CHAPTER 2

7.6K 167 20
                                    

Huuhh, otak gw encer banget nulis cerita ini wkwk

Happy Reading

"Terima kasih, bu Rika." Beno tersenyum bahagia menerima sekotak makan siang yang diberikan Rika kepadanya. Well, kegiatan ini selalu terjadi setiap harinya semenjak Rika mengajar di Kampus ini.

Ketika sebelumnya Rika selalu memberikan jatah makan siangnya dengan ikhlas dan senang hati, kali ini ada maksud mengapa ia melakukannya.

"Katakan apa yang ingin kamu sampaikan tadi pagi kepada saya." ucap Rika tegas.

Beno menelan salivanya. Ia menatap Rika gugup.

"Beno, jangan membuat saya penasaran. Cepat katakan!" sentak Rika tidak biasanya.

"Ba-baik, bu." Beno menghela napas. Berusaha memberanikan diri.

Beno melirik jam tangannya. "Biasanya jam segini pak Stevan akan datang menjemput ibu untuk makan siang di luar, bukan?"

"Ya." Rika juga ikut melirik arlojinya. "Kira-kira lima menit lagi di akan sampai di sini."

Beno menghela napas. "Ibu harus mencari tahu apakah pak Stevan mempunyai mobil berwarna merah apa tidak."

Rika mengangkat alisnya, "Setahu saya suami saya tidak pernah mengoleksi mobil berwarna merah. Ia benci warna itu."

"Itulah kenapa ibu harus mencari tahunya."

Rika mendengkus, "Sebenarnya apa maksud kamu, Beno! Jangan membuat saya menebak-nebak. Saya tidak suka!"

"Bu, ini mungkin akan mengakhiri karir saya di sini karena pak Stevan adalah donatur Kampus yang paling dihormati dan disegani. Tapi karena ibu Rika juga sudah sangat baik kepada saya selama ini, saya tidak tega jika harus berbohong dan menyembunyikan apa yang saya lihat kepada ibu."

"Apa maksud kamu, Beno. Perjelas!"

Beno menarik napas panjang dan mengembuskannya pelan. "Pak Stev, suami ibu ... Saya melihat dia tadi pagi di parkiran kampus ini."

"Lalu?"

"Dengan seorang perempuan di dalam mobilnya."

Deg!

Seperti petir di siang bolong. Rika hampir tidak mempercayai apa yang ia dengar. Ia menatap Beno dengan dada berdebar. Berharap apa yang dikatakan Beno adalah sebuah kebohongan ataupun lelucon. Tetapi tidak ada kebohongan di mata lelaki itu.

Rika kehilangan keseimbangan tubuhnya dan kakinya goyah. Ia hampir saja tumbang sebelum di tahan oleh Beno.

"Bu, ibu Rika tidak apa-apa?"

"Beno ... Katakan, apa yang kamu ucapkan sebelumnya adalah sebuah kebohongan. Katakan!"

Beno tak berkutik. Dia sudah mengutarakan segalanya.

"Maaf bu, tapi ini adalah kejujuran atas apa yang saya lihat."

"Tidak mungkin ..." Rika menggeleng. Suaminya tidak mungkin membawa perempuan lain bersamanya. Tiga tahun pernikahan mereka dan pria itu adalah tipe suami yang setia, penurut dan romantis. Cintanya hanya untuk Rika seorang. Ia bahkan sudah berjanji dan bersumpah kepada orang tua Rika bahwa jika ia ketahuan selingkuh, mereka bisa langsung membunuhnya.

SKANDAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang