*Diangkat dari imajinasi seorang penyendiri.
Cerita ini mengisahkan seorang lelaki penyendiri yang selalu menutupi kelemahannya dengan berbagai alasan. Dia selalu merasa tak membutuhkan orang lain selain orang tuanya, dan karena itulah dia di cap se...
Pagi ini, aku sedang tertidur pulas. Entah kenapa semalam, tubuhku terasa lemas. Agh menyebalkan. Aku merubah posisi tidurku menjadi menghadap kanan.
"Selamat pagi pangeran tampan." Aku merasa ada seseorang yang membisikkan sesuatu padaku.
Aku membuka mataku dan melihat masalah. Duh.. kenapa aku memimpikannya!? Sialan!
"Hei ... berapa lama lagi kamu akan seperti itu?" Suaranya terdengar jelas. Ini bukan mimpi?
Aku mencubit pipiku dan... Ini bukan mimpi. Seorang troublemaker sedang berada di kamarku.
"Ha!! Apa yang kau lakukan di kamarku!?" bentakku sembari menjauh darinya. Perempuan itu terkejut.
"Aku sudah bilang kemarin, aku akan menjadi temanmu! Kalau kamu tak mau, akan kubuat kamu mau," jawab perempuan itu dengan tersenyum.
Oy oy ... kenapa kau mengutip kata-kata dari lirik lagu? Itu pelanggaran hak cipta!
Aku turun dari kasurku lalu berjalan ke arah dapur. Ibuku sedang memasak disana.
"Bu! Kenapa ada orang asing di kamarku!?" tanyaku dengan nada yang sedikit tinggi. Ibu tertawa kecil dan tersenyum.
"Wah ... Ibu sangat terkejut saat dia bilang kalau dia adalah temanmu. Ibu langsung menyuruhnya ke kamarmu deh," jawab ibu dengan wajah yang berseri-seri.
Agh... sialan. Aku membalikkan badanku dan melihat perempuan itu sedang berdiri disamping tangga dengan memasang wajah bingung.
"Kau ... berangkat saja duluan," ucapku sembari menaiki tangga. Di kamar, aku mengambil handukku dan pergi ke kamar mandi.
••
Setelah selesai bersiap, aku pergi ke dapur. Dan ... pasti kalian tahu apa yang terjadi. Ya, perempuan itu ada disana. Dia sedang mengobrol dengan ayahku.
Aku berjalan dan duduk dikursi tepat di samping perempuan itu. Ia menoleh ke arahku, "Selamat pagi pangeran tampan."
Refleks aku menoleh ke arahnya. Menatapnya tajam lalu menoleh ke arah ibuku yang sedang memasak. Ibuku... Dia... gerakannya sangat mencurigakan.
Aku menghela napasku. Ibu membawakan beberapa piring makanan yang telah ia masak.
"Silahkan dicicipi," ucapnya dengan tersenyum.
••
Aku... tidak, kami berjalan menuju sekolah. Dia terlihat senang. Bisa dilihat dari ekspresi dan cara berjalannya yang sedikit melompat.
"Masakan ibumu enak. Aku akan mampir lagi," ucapnya tanpa menoleh sedikitpun. Perempuan ini... Aneh.
••
Keesokannya.
"Selamat pagi pangeran tampan," ucapnya dengan tersenyum. Apa apaan perempuan ini?
"Pulang sana!" jawabku sembari menarik selimut. Perempuan itu naik ke kasurku.
"Cepatlah!" ucapnya sembari menarik selimutku. Perempuan ini... gila.
••
Keesokannya, Lagi.
Aku memasang kunci ganda pada pintuku tadi malam. Jaga-jaga kalau perempuan gila itu datang lagi.
Pagi ini, aku belum mendengar apapun. Sepi. Ya, seperti biasanya. Aku menutup wajahku dengan bantal, lalu mengubah posisi menjadi duduk.
Kamar yang gelap ini, suram.
Aku beranjak dari kasur dan membuka semua kunci yang berada di pintu. Pintu terbuka dan diikuti oleh sinar matahari yang hangat. Ah ... nyamannya.
"Kkhhhhgghh...." Terdengar suara dengkuran yang lumayan keras. Aku menoleh ke segala arah untuk mencari sumber suara. Dan sialnya, perempuan itu sedang tertidur pulas di samping pintu kamarku.
Tapi, dia tak memakai baju seragam. Apa orang ini sudah kehilangan akalnya? Aku menghampirinya dan menendang pelan kakinya.
"Oi... Oii!! Bangun...!" ucapku dengan suara berat. Perempuan itu mengusap matanya dan menoleh ke arahku.
"Ah... kamu sudah bangun?" Ia menggelengkan kepalanya dan berdiri.
Apaan itu? Harusnya aku yang bertanya kan?
"Kau kesini tanpa seragam?" Aku berjalan menuju tangga. "Seragam? Ini hari Sabtu kan?" Kata-kata yang keluar dari mulutnya membuatku terkejut.
Sebentar, kalau kemarin Jum'at... kenapa aku membuat kunci ganda tadi malam? Berarti... aku menunggu kedatangannya? Ahh... tidak mungkin! Aku tak percaya dengan psikologis. Tapi...
"Ada apa?" Dia mendekatiku dengan wajah bingung. Aku menoleh ke arahnya dan menatap matanya.
"Kalau ini hari Sabtu, orangtua ku-" Agh... sialan!
"Yah... kau harus belanja hari ini. Ibumu bilang kalau aku harus menemanimu," ucapnya sambil memegang kertas panjang.
Agh... sial!
••
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🍵Wah.. terimakasih sudah membaca Part 4 ini.
🍵Jangan lupa, tinggalkan jejak kalian dengan Vote dan komen AKA votment.