Part 3 ⚠

1.8K 150 18
                                    

▶ LOVE STORY



CRASSSHH

Sejak tiga puluh menit yang lalu, Jen Prince membiarkan tubuhnya berada dibawah guyuran shower, guyuran air dingin yang dipilihnya dan tidak mempedulikan udara penghujung musim gugur yang menusuk atau kenyataan waktu menunjukan hampir tengah malam.

Wajahnya ditekuk, membiarkan tetesan air meluncur dari rambut menyusuri wajah, leher kokohnya, hamparan dada bidang dan pahatan perut yang hampir sempurna, terus sampai ujung kaki. Layaknya patung dewa hasil imajinasi para seniman, indah dan mempesona.

Terpekur, sesekali kedua telapak tangannya mengusap frustasi wajah yang selalu dikagumi banyak orang itu.

Dia tidak berniat untuk menambahkan sabun, shampoo atau apapun. Yang dia perlukan saat ini adalah, suhu dingin, atau apapun yang bisa mendinginkan tubunya terlebih pikirannya.

"Aarrrgghhhh Jen Prince Bodoh.. bodoh.. bodoh..." geramnya.

Kedua tangannya bertumpu pada dinding kaca pembatas yang berembun. Beberapa kali hantaman lemah dari kepalan tangannya dilayangkan. Setitik air mata atau mungkin lebih yang tersamarkan dengan guyuran air sudah tidak bisa dia tahan. Merutuki kebodohan atau lebih tepatnya menyesali perbuatan yang telah ia lakukan kurang dari satu jam yang lalu. Bukan sepenuhnya penyesalan, tapi ketakutan— apa yang telah dia lakukan akan menyakiti bahkan menghancurkan sesuatu yang selalu menjadi prioritas utamanya dalam hidup.

"Queen, maaf—maaf sayang.." Kalimat itu berulang dia gumamkan, dan kini berselingan dengan isakan. Sebuah momentum yang langka jika seorang Jen Prince menangis, dan itu menjadi salah satu prinsip hidupnya, menahan air mata dan menelan segala kesedihan dengan tegar.

Tapi prinsip itu ambruk, jika menyangkut Jisoo Queen.

FLASHBACK 

1 Jam Yang Lalu

"Hhnnaaahh.. Jen.. oppaaaaa." sebuah lenguhan terdengar dari sesosok gadis yang tepat berada di bawah kungkungan tubuh tegap seorang pemuda.

Tubuhnya bergetar halus, seiring gencarnya sensasi memabukan yang dia rasakan di beberapa titik sensitif tubuh bagian atasnya.

"Sssshhhhhh.. sayang.." Desisan halus menghasilkan sapuan napas hangat di leher jenjang sang gadis. Kepalanya masih terbenam dilekukan leher sang gadis.

Bibirnya menyapa beberapa titik, menjilat, menghisap dan ketika dorongan kuat dari dalam tubuhnya meningkat, gigi geriginya menggigit halus kulit putih dibawahnya. Jen menarik wajahnya dari ceruk leher Jisoo, adik kembarnya.

Tatapannya mengunci sosok indah yang ada dibawahnya. Tatapan sayu dan sarat makna, tatapan yang selalu dia tujukan hanya untuk permata hidupnya, namun kali ini ada kilatan lain dalam tatapannya, sebuah hasrat atau bahkan gairah yang siap meledak. Sebuah perasaan yang harusnya tidak ada dalam tatapan mata saudara sedarah, tapi nyatanya, Jen tidak mampu untuk menghalaunya. Hasrat yang selalu dia pendam dan sembunyikan, selalu dia kubur dalam-dalam. Kilatan gairah yang berusaha dia kebiri ketika memandang keindahan Jisoo, bersentuhan dengan kulitnya dan merasakan afeksi yang ditujukan untuknya.

Bukan hasrat dan gairah kotor lelaki yang terbutakan nafsu, tapi hasrat dan gairah yang tumbuh begitu saja dari sebuah perasaan indah dan suci yang menginvasi hatinya, pikirannya dan kini mengontrol tubuhnya.

Jen memahaminya dengan benar dan merasakan keindahannya, dan untuk beberapa alasan dia rela terkubur dengan semua itu. Merasakan indah dan sakit secara bersamaan. Tapi apalah daya dia, ketika nalurinya sebagai manusia muncul kepermukaan begitu saja, tanpa mampu dikontrol tubuhnya menerjang permata hatinya, menindihnya dan merasakan keintiman yang tidak mampu dia lawan.

LOVE STORY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang