itu karena Letisya ini terkenal dan cantik. Jadi pacarnya takut ditikung,” ucap Selfi.
“Sudahlah, jangan mengghibah. Biarlah Letisya sama pacarnya, kita doakan saja mereka bahagia,” Faul menutup pembicaraan tak baik itu,” Eh, mana Rara?”
Tak terasa waktu kontes tinggal 2 minggu lagi, Randa belum menemukan partner duet yang pas. Niat hati ingin berduet bersama Rara, apa daya sang gadis malah menyodorkan sang Kakak. Kalau saja pasangan duetnya tak harus berlainan jenis, Randa memilih memgajak Faul saja. Meski begitu, pria manis itu ingin mengcewakan Rara sehingga ia berniat berbincang dengan Selfi. Langkah kaki Randa memasuki kelas Selfi, seketika kelas yang hening itu heboh. Para wanita di sana mendadak histeris melihat lelaki paling populer pertama, sementara para pria terutama Devano, Rafly dan Rafi hanya bisa menggeram kesal. Sandrina sang idola di kelas itu, mulai mendekat seraya mengedipkan matanya. Bulu kuduk Randa berdiri, merasa kelas Rara jauh lebih baik dari kelas ini. Melihat jelmaan jungkook itu pucat pasi, Eza akhirnya berinisiatif menghentikan aksi Sandrina. Wanita yang juga ketua kelas itu berdehem, membuat Sandrina kesal dan kembali duduk di bangkunya. Setelah Eza memberi tahu keveradaan Selfi, Randa pun kabur dari sana.
Di lain tempat, Faul dibuat pusing Alif, sang adik kelas yang katanya fans berat. Saking ngefansnta, Alif bahkan membuat fanspage di facebook dengan nama: Faulic alias Faul Holic. Faul bukannya tak senang dikagumi, hanya saja kelakuan Alif yang sering bersitegang dengan Tasya tentang pria paling populer, membuat dirinya pusing 12 keliling. Alif mulai mendekati sang idola, lalu mengenggam tangannya dengan erat. Faul yang terkejut dengan keagresifan si gadis, mulai mengambil jarak yang cukup jauh, Alif kesal jadinya.
“Bang Faul kok mendadak jauhi aku? Aku kan bukan penyakit menulat?” protes Alif.
“Habis kamu terlalu agresif, aku jadi takut. Lagian apa-apaan kamu itu, bukannya belajar fi kelasmu,”omel Faul.
“Jangan begitu, Bang Faul. Aku ini calon sponsornu kalau terkenal nanti. Walaupun enggak bisa jadi cintamu, bolehkan jadi bagian dalam kejadian penting dalam hidup Kakak?” Faul menepuk kepala, mendengar jawaban Alif.
“Gimana mau jadi terkenal? Aku ini kurang percaya diri,”keluh Faul lesu.
“Hei, Alif enggak suka Abang ngomong begitu. Optimis dong, lagian suara Abang lebih bagus daripada cem-cemannya si Tasya,”timpal Alif.
“Jangan begitu, Lif. Gerry itu dulu pernah juara di kotanya, pertama lagi!”seru Faul.
“Habisnya, Abang itu suka pesimis. Ayolah, bangkit. Kalau tak ada pasangan, biar aku saja yang duet sama Abang,”ujar Hanan, salah satu adik kelas yang tomboy.
“Eh, jangan dong. Kamu itu sudah Alif rekrut untuk jadi bodyguard Bang Faul. Mending kita minta Kak Rara buat jadi temen duetnya,” usul Alif
“Jangan, adekku yang satu itu enggak bisa nyanyi. Kasihan kan, kalau orang-orang pada menertawakan,” keluh Faul membuat Hanan dan Alif sedih.
“Gimana kalau coba diajarin Mama Nita saja?“usul Alif.
“Coba saja atuh, Abang serahin sama kalian.”
Alif dan Hanan setuju, demi menumpaskan kesombongan Tasya dan Putri yang terlampau mewabah.
