Seminggu kemudian aku resmi punya Mama, Tante Mitha kini jadi Mamaku, sekarang rumah tak lagi sunyi, andrey juga dipaksa pindah. Karena disana sendirian dan tak ada yang ngurus akhirnya dengan paksaan seisi rumah termasuk aku, diapun bersedia pindah rumah.
"Mama...." aku mengecup pipi mama baruku,
Senang rasanya aku punya seorang Mama sekarang, ada yang merhatiin aku, dan Papa kelihatan berseri seri. Seperti habis mendapatkan lotrey saja. Senang sekali bisa menatapnya ceria seperti ini. Dan sekarang aku punya si jahil yang senang banget menggangguku.
"Jadi, kapan aku punya adik...?"
Tanyaku asal, membuat Papa tersedak dan Mama jadi salah tingkah. Andrey menyikut lenganku sambil mengunyah rotinya.
"Ups... maaf kalau gitu... berangkat dulu ya,"
Tanpa menunggu lagi aku segera ke garasi dan seperti biasa aku mengeluarkan si hitam maticku.
"Bulan... bareng aku aja, biar ndak telat...."
"Ndak usah dech Om... aku dah biasa naik motor sendiri kok!" Aku memakai helmku dan mulai menstatet motorku.
Dia mencabut kunci motorku dan memasukannya ke dalam saku celananya yang depan. Gila...apa maunya dia.
"Kalau berani ambil atau kamu bareng aku. Ayo cepat!" dia tersenyum licik padaku. Sial, kalau seperti itu mana berani aku nyentuh dia.
Aku menghentakan kakiku, sebel banget, sok memerintah banget sich dasar guru mesum. Mau tak mau aku mengekorinya dan naik ke boncengannya.
"Pegangan biar ndak ilang ketiup angin...."
Kugetok kepalanya. Sentakan gas motornya membuatku memeluk erat pinggangnya. Ah...aku harap dia tak merasakan detak jantungku saat ini, beruntung sekali dia ada di depanku jadi dia tidak dapat melihat wajahku kini yang seperti kepiting rebus, sepanjang perjalan aku sangat menikamati harum tubuhnya.
Aku meruntuki diriku sendiri yang begitu terpesona dengan sikapnya hari ini.
"Makasih Om..." aku meletakan helmku di atas joknya. Baru saja aku mau melangkah pergi tapi aku merasa ada seseorang menarik rambutku.
"Auuwww...sakit tau om, suka banget ya nyiksa orang,"
Aku mengelus kepalaku, seenaknya saja dia menarik rambutku. Bukannya di rapiin ni malah dibikin tambah kusut. Dan...
Cup...
Kurasakan sesuatu menyentuh bibirku singkat tapi kurasakan ini aneh, untuk sesaat aku terdiam.
"Itu hukuman karena memanggilku Om..., mau lagi?"
"Dasar Om. Mesum...!"
Aku langsung berlari meninggalkannya sebelum dia melihat wajahku yang kembali merona.
Huaaah, guru gila... guru mesuumm... Om sialan.kenapa juga mesti kenal sama orang kayak gitu...sekarang apa yang mesti aku lakukan. Ini jam pelajaran dia dan seenaknya saja dia tadi menciumku. Jangan harap aku akan memafkannya. Tubuhku terasa panas dingin sekarang. Menunggu detik-detik kemunculannya di kelasku. Jantungku terasa berdetak cepat. Setiap detik adalah siksaan buatku. Wajahku terasa memanas.
"Lo kenapa Yuan..kok aneh gitu?" Marni mulai kepo melihatku salah tingkah dari tadi.
"Aneh apaan sich...?"
"Wajahmu merah... kayak orang yang lagi kasmaran aja...."
"Sok lo ah... kayak lo pernah jatuh cinta saja...."
"Hehehe...." ah, celaka tebakan Marni benar... ah.tidak, Aku menggelengkan kepalaku tanpa sadar.
Kehadiran Bu sri membuat kelas jadi hening.
"Hari ini pak andrey ijin dulu, ada tamu penting...sekarang kalian kerjakan tugas hal 45..., ibu tinggal dulu, kalau ada yang berani keluar kelas atau gaduh saya tidak segan-segan menghukum kalian. Mengerti...!"
"Mengerti, Bu...!"
Serempak seluruh kelas menjawab ucapan Bu Sri. Tampaknya bukan aku saja yang kecewa kali ini tapi beberapa siswa putri pun mulai kasak-kusuk ngomongin Om mesum yang mendadak saja ijin padahal tadi pagi dia datang bersamaku..siapa tamunya ya? Begitu pentingkah hingga dia rela meninggalkan waktunya mengajar, jadi penasaran aku.
"Mau kemana? Jangan kemana-mana nanti kena hukuman lagi," Marni menahanku ketika tau aku hendak bangkit, dia hapal aku selalu melarikan diri disaat jam kosong seperti ini.
"Toilet, perutku sakit mau ikut?" jawabku asal.
"Ogah, jorok lo," ucapnya sewot.
Aku pun melenggang meninggalkan kelas, aku yakin Bu Sri tidak akan kembali sampai nanti jam istirahat. Iseng-iseng aja aku menuju keruangan om mesum, lorong ini cukup sepi karena memang ini jam pelajaran jadi wajar jika mereka pada di dalam kelas, hanya aku saja yang kurang kerjaan keluyuran disaat jam pelajaran, bukannya ngerjain tugas tapi malah sok jadi detektive yang sok sibuk karena dapat kasus baru, baru saja tiba dibelokan aku melihat om mesum keluar, aku hendak mengagetkannya tapi langkahku surut ketika aku melihat seorang gadis mengekorinya.
Senyum gadis itu tampak mengembang sempurna bahkan dia tak ragu untuk bergelayut manja pada lengan Om mesum.
Sejenak langkahku seakan terpatri di tempat saat aku melihat andrey mencium bibir gadis itu sekilas. Saat itu juga aku merasa nafasku terasa sesak dan darahku berhenti mengalir semudah itukah dia mencium gadis lain setelah dia menciumku tadi pagi.
Kenapa dia begitu tega padaku, apa karena aku masih kecil seenaknya dia mempermainkanku..jadi aku ini apa, mainan buatnya? Benar, aku cuma mainan pelipur laranya saat dia kesepian jauh dari kekasihnya.
Ok, kalau ini adalah permainanmu, kita lihat sejauh mana kau bisa menumbangkan aku. Kau salah orang untuk kau permainkan om... aku, Yuana Bulan Maharani tak akan pernah bertekuk lutut dihadapanmu hanya karena masalah cinta. It's show time.
KAMU SEDANG MEMBACA
sorry
General Fictionaku tak pernah bermaksud masuk dalam hidupmu dan membuat semuanya berantakan tapi aku juga tak bisa menyalahkan waktu yang membuatku terikat padamu.