Part 2

56 2 0
                                    

         Setelah sholat Dhuhur, Qilla telah bersiap  kini ia memakai gamis berwarna biru navy dengan warna hijab yang senada. Saat ini Qilla sedang menunggu Azlan menjemputnya, sesuai apa yang dikatakan Azlan semalam, Qilla akan menemani Azlan membeli cincin untuk Arini, walaupun hatinya masih merasa sangat sakit, tapi saat ini Qilla berusaha untuk Perlahan-lahan melupakan rasa cintanya kepada Azlan, Qilla hanya ingin menginginkan sahabat yang dicintainya secara diam-diam itu bahagia walaupun dengan wanita lain bukan dirinya.

         Tak berselang lama, Qilla mendengar suara bel rumahnya.

"Mungkin itu kak Azlan," ucap Qilla pada dirinya sendiri dan bergegas turun sebelum itu dia mengambil tasnya dulu.

                           🥀🥀🥀🥀🥀
    
"Assalamualaikum," ucap Azlan ketika Qilla membuka pintu

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," ucap Qilla yang langsung menundukkan pandangannya.

"Kok warna baju kita mirip ya?"

Mendengar ucapan Azlan, Qilla langsung memandang Azlan, dan memang benar saat ini Azlan juga memakai kemeja berwarna biru navy.

"Iy-iya ya kak,"

Qilla gugup dan kembali menundukkan pandangannya

"Oh iya, Tante Fisya ada?" Tanya Azlan sambil mencari keberadaan Fisya, Bunda Qilla.

"Bunda ada didapur kak, emangnya kenapa?" Tanya Qilla yang masih setia menunduk.

"Mau minta izin," ucap Azlan menjawab pertanyaan dari Qilla

"Hah?"

Qilla yang kaget pun langsung melihat wajah Azlan yang lebih tinggi darinya setelah sadar Qilla pun langsung menundukkan pandangannya kembali.

"Iyalah minta izin, masa aku mau bawa anaknya keluar nggak minta izin dulu,"

Ucapan Azlan membuat Qilla lega, memangnya apa yang Qilla pikirkan?

"Oh, yaudah Qilla panggil bunda dulu, kak Azlan duduk dulu gih,"

Setelah mengucapkan kata itu, Qilla langsung kedapur untuk memanggil bundanya.

"Ehhh nak Azlan,"

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Tante,"

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh nak,"

"Maaf tante sebelumnya, Azlan mau minta izin ngajak Qilla keluar sebentar, apakah tante ngizinin?" ucap Azlan dengan sopan

"Hm. , tante izinin tapi kalian harus jaga jarak, dan mengingat batasan antara lawan jenis yang bukan mahram," ucap Fisya mengingatkan

"In Syaa Allah tante, Azlan akan selalu ingat pesan tante, lagian juga nanti Azlan dan Qilla perginya ditempat yang ramai dan kalau dimobil Qilla duduknya dibagian belakang,"

"Oh iya, kalau gitu kalian hati-hati ya,"

"Iya tante,"

     Setelah salam dan mengucapkan salam kepada bunda, Qilla dan Azlan pun bergegas pergi.

~~~~

      Saat ini mereka telah berada didalam mall terbesar dikota ini, Qilla berjalan disamping Azlan dengan sedikit jarak diantara mereka, ada beberapa mata yang melihat mereka berdua, mungkin mereka beranggapan bahwa Azlan dan Qilla adalah pasangan yang sangat serasi, apalagi saat ini mereka memakai baju yang warnanya sama.

"Hmm, Qilla kayaknya nggak usah deh beli cincin disini, nanti aku titip sama Mama aja deh," ucap Azlan tiba-tiba

"Ishh apaan sih kak, harusnya kakak itu bilangnya dari tadi, kita udah sampai disini juga," ucap Qilla jengah

"Maafin aku deh,"

"Iya deh aku maafin,"

"Jadi kita sekarang pulang nih kak?" tanya Qilla

"Nggak,"

Qilla benar-benar bingung dengan sahabatnya ini, ada apa sih dengan Azlan?

"Kenapa nggak? Tujuan kita kesini kan cuma mau beli cincin dan udah nggak jadi, jadi apa lagi yang mau kakak lakuin disini?"

"Aku nggak mau keluar dari Mall ini dengan tangan kosong, sekarang aku rencananya mau beliin kamu baju gamis,"

Sesuatu? Sesuatu yang sangat diinginkan Qilla kali ini adalah pulang kerumah.

"Nggak usah deh kak, kita pulang aja ya, lagian kalau masalah baju, Qilla punya banyak kok dirumah," ucap Qilla berusaha menolak tawaran Azlan.

"Nggak ada kata penolakan, lagian ini pertama kalinya loh aku beliin kamu baju, biasanyakan aku cuma beliin kamu novel itupun kalau ulang tahun kamu doang,"

"Tapi Qilla nggak mau dibeliin baju kok kak,"

"Yaudah deh kalau kamu maksa," ucap Azlan pasrah.

      Merekapun keluar dari Mall itu dan bergegas pulang. Saat diperjalanan tiba-tiba  Azlan menghentikan mobilnya disebuah warung bakso.

"Kakak ngapain berhenti disini?"

"Aku lapar Qilla, belum makan siang, soalnya tadi pulang kantor aku langsung kerumah kamu, kamu temenin aku ya? Nanti aku yang bayarin," ucap Azlan melihat Qilla dari kaca dalam mobil yang berada didepannya.

"Harus kakak dong yang bayarin, kakak kan sekarang udah jadi bos, nggak seperti waktu kuliah dulu masih pakai uang orangtua, hahahaha,"

"Ushh Qilla kamu itu perempuan harusnya kamu itu kalem-kalem dikit, lagian kamu nggak malu apa ketawa kayak gitu didepan cowok ganteng kayak aku," ucap Azlan yang penuh percaya diri, tapi Azlan memang ganteng sih, sholeh lagi.

"hidihh kakak kepedean banget sih," ucap Qilla memasang wajah sok jijiknya padahal sih dalam hati semua ucapan Azlan dia benarkan.

      Walaupun Azlan dan Qilla berasal dari keluarga yang kaya, namun mereka tak pernah memilih-milih tempat untuk makan, apapun itu asalkan halal mereka akan makan. Malah mereka kadang lebih menyukai makanan yang dijual dipinggir jalan, selain murah juga dapat mengenyankan perut karena porsinya yang lumayan banyak.

      Untuk saat ini Qilla melupakan sesaat sebuah kenyataan bahwa sebentar lagi Azlan akan meminang gadis lain.

Ingat Qilla ini pesan dari aku "sebelum jalur kuning belum melengkung masih bisa ditikung tapi tikungnya lewat do'a ya 😉"

*Mohon maaf kalau banyak typonya dan maaf juga kalau ceritanya gaje

Jalan TakdirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang