🍀Iridescent IV🍀

19 4 12
                                    


Ellena kini tengah menatap langit biru di jendela kamarnya, sambil merebahkan diri menahan rasa lapar dari pagi kemarin perutnya belum menyapa nasi. Hari ini rasanya benar-benar letih, terlebih tadi setelah pulang sekolah, Ellena segera mengerjakan pekerjaan rumah layaknya pembantu dan mengerjakan pr sekolah Myesha.

Seketika pikirannya teringat kepada sebuah buku yang ada di tasnya. Ellena segera bangkit mengambil dan mulai membuka lembaran pertama.

Lembaran pertama buku itu dibuka terlihat sebuah gambar layaknya istana. Ellena bisa menebak bahwa buku itu pasti berkisah tentang kerajaan.

Baru saja Ellena akan membuka lembaran kedua, pikirannya teringat akan sesuatu.

"Astaga, aku lupa jika Myesha menyuruhku untuk membelikannya pelembab wajah," teriak Ellena sambil bangkit dari kasur. Ia segera menutup buku tebal itu dan berlari menuju mini market terdekat.

Ellena menerobos padatnya beberapa pejalan kaki. Sebenarnya bukan tak ingin Ellena membawa sepeda, hanya saja Myesha kali ini memintanya untuk berjalan kaki.

Hari beranjak malam, Ellena harus segera cepat kembali sebelum ia benar-benar kena semprot hukum lagi.

Sesaat setelah Ellena kembali, Ellena menatap horor pemandangan dihadapannya. Terlihat di ambang pintu Ayah dan Ibu tirinya tengah menatap tajam Ellena yang baru saja sampai ke rumah.

"Sudah berani melarikan diri juga kamu?" Regar menatap Ellena murka

Ellena menghampiri keduanya dan berniat mengulurkan tangannya untuk bersalaman.

Plakkk ....

Satu tamparan keras di pipi kanan Ellena melayang kepadanya. Ellena mengusap pelan pipinya, menatap Ayahnya tak mengerti.

'apa lagi hukumannya hari ini, Tuhan?'

Ellena menatap Ayahnya dengan air mata yang berada di pelupuk mata, "apa salah Ellena kali ini, Ayah?" Parau Ellena menahan rasa sakit di pipi juga hatinya.

"Hah ... kau tanya apa salahmu gadis kurang ajar? Munafik sekali wajah menyedihkanmu ini." Caroline tertawa mengejek.

Regar menarik kuat pergelangan tangan Ellena menuju ruangan bawah tanah. Ellena yang merasakan sakit di pergelangan tangannya itu meringis. Satu tetes air mata berhasil lolos membasahi pipi Ellena.

Brakk ....

Tubuh Ellena tersungkur. Gadis itu di dorong kuat oleh ayahnya. Tubuh Ellena mengenai beberapa barang yang ada di gudang sehingga membuatnya berteriak sakit.

"Dengar Ellena, saya sudah cukup sabar menghadapi sikap pembangkang dan kurang ajar kamu. Tapi kali ini kamu kembali buat ulah pada anak saya. Saya tidak memaafkan kesalahanmu, anak kurang ajar perlu di hukum." Regar mengeraskan suaranya. Menatap tajam Ellena yang menangis ketakutan.

Regar mengambil cambuk yang kemarin malam di lemparkannya asal, "cepat sini kau kemari," perintah Regar menatap Ellena marah.

Ellena segera melangkah sambil menunduk, membungkukkan badannya bersiap menerima hukuman menyakitkan itu lagi.

Tar ....
Tar ....
Tar ....

"Awww ... a-ampun, Yah. Ellena minta maaf atas semua kesalahan Ellena, Yah," lirih Ellena kesakitan

Tar ....

"Arrggghhh!! Sa-sakit, Yah. Udah Yah, Ellena minta maaf, Yah ...."

"Myesha, ambilkan air es-nya," teriak Regar keras tanpa memperdulikan Ellena yang kini susah payah memegang lemah kaki Regar.

IRIDESCENT (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang