CHAPTER 3

6.7K 187 43
                                    

Play mulmed di atas ☝️

Happy Reading

Rika menatap sebuah foto hasil usg—di tangannya. Bibirnya mengulas senyum manis.

"Apa kabar Rhui?" gumamnya sambil mengelus penuh kasih pada benda itu. "Mama sangat merindukanmu. Apa kamu juga merindukan Mama?"

Perlahan raut wajah Rika mulai menampakkan senyuman penuh luka. "Mama tidak tahu bagaimana harus mengatasi kerinduan Mama terhadapmu. Mama merasa... kacau."

Rika mulai menangis. Memori pahit yang berisikan kejadian pilu itu perlahan mengisi ingatannya.

Perpisahannya dengan Rhui adalah ingatan yang tidak akan pernah Rika lupakan.

Sebesar kebahagiaan yang ia rasakan ketika tahu bahwa ia tengah hamil anak pertamanya dengan Stevan, sebesar itu pulalah sakit yang ia rasakan ketika kehilangannya.

Mereka berpisah terlalu cepat. Bahkan sebelum Rika bisa menghadirkannya ke dunia ini. Tuhan begitu menyayangi Rhui.

Rika masih ingat kala itu ia menangis sejadi-jadinya. Ia merasa sangat terpukul atas keguguran yang ia alami. Tidak ada yang lebih menyakitkan dari rasa kehilangan seorang ibu terhadap anak yang ia cintai dan ia kasihi bahkan sebelum lahir.

Dan kenangan menyakitkan itu selalu membekas diingatan Rika hingga sekarang. Sulit untuk melupakannya meski sudah dua tahun berlalu.

Itulah mengapa sampai sekarang Rika masih tidak berani untuk hamil lagi. Ia takut kejadian tersebut akan terjadi lagi pada dirinya.

Bahkan tanpa Stevan sadari, Rika diam-diam memakai obat kontrasepsi untuk mencegah kehamilannya.

Ia takut untuk memberitahu Stevan. Tapi ia lebih takut lagi jika harus merasakan kehilangan yang sama.

Rika mendekap foto itu di dadanya. "Maafkan, Mama. Jika kamu melihat semua ini dari atas sana, dan menurutmu ini salah, Mama ingin kamu dapat mengerti dengan situasi yang Mama hadapi. Ini begitu sulit, Rhui. Karena sepertinya tidak ada lagi yang dapat mengerti Mama selain kamu, nak."

***

Pagi itu Rika keluar dari mobil dan segera menuju ke gedung Kampus. Ia sempat berpapasan dengan Beno sejenak sebelum akhirnya memutuskan untuk melanjutkan langkahnya.

Tentu saja ia masih ingat dengan perkataan Beno. Stevan memakai mobil berwarna merah dan ia datang bersama seorang wanita.

Rika bukannya ingin menuduh Beno berbohong, tetapi ia masih mempercayai suaminya. Ia tahu seorang Stevan tidak akan pernah mengkhianati janjinya. Dia sudah bersumpah setia kepada Rika di hadapan Tuhan dan di hadapan orang tuanya. Tidak mungkin ada pengkhianatan.

Karena itu, Rika memilih diam dan tidak ingin melanjutkan rasa penasarannya terhadap kalimat Beno kemarin.

Sesampainya di kelas, Rika mulai melupakan apa yang mengganggu pikirannya. Ia mengajar seperti biasanya dan fokusnya tidak lagi buyar.

Senyumannya perlahan kembali terkikis seperti biasanya. Ia berhasil mengalahkan pikiran negatifnya!

Setelah selesai mengajar, Rika segera keluar dari kelas dan hendak menuju ke ruangannya. Tiba-tiba di perjalanan ia berpapasan dengan beberapa gadis yang bergosip hal tidak senonoh di kelasnya kemarin.

"Wah, Kamu keren banget, Rel. Bisa dapetin mobil mewah dari si om."

"Pasti dia sudah cinta mati sekali sama kamu sampai belikan mobil Ferari di hari ulang tahunmu."

SKANDAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang