-Dirgantara Abramantyo Irawan-
Hari ini hari keberangkatanku menuju Yogyakarta, kerumah budeku lebih tepatnya. Mama, papa, eyang, budhe, dan pakdheku sudah berkumpul disana. Aku baru saja menyelesaikan praktek dokterku di daerah pelosok kawasan Cirebon ketika tiba-tiba mama memintaku untuk menginap di rumah budheku yang berada di kawasan Kaliwurang.
Tak kusangka lagi, pasti mama dan keluargaku memiliki maksud tertentu ketika menyuruhku berangkat ke Jogja secara dadakan. Yah apalagi kalau bukan perjodohan? Aku sebenarnya sudah bosan dengan kata-kata itu, mungkin sebentar lagi aku akan terkena alergi, ya alergi perjodohan. Entah mengapa mama dan eyangku selalu gencar menyodorkan puluhan gadis kepadaku, mungkin karena mereka was-was terhadap diriku yang sudah berumur 29 tahun, hampir berkepala 3.
Entah sudah beberapa kali aku bolak-balik menemui keluarga kerabat mama dan berkenalan dengan puluhan gadis pilihan mama, tetapi tidak ada satupun yang nyangkut di hatiku. Entahlah, mungkin hatiku sudah tertutup rapat untuk wanita manapun semenjak aku dicampakkan oleh mantan pacarku. Haha, ironis bukan? Pria mapan sepertiku dengan yah bukannya aku ge-er atau bagaimana, tetapi rupaku memang tampan. Buktinya banyak gadis yang selalu berusaha menarik perhatianku dengan berbagai cara, dan hasilnya nihil. Aku hanya menganggap mereka semua tidak lebih dari sekedar wanita penggoda.
Aku brengsek? Biar saja, rupanya para wanita itu tidak jauh beda berengseknya dengan para pria. Buktinya saja mantanku, dia meninggalkanku tanpa alasan yang jelas, padahal hubungan kami sudah 2 tahun lebih lamanya. Awalnya aku merasa tersakiti, sangat. Tetapi lama-lama hal itu yang menyadarkanku bahwa semua wanita itu sama saja, cuma bisa diluluhkan dengan uang, uang, dan uang. Cih.
Sebenarnya ada alasan lain mengapa aku menerima ajakan mamaku untuk menginap di Jogja. Milli, mantanku. Sekarang ia sedang berada di Jogja. Bukannya aku mau berangkat ke Jogja karena untuk mendapatkan hatinya lagi atau apa, oh tidak-tidak, aku tidak se-desperate itu. Aku hanya ingin mengetahui alasan yang kuat mengapa ia sampai bisa mencampakkanku dengan alasan yang tidak jelas.
Waktu sudah menunjukkan pukul 01.00 dini hari, dan keretaku baru saja tiba. Aku mencari gerbong kelas bisnis yang tertera ditiketku, gerbong nomor 7. Aku terpaksa memesan tiket kelas bisnis karena kelas eksekutif sudah ludes. Salahkan mamaku karena memintaku untuk datang ke Jogja secara mendadak.
Aku memasuki gerbong keretaku, dan mencari nomor kusiku. 1A, 1B, 2A, 2B,….umm..ah itu dia, 9D. Akupun memastikan lagi nomor tempat dudukku di tiket dan benar, nomor 9D. Aku lalu meletakkan koperku di tempat penyimpanan barang secara perlahan karena penghuni gerbong ini sepertinya sudah terlelap semua.
Dan termasuk seorang gadis yang tidur meringkuk di sepanjang tempat dudukku. Aih, bagaimana aku bisa duduk jika dia tidur dengan posisi seperti itu? Gadis ini terlihat benar-benar sangat pules tidurnya.
“Bangun” akupun menepuk-nepuk pundaknya perlahan. Hasilnya nihil, tidak ada respon.
“Hei, bangun” kataku dengan suara yang lebih keras. Gadis itu tetap tidak bangun. Aku mengguncangkan pundaknya lagi sedikit keras, dan dia tetap tidak bangun.
“Bangun, aku mau duduk” kataku lagi sembari menepuk-nepuk pundaknya—lagi.
“Hmm” gadis itu akhirnya bergumam walaupun ia tidak menunjukkan perubahan apapun.
“Bangun nona” aku mengguncangkan lengannya lebih kencang daripada yang tadi agar dia terbangun.
Gadis itu hanya menggerakan tangannya ke dadaku dan lalu mendorongku hingga aku terjungkal kebawah. Astaga gadis ini!
-----
Huaa maaf kalo ada typo ya semua, jangan lupa vommentnya aku tunggu buat penyemangat:D
G'night xoxo
KAMU SEDANG MEMBACA
A Stranger in Train
RomanceThe beautiful thing about young love is the truth in our hearts that it will last forever -Atticus-