🍀 Iridescent XI🍀

3 1 0
                                    

"Ellena!!!" Teriak Caroline marah.

Padahal masih begitu pagi untuk mendapatkan teriakan, Ellena yang sedang bersiap untuk pