Baru apdet setelah sekian dasawarsa. Gak ada yang nungguin juga karna ceritanya sad mungkin, jadi gue enak-enakan aja gak ngegarap ehehe.
Siapkan lap ya
Oke, happy reading bosQ
~*~
“amih angan epas” Hamzah membalik cepat badannya lalu memeluk kaki Baekhyun.
(mamih jangan lepas)
“adek coba pelan-pelan” kata Baekhyun seraya berjongkok untuk menyejajarkan tingginya dengan putra kecilnya.
Si kecil menggeleng, bibir merahnya mencebik dengan mata berkaca-kaca hendak menangis. Kedua lengannya dia lingkarkan erat di area leher sang ibu, kaki kecilnya yang menapak lantai semen rumah hendak ia angkat juga namun sang ibu segera menahannya agar tetap menapak di sana.
“nda au alan, akut atuh amih” kata Hamzah lagi, kali ini air matanya benar-benar meluruh, hidungnya memerah dan kembang kempis.
(gak mau jalan, takut jatuh mamih)
Baekhyun mengekeh, dia usap lelehan air mata di pipi memerah putranya, dia kecup kedua mata itu cukup lama kemudian bicara.
“jangan takut, kan ada mamih. Sebelom adek jatoh, mamih langsung tangkep adek. Belajar jalan lagi, ya? Kalo udah bisa jalan, tahun besok mamih daftarin sekolah. Katanya adek mau masuk sekolah kaya temen-temennya adek yang lain”
Bocah usia hampir lima tahun itu tetap menggeleng, keinginannya untuk bersekolah telah luntur sekarang. Ketakutannya akan jatuh lebih besar daripada keinginannya untuk bersekolah seperti teman-teman sebayanya.
“terus sandal barunya buat apa kalo adek gak mau belajar jalan?” bibir Baekhyun mencebik lucu menirukan bibir anaknya.
“uang aja, Amza nda au alan” si kecil mendengus dengan bibir tetap setia mencebik.
(buang aja, Hamzah gak mau jalan)
“yaudah gak papa”
Baekhyun mengangkat putranya dalam gendongan. Biarlah si kecil tak mau belajar berjalan, padahal dia yakin sebenarnya Hamzah sudah bisa berjalan hanya saja anak itu takut jatuh dan membuat luka di tubuhnya. Putranya itu benar-benar takut terluka.
“kita ke bengkelnya papih ya, di sana adem” kata si cantik sambil memasang kain gendong.
Hamzah mengangguk saja kemudian menyandarkan kepalanya pada dada sang ibu. Matanya melirik kamar abangnya yang kosong.
“ana amas?”
(mana mamas?)
“di bengkel, main sama mas Hafiz sama mas Hanif”
Pintu depan dan belakang Baekhyun kunci kemudian berlalu menjauhi halaman belakang rumah menuju bengkel kecil suaminya yang berada di rumah lama mereka.
Ya, mereka sudah pindah rumah satu tahun lalu, dan rumah lama yang berada di samping kuburan Chanyeol gunakan sebagai bengkel untuk menambah penghasilan. Memusatkan penghasilan hanya pada gaji guru dan panen tak begitu menjamin. Hasil sehari dari bengkel cukup untuk membeli lauk makan esok harinya.
Sampai di bengkel, Hamzah disambut dengan meriah oleh Yoora dan kedua anaknya. Yoora merentangkan kedua tangannya kemudian mengambil Hamzah dari gendongan Baekhyun.
Chanyeol yang tengah menambal ban sepeda ontel menoleh pada putra kecilnya kemudian memberinya senyum hangat. Tangannya yang kotor oli dia lambaikan.
“anak papih gak bobok siang?” tanyanya.
Hamzah menggeleng,
“nda au, nda enak” katanya, mengundang tawa dari orang-orang yang ada di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Star [Special Part of KPC] ✔
Fiksi PenggemarIni kisah tentang Hamzah, bintang kecil putra Haris dan Angga yang berharga, tabungan keluarga yang menanti di Surga. Tak banyak kenang-kenangan yang dia tinggalkan. Hanya tiga lembar foto yang yang terpajang di dinding ruang tamu dan meja rias. Ki...