Bel pulang sudah lama berbunyi, namun Ellena enggan melangkahkan kakinya menuju rumah. Beruntung hari ini Ellena tidak mendapatkan perlakuan buruk yang menyakitkan. Hanya kejadian tadi pagi yang masih membuatnya merasa malu.
Pakaian yang dikenakannya juga sudah lama kering. Ellena menatap jam dinding yang sebentar lagi menunjukkan pukul 16.00 WIB. Ellena segera merapihkan bukunya. Saat baru saja ia memasukkan beberapa buku ke dalam tasnya, pandangan Ellena tertuju pada sebuah buku tebal bersampul coklat yang ada di tasnya.
Ellena mengambil buku itu hati-hati. Menatapnya aneh dan mengingat buku apa yang tak sengaja terbawa ke dalam tasnya.
"Bukankah ini buku yang berada di ruang bawah tanah? Mengapa buku ini ada di tas?" Gumam Ellena heran membolak-balik sampul buku
"Ahh ... mungkin terbawa saat aku akan merapihkan buku tadi pagi." Ellena segera memasukan kembali buku itu tanpa ingin berniat membacanya sekarang, mungkin lain waktu.
Ellena melangkahkan kakinya menuju parkiran tempat ia menyimpan sepeda. Namun suasana di parkiran kosong, hanya ada beberapa motor yang masih ada di sana. Ellena menyimpan sepeda miliknya dekat dengan pohon-pohon bunga di ujung parkiran, tetapi gadis itu tidak menemukan di mana sepeda miliknya.
Ellena nampak kebingungan, terlebih ia sangat yakin bahwa sepeda itu ia simpan di tempat biasanya. Namun seketika tatapannya mengarah ke sebuah pohon yang cukup tinggi, ia menatap sepeda itu ada di atas pohon, dengan ranting-ranting sebagai penyangganya.
Ellena menatap pohon besar itu, memperkirakan tinggi dari pohonnya. Tentu ini akan sangat sulit bagi Ellena, pasalnya ia tidak bisa memanjat dan juga ia takut dengan ketinggian.
Satu ide cemerlangpun muncul di kepalanya, ia harus mencari tangga. Ellena berlari dengan cepat menuju gudang sekolah. Seingatnya dulu, selalu ada tangga yang digunakan para pembangun untuk memperbaiki beberapa atap sekolah yang bocor.
Sementara setelah kepergian Ellena. Cahaya-cahaya kecil itu lagi perlahan muncul, berkerumun dengan jumlah yang tak bisa dijangkau oleh mata. Cahaya itu menggerakkan tangannya ke kiri dan kanan, lalu membentuk lingkaran kecil. Dan berkeliling sambil merapalkan mantra.
Sebuah cahaya di antara kerumunan berbentuk lingkaran itu muncul. Berwarna biru langit, cahaya-cahaya kecil itu langsung mengarahkan cahaya biru ke arah sepeda milik Ellena. Seketika sepeda Ellena menghilang dan kembali ke tempatnya.
Ellena segera berlari sambil membawa tongkat kayu berukuran sedikit besar. Namun baru saja beberapa langkah menuju parkiran, matanya menatap sepedanya ada di tempatnya.
Ellena menjatuhkan kayu yang di pegangnya, mengucek pelan kedua matanya dan kembali menatap sepeda yang masih berada di tempatnya. Ellena segera berlari, tanpa memperdulikan sebongkah kayu yang ia jatuhkan dan jelas menghalangi jalan.
Ellena mengusap pelan sepedanya, menatap takjub sepeda yang kini ada di hadapannya.
"Woahhh ... aku sudah menjadi gila, bagaimana mungkin tadi aku melihat sepeda ini di atas sana dan dengan cepat sepeda ini ada di bawah kembali? Woahhh ... Tuhan apakah aku sekarang benar-benar gila?" Ellena menatap takjub sepedanya, mengucek pelan kedua bola matanya karena tak percaya.Setelah itu Ellena menatap horor pohon besar di hadapannya, bergidik ngeri saat membayangkan bahwa bisa jadi hantu yang telah menurunkan sepedanya.
"Bagaimana jika benar bahwa hantu yang melakukannya? Astaga dunia sekarang semakin kacau dan aku menjadi semakin gila jika terus seperti ini. A ... tidak, aku harus berterimakasih, sebelum hantu yang ada di pohon ini berubah pikiran, terimakasih banyak hantu pohon, kau sangat mengerti bahwa aku tidak bisa memanjat." Ellena memeluk batang pohon besar itu, namun seketika baru saja ia akan mundur, kakinya menyentuh sebuah ranting daun bunga. Tubuh Ellena menegang, ia tak berani menatap sesuatu yang menyentuh kakinya itu, namun dengan cepat Ellena tersadar bahwa bisa jadi hantu pohon itu kini berubah pikiran dan akan menampakkan wajahnya saat ia menatap ke arah samping.
KAMU SEDANG MEMBACA
IRIDESCENT (On Going)
Fantasy"Setelah denganmu aku menjadi warna sekaligus cahaya. Denganmu ... aku hidup, tanpamu aku hilang." ~~~ Dia adalah altar dari segala kekuatan yang pernah ada. Menembus dimensi ruang yang berbeda. Datang - Hilang- Kembal...