"Bagaimana bisa hanya dengan satu tetes darah, kamu kembali menghidupkan dunia yang hampir berada diujung kematian?"~~~
Seorang gadis berpakaian kotor dan bau berjalan tertatih-tatih, menahan sakit di bagian perut yang teramat menyiksanya. Dengan tangan penuh lebam, ia meraih gerbang rumah besar di hadapannya dengan gemetar. Namun, belum sempat ia mendorong pelan, tangan lelaki paru baya menahannya kuat dari balik gerbang. Ia segera mengambil kunci di saku celana miliknya dan membukakan gerbang untuknya.
"Wahh ... sepertinya Putri di istana baru ingat jalan pulang," sahut Myesha keras di ambang pintu.
"Ck ck ck ... sudah berani melanggar peraturan juga ternyata kamu," decak Caroline menatapnya garang.
Gadis itu menatap mereka dengan takut, sudah ia pastikan bahwa malam ini adalah neraka lagi baginya.
"Ellena!!! Apa yang kau lakukan dengan berdiam diri di sana?" Teriakan keras itu lagi, berasal dari Caroline sang Ibu tiri yang kini benar-benar marah menatapnya.
"Idiot, lamban dan menjijikan," sahut Myesha
Ellena segera melanjutkan langkahnya, ia harus minta maaf kali ini. Saat ia akan menyalami Ibu tirinya, Myesha mendorong keras Ellena sehingga membuatnya tersungkur.
"Apa yang kau lakukan, bodoh! Kau ingin membuat Momy menjijikan sepertimu?" Bentak Myesha sambil berdecak pinggang.
Ellena meringis pelan, ia menunduk takut, menyesali perbuatannya. "Maafkan Ellena, Bunda." Ellena menatap wajah Sang Bunda dengan raut wajah penuh sesal.
"Berhenti menyebut saya sebagai Bunda kamu. Sekarang kamu masuk dan bersihkan rumah juga cucian piring yang menumpuk di dapur. Ahh ... gara-gara kamu tak membersihkannya rumah ini, sudah mirip seperti kandang ayam." Caroline menatap kesal terhadap Ellena. Baginya, gadis di depannya itu benar-benar merepotkan.
Ellena yang mendengar itu hanya mengangguk patuh, ia segera berdiri meskipun luka-lukanya benar-benar menyakitkan.
Ia segera beranjak menuju kamarnya, kamar yang dulu dijadikan kamar pembantu sebelum keluarga barunya kini mengalihfungsikan menjadi kamarnya. Dulu, kamar itu cukup untuk menyimpan barang-barang dan juga satu ranjang yang berukuran lumayan besar, tapi kini kamar itu telah dibagi dua dan diberikan sekat.
Ia tau bahwa Ibu tirinya sengaja melakukan itu semua, tapi sejauh apapun ia menolak perintah Caroline, maka semakin banyak rasa sakit yang ia terima.Ellena melepaskan seragam sekolahnya, ia akan mandi dengan cepat, sebelum Caroline murka.
Baru saja ia selesai mandi dan akan menyisir rambut lurusnya, teriakan keras kembali memanggilnya,
"Ellena!!!" Suara Caroline menggema ke seluruh ruangan. Dengan kekuatan cepat Ellena menyisir rambutnya dan mengikatnya asal lalu berlari menuju Caroline yang menatapnya murka,
"Sudah mulai malas-malasan ya...." Caroline menatap Ellena marah, sementara Ellena hanya menunduk patuh dan mengucap maaf berulang kali.
"Sudahlah, sekarang bersihkan semua ini. Malam ini kau tak akan mendapat makan malam sebelum semuanya selesai," ancam Caroline. Sementara Myesha hanya tersenyum mengejek melihat adik tirinya.
Dengan cepat Ellena berlari menuju dapur, untuk mencuci piring. Ia menatap gundukan piring dan gelas yang sangat banyak, lalu menatap ke arah lantai yang kotor dan banyak sampah berserakan di mana-mana.
Ellena menghembuskan nafasnya lelah, mengapa nasibnya kini tak seindah dulu. "Bunda ... kenapa Bunda ninggalin Ellena kaya gini?" Ellena menatap lirih langit cerah yang penuh bintang, seharusnya nasibnya tak seburuk saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
IRIDESCENT (On Going)
Fantasy"Setelah denganmu aku menjadi warna sekaligus cahaya. Denganmu ... aku hidup, tanpamu aku hilang." ~~~ Dia adalah altar dari segala kekuatan yang pernah ada. Menembus dimensi ruang yang berbeda. Datang - Hilang- Kembal...