Happy reading ")
••Di dalam kamarnya yang terletak di lantai dua, seorang laki-laki dengan seragam putih abu sedang memandangi langit yang terlihat cerah. Orang itu menahan dagunya dengan satu tangan. Ya, itu aku.
"Nara! Turun! Ayo sarapan!" teriak ibu dari dapur.
Aku turun dari kamar dan menghampiri ibuku yang sedang menyiapkan sarapan.
"Ah.. duduk disini.. karena hari ini adalah hari pertama sekolah. Makanlah ya—"
"Tak usah. Satu saja cukup," ucapku memotong pembicaraan sembari mengambil sepotong Roti yang sudah diolesi selai kacang.Aku menggigit roti itu, berjalan ke pintu depan dan membuka lemari yang berisikan sepatu. Betapa berdebunya semua sepatu itu.
Aku mengambil sepasang sepatu tali berwarna hitam putih dan memakainya.
Setelah mengunyah roti dan menelan semuanya, aku membuka pintu rumah, "aku berangkat."
"Nara!" Panggil ayah dengan nada khawatir. Aku menoleh kearahnya.
"Jangan lupa untuk bersikap ramah."Aku mengangguk kecil tanpa tersenyum.
Nara Aditia, itulah nama orang yang akan menjadi tokoh utama dalam cerita ini.
••
Apa kalian pernah bertanya, apa itu teman dan pertemanan? Itu adalah pertanyaan yang sangat menyebalkan. Pertanyaan itu selalu terpikirkan olehku. Layaknya earworm.
Namaku Nara Aditia. Kalian bisa menyebut ku sebagai seorang pendiam. Yah, kenyataannya memang seperti itu.
Aku adalah manusia yang bisa hidup tanpa seorang teman. Apa gunanya itu? Izinkan aku menanyakan satu hal.
Apa itu teman? Apakah ia adalah orang yang menemanimu berangkat ke sekolah? Kalau seperti itu, apa bedanya teman dengan hewan peliharaan? Aku lebih memilih membawa hewan peliharaan untuk menemaniku.
Semua orang terlihat senang di depan yang lainnya. Tapi ingat, kalian adalah manusia. Sifat asli kalian akan muncul ketika kalian terpuruk.
••
Aku berjalan dengan kedua tangan yang berada di dalam saku celana. dengan sedikit membungkuk dan menatap kearah tujuanku.
Berbelok di persimpangan, dan kalian akan melihat jalan yang lumayan luas dan diapit oleh pohon Cemara di sepanjang jalan.
Jalanan ini ramai oleh murid dengan seragam putih abu. Gerbang hitam tinggi, terbuka lebar di depan sana.
Aku mengeluarkan tanganku dari saku dan berjalan seperti orang pada umumnya.
"Hei lihat! Sepertinya itu bagus." Terdengar suara lelaki yang sedang menatapi tubuh seorang siswi. "Wah.. seleramu bagus juga!" balas seseorang di sampingnya.
"Eh.. gimana kabar doi? Lu masih pacaran sama dia kan?" Kini terdengar seorang siswi yang sedang bergosip. "Ah.. dia sampah, dia punya banyak simpenan!"
Bosan. aku pun memainkan poni rambutku yang hampir menutupi mata.
••
"Selamat datang para murid baru di SMA Negeri 1. Mohon kerjasamanya untuk 3 tahun kedepan." Beberapa patah kata mulai terucap dari mulut seorang lelaki berumur 40-an dengan memakai kacamata dan rambut yang sedikit putih.
"Masa SMA adalah masa yang sangat menyenangkan. Bapak harap, kalian bisa berteman dengan baik dan membuat kenangan indah," sambungnya setelah beberapa basa-basi.
••
Kalian tau? Kata kata itu adalah pembagian kasta. Tanpa sadar, kalian dituntut untuk mempunyai banyak teman agar kalian tidak ditindas.
Seseorang dengan teman yang banyak, akan dianggap sebagai orang baik. Dan sebaliknya. Ini adalah pembagian kasta secara tak sadar.
Tapi, bagaimana denganku? Tenang saja, karena aku tak membutuhkan teman.
••
Kelas. Akar dari berbagai macam masalah kecil. Di dalam kelas, kalian bisa melakukan apapun tanpa disadari guru, jika mereka tak melihatnya atau tak ada yang melaporkannya.
Aku duduk di barisan paling belakang dan disamping jendela.
Satu demi satu, mereka memperkenalkan diri mereka dan bertukar kontak. Sangat mengganggu.
Apa setelah ini kalian akan berteman? Kalau seperti itu, jangan sertakan aku dalam perkenalan ini.
Kenapa? Karena aku tak butuh teman.
••
🍵Wah.. terimakasih sudah membaca Part 1 ini.
🍵Jangan lupa, tinggalkan jejak kalian dengan Vote dan komen AKA votment.
👋See ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Lone Wolf*
Teen Fiction*Diangkat dari imajinasi seorang penyendiri. Cerita ini mengisahkan seorang lelaki penyendiri yang selalu menutupi kelemahannya dengan berbagai alasan. Dia selalu merasa tak membutuhkan orang lain selain orang tuanya, dan karena itulah dia di cap se...