Selfi takjub seraya mencubit tangannya, kala sosok Randa terlihat memasuki perpustakaan. Para wanita langsung histeris melihat sosok pangeran sekolah itu, membuat Bu Ranny sang penjaga perpustakaan kesal. Suasana hening seketika ramai, saat semua orang berebut meminta berfoto dengan Randa. Selfi syok melihat betapa brutalnya para wanita cantik mendekati Randa, sayang ia tak bisa membantu. Dirinya tak segalak Rara, yang tak bisa ditentang siapapun bahkan oleh Putri atau Tasya. Randa merasa ketakutan, hendak pasrah akan diperlakukan apapun oleh para wanita itu. Tiba-tiba suara seorang pria menghentikan semuanya, membuat semua terdiam. Sosok yang ternyata Pak Caca Adika, sang kepala sekolah mengusir para murid wanita yang berkerumun.
Randa langsung sujud syukur, membuat pria yang hobi memakai rambut palsu itu menatap heran. Ranny segera menghampiri Pak Caca, untuk mengetahui tujuan kedatangannya. Selesi bicara, keduanya segera pergi menuju aula. Ranny pun meminta Tiara, mahasiswi yang sedang magang untuk menggantikan tempatnya. Suasana kembsli riuh, saat beberapa wanita tampak cemburu pada Selfi yang kini duduk bersama Randa. Meskipun belum tahu apa tujuab Randa, Selfi yakin ini merupakan bagian dari rencana pedekate mereka yang telah dirancang adik kembarnya. Randa sebenarnya bingung, alasan apa yang akan diucapkannya, saat akan mengajak duet pada Selfi. Meskipun wajah Rara dan Selfi mirip, tapi tetap saja mereka itu dua pribadi yang berbeda. Selfi jarang berbincang dengannya, seluruh waktu yang gadis itu punya diabadikan untuk belajar dan belajar. Melihat Randa tak kunjung berbicara juga, Selfi yang penasaran akhirnya tak tahan juga untuk bertanya. Ditutupnya buku”Rembulan dan Sadewa” yang baru saja ia pinjam, diarahkanlah wajah cantik itu ke hadapan Randa.
“Randa, kamu ada perlu apa sama aku? Kok dari tadi diam saja?” tanya Selfi pura-pura tak tahu maksud Randa.
“Eh, Selfi, maaf banget aku menganggu. Begini, kalau enggak keberatan aku mau minta bantuan kamu,” jawab Randa membuat gadis di hadapannya mendadak sumringah.
“Tenang saja.. Enggak keberatan kok, kalau...emmm...boleh tahu apa yang aku bisa kubantu?”tanya Selfi berusaha menyembunyikan rasa senangnya.
“Nanti kan ada acara kontes menyanyi dangdut antar pelajar, kebetulan aku belum ada rekan. Kamu enggak bantuin aku, jadi teman duet?” tanya Randa.
“Wah, kamu mau ngajak fuet? Aduh jadi malu ih, suaraku ini enggak terlalu bagus. Kenapa kamu ajak Rara, kan kalian sudah akrab?”sahut Selfi.
“Rara bilang sama aku, dia tak bisa menyanyi. Terus menyarankan aku, minta bantuan padamu,” ucap Randa.
“Padahal, dulu kami bertiga berlatih bareng sama Kak Zaskia. Namun entah kenapa, Rara tiba-tiba menyerah begitu saja,” keluh Selfi sedih, membuat Randa jadi tak enak hati.
“Maafkan aku, sudah buat kamu sedih, Sel,” kata Randa seraya memohon maaf.
“Tak apa, lagipula kamu itu sahabatnya Rara. Harus tahu apa yang terjadi, mungkin kamu bisa bujuk dia nyanyi lagi,” ujar Selfi seraya menyembunyikan rasa cemburu yang membesar.
“Emang ada apa, sampai Rara takut untuk nyanyi?” Randa merasa penasaran, karena dirinya ingin bakat gadis yang diam-diam mencuri hatinya itu tersia-sia.
Selfi pun menceritakan alasan mengapa Rara tak ingin lagi bernyanyi, terutama sejak ayah mereka meninggal dunia. Gladys, anak dari Gilbert dan Ramonna kesal karena Rara dan Selfi mewakili kampung halaman mereka untuk mengikuti audisi Akademi Dangdut Indonesia tungkat kabupaten. Meskipun terlihat jika Rara yang lebih berpotensi, sepupunya itu tak menerima. Sampai .
“Jadi Glee Adiezta itu sepupu kalian? Suaranya enggak mantap buat nyanyi dangdut, apalagi kalau lagi ada acara live di outdoor pasti lypsing nyanyinya,”Randa mencoba menegaskan.
“Entahlah, aku pikir dia memang les vokal beberapa tahun ini. Walau merasa aneh juga, kenapa dia mesti nyanyi lypsing?”tanya Selfi penasaran sekaligus bingung.
“Pernah curiga enggak, sih Sel? Kalau si Glee itu menyembunyikan sesuatu, sampai identitasnya sebagai sepupu kalian, luput dari media.”
“Biarkan saja begitu, lebih baik. Lagipula Mimo lebih suka antara kami dan Glee tak ada hubungan apapun dibanding harus sering dikaitkan dengan dia.”
“Ya sudah atuh, aku mengerti posisi kalian. Ngomong-ngomong kamu bersedia kan, duet sama aku, Sel?”pertanyaan yang membuat Selfi sedikit terdipu.
“Baiklah, aku setuju. Namun kamu janji, coba cari tahu apa yang disembunyiin Rara, soalnya dia enggak mau kasih tahu aku.”
“Sip lah, kamu tenang saja, ya Sel. Aku pasti bantu kamu dan Rara.”
Rara yang tengah bermain gitar di ruang musik, mendadak teringat masa lalu. Saat Winky pertama kalinya mengajari ia bermain gitar, saat libur dari kegiatan bandnya. Diantara dirinya, Selfi dan Faul, hanya dia yang berminat belajar bergitar. Lagu yang pertama yang diajarkan kuncinya, adalah “Kehilangan” dari Pak Haji Rhoma Irama. Mendadak timbul rasa rindu, terhadap mendiang ayahnya, Winky Daniswara yang meninggal di usia matangnya, 40 tahun. Rara lebih dekat dengan Piponya, dibanding sang Mimo yang sangat menentangnya menggeluti hobi anak lelaki yakni main gitar dan belajar beladiri. Lilis bukan ingin sang putri tak bisa membela dirinya sendiri, sebagai ibu ada ketakutan jika dalam satu waktu Rara tak mampu menghadapi lawan yang jauh lebih kuat. Winky selalu membujuknya, agar Lilis membiarkan anak-anak mereka menemukan bakatnya sendiri. Rara kembali teringat saat-saat terakhir Pipo di rumah sakit, meskipun sudah kesulitan berkata, tangannya tiada berhenti untuk berkarya. Pria itu menciptakan lagu untuk putri bungsunya, berharap suatu saat Rara menjadi penyanyi dangdut terkenal. Sayang, hingga ayahnya wafat, Rara tak pernah lagi bermimpi jadi penyanyi hingga kini.
Tanpa sadar, jarinya memetik gitar itu dengan sepenuh hati. Lalu suara merdunya, yang sudah dipendam selama 5 tahun itu kembali bergema untuk kedua kalinya.
Kalau sudah tiada baru terasa
Bahwa kehadirannya sungguh berharga
Sungguh berat aku rasa kehilangan dia
Sungguh berat aku rasa hidup tanpa dia
Kalau sudah tiada baru terasa
Bahwa kehadirannya sungguh berharga
KAMU SEDANG MEMBACA
Irama Cinta Duo Jalu
Teen FictionKisah heroik dua pemuda pecinta dangdut, Arul dan Rafandra menuju puncak kesuksesan. Niatnya untuk masuk ke belantika musik indonesia cukup sulit, ketika Irfan Rajamandala bersama bandnya mengolok-ngolok jika dangdut itu norak plus kampungan. Kehadi...