Happy Reading ")
••1 bulan telah berlalu begitu saja. Sejauh ini, aku tak menemukan kesenangan di manapun. Omong kosong.
Di dalam kamar dan di atas kasur. Terlihat seorang pangeran tampan yang sedang tertidur nyenyak. Ya, itu aku. Aku di tahun lalu. Tapi, kali ini aku harus meregangkan badanku.
Aku turun dari kamar dan langsung memakai sepatuku. Untuk apa? Jogging. Kalian pikir aku pemalas? Aku hanya seorang pendiam. Kalau kalian berpikir aku adalah pemalas, silahkan benturkan kepala kalian ke dinding.
••
Matahari belum terbit. Langit berwarna biru Navy dan udara yang sangat sejuk. Aku mengantuk.
Tak seperti biasanya, kali ini Bintang terlihat sangat banyak. Padahal sebentar lagi pagi. Aku terpaku melihat bintang bintang itu.
"Terpaku pada benda kecil yang terang?" Suara yang datang tiba-tiba. Aku menoleh. "Ah ... maaf mengganggu."
Aku tetap menoleh kearahnya dan menatapnya tanpa ekspresi. "Seram." Kata-kata yang keluar dari mulutnya menyadarkanku.
Aku mengedipkan mataku beberapa kali, "Maaf?" Ia tersenyum kecil lalu mendekat ke arahku.
"Jangan memasang ekspresi seperti itu, kamu tak akan bisa punya teman loh." Ia mengatakan itu dengan sangat mudah. Senyumnya mengerikan.
Mataku menyipit dengan sendirinya. "Maaf.. selamat tinggal," ucapku meninggalkannya.
Jika kalian bertemu dengan orang sepertinya, tinggalkan saja. Dia hanya kurang perhatian dan ingin diperhatikan. Dan, itu sangat menjengkelkan.
Aku melanjutkan jogging ku hingga matahari akan terbit.
••
Sekolah, adalah tempat dimana kau merundung dan dirundung. Sampah, mengkhayal saja sana. Kau pikir sekolah adalah tempat untuk bermain? Pergilah ke tempat dimana kalian bisa berteman. Dasar maniak.
Guru memasuki kelas dengan membawa buku tipis.
"Selamat pagi anak-anak. Hari ini kelas kita mempunyai murid baru, ibu harap kalian bisa akrab dengannya." Begitulah ucapnya.
Seorang perempuan memasuki kelas dan berdiri di depan papan tulis.
Kepalaku tak bergerak sama sekali, betapa indahnya pemandangan dari atas sini. Aku bisa melihat pohon Cemara dimana-mana.
"Terimakasih, silahkan duduk di kursi yang kosong." Sang guru mempersilahkan anak baru itu untuk duduk.
Ah.. leherku sedikit pegal. Aku mengelus pelan leherku dan kembali melamun.
Badanku bergerak. Aku merasa, bahuku tersenggol oleh sesuatu. Refleks kepalaku menoleh. "Hai..!" sapa seorang perempuan.
Kursi itu kosong, seharusnya kosong. Tapi, kenapa kursi itu diduduki? Siapa dia?
"Halo..?" sambungnya sambil melambaikan tangannya di depan wajahku.
Cukup. Aku kembali menoleh kearah luar jendela dan melamun. Tapi, kini senggolannya makin kuat. Kepalaku terombang-ambing seperti sedang diterpa ombak.
Kesal. Aku pun menoleh cepat kearahnya.
"Ini aku.. orang yang tadi pagi. Apa kamu ingat?" Suara yang keluar dari mulutnya mengingatkanku akan suatu hal.
"Oh," jawabku singkat, padat dan jelas. Perempuan itu tertawa kecil.
Ha? Apa yang lucu? Aneh. Tawanya mereda dan ia mengulurkan tangannya.
"Namak—"
"Ayo kita mulai pelajarannya." Perkataannya terpotong oleh suara guru yang lebih keras.Apa itu penting? Kurasa tidak.
••
Jam istirahat, adalah saat terburuk di sekolah. Kenapa? Pada jam ini, semua guru sedang beristirahat. Mereka tidak peduli dengan penyimpangan apapun. Di jam ini pula, para perisak mulai merisak target mereka. Menjengkelkan.
Umumnya, seluruh siswa lebih memilih menghabiskan waktu di kantin. Untung saja mereka tidak tahu tempat ini. Halaman belakang sekolah. Disini memang tak ada apa-apa, tak menarik pula. Tapi disini aku bisa bebas sendiri.
Harusnya seperti itu, memang begitu seharusnya. Tapi, kenapa ada perempuan disana!? Dan lagi, dia duduk santai di tempatku. Itu comfort zone ku!
Perempuan itu menyadari kedatanganku. Ia menoleh lalu tersenyum. Melambaikan tangannya dan memanggilku.
Ah.. ini buruk.
••
🍵Wah.. terimakasih sudah membaca Part 2 ini.
🍵Jangan lupa, tinggalkan jejak kalian dengan Vote dan komen AKA votment.
👋See ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Lone Wolf*
Teen Fiction*Diangkat dari imajinasi seorang penyendiri. Cerita ini mengisahkan seorang lelaki penyendiri yang selalu menutupi kelemahannya dengan berbagai alasan. Dia selalu merasa tak membutuhkan orang lain selain orang tuanya, dan karena itulah dia di cap se...