Prolog

372 17 21
                                        

Ini cerbung mikirnya dadakan, enggak pake premis, kerangka karangan dan lain-lain. Koment saja, kalau ada plot hole.

Happy Reading!!! 🥰🥰

Mendung seolah mewakili perasaan semua yang ada disana, saat sebujur tubuh mulai dimasukkan ke liang lahat. Kesedihan makin terasa, manakala tanah mulai dimasukkan untuk menutup lubang peristirahatan terakhir sang insan. Teriakan histeris seorang wanita, membuat siapa saja yang ada disana ikut larut dalam kesedihan.

Nampak sosok pemuda 15 tahun, berusaha menguatkan wanita yang menjerit tadi. Sementara dua bocah jembar yang berada dalam pelukan sang pengasuh, semakin tersedu menatap papan nisan ayah mereka.

Sayang, suasana berkabung yang teramat kental tak mempengaruhi sekelompok manusia yang nampak tenang dan bahagia. Seolah kepergian sang lelaki yang baru saja dikubur tersebut, adalah hal yang membahagiakan mereka.

Tak ada yang menyangka, di dalam otak masing-masing timbul berbagai rencana licik untuk merampas hak para anak yatim itu.

Seorang lelaki berkaca mata hitam tampak rapuh, teringat masa-masa indah bersama mendiang sahabatnya itu. Di sisinya, sang isteri tampak berusaha menahan tangis, teringat usaha almarhum yang berhasil meyakinkan kedua orang tua mereka, saat hendak menikah dulu.

Setelah selesai mengucap doa,  perlahan keduanya mendekati keluarga dari Winky Wiratama, sang sahabat yang tengah beranjak meninggalkan pemakaman.

"Arul, Nak tunggu sebentar!" panggilnya, membuat sang pemuda yang tengah memapah sang ibu menoleh ke belakang.

"Uncle Patrick, Aunty Sera, kapan kalian datang?" sahut pemuda bernama Faul itu seraya menghampiri dan mencium kedua tangan pasangan paruh baya di depannya.

"Baru saja tiba, maafkan Uncle dan Aunty karena tidak menemani di saat-saat sedih seperti ini?" ucap Patrick.

"Tak apa, Uncle, Aunty, melihat kalian sekarang ada disini saja, sudah membuat kami merasa bahagia." kata Arul.

"Mulai sekarang kamu yang jaga mereka, Nak. Jangan biarkan, siapapun menyakiti ketiga wanita berharga dalam keluarga kalian ini." Arul mengiyakan ucapan Sera.

Tiba-tiba obrolan mereka terputus, saat beberapa saudara Winky meminta untuk segera mengumumkan warisan yang akan diterima.

Patrick beristighfar, merasa terperenyak menghadapi orang-orang gila harta ini. Seolah tak memikirkan waktu yang pas untuk membicarakannya. 

Arul sudah menduga, kepergian ayahnya akan disambut suka cita bukannya merasa ikut kehilangan layaknya keluarga.

Pria itu berharap, setelah ini dia, ibu dan kedua saudarinya segera meninggalkan tanah sumatra ini.

Hasil surat warisan pun diumumkan, tapi beberapa orang tampak tak terima.

Terutama Gilbert Bramasta, saudara seayah Winky yang menginginkan semua aset jatuh pada dia dan kedua saudaranya.

Pria 30 tahun itu beranggapan, Arul dan saudari kembarnya tak pantas mendapat bagian.

"Maaf Pak Gilbert, ini sudah jadi ketentuan antara saya dan mendiang. Mohon hargai keinginan terakhirnya," ucap Patrick.

"Aku yakin engkau mengubahnya, supaya bisa menikahi Amaryllis dan menguasai hartanya. Iya kan?" Gabriella Haryani, adik bungsu Winky ikut menyerang pengacara muda itu.

"Om, Tante, kalau kalian teramat ingin harta keluarga ini. Silakan ambil, tapi tolong biarkan keluarga kami pergi dan hidup tenang!" seru Arul emosi.

"Hei anak kecil, jangan sok bijak. Harusnya Ibumu itu bersyukur, adikku meninggalkan hartanya, kalau enggak kalian akan jadi gembel!"

"Bu Ella, Pak Gilbert, tolong berhenti dan terima keputusan ini. Kalau tidak, saya akan sumbangkan harta ini ke panti asuhan."

Akhirnya urusan warisan itu selesai, meski masih banyak perselisihan di dalamnya. Setahun kemudian, Amaryllis dan ketiga anaknya memutuskan untuk pindah ke pulau jawa.

Alasannya, wanita itu ingin hidup tenang tanpa bayang-bayang harta warisan,  juga cemoohan dari pihak keluarga Winky.

Kejamnya paman sama tante Arul, aku doakan kalian kena Azab! 😡😡😡

Terima kasih atas kunjungannya...🥰🥰🥰

Ciamis, 10 Mei 2020 Pukul 09.39 am

Irama Cinta Duo JaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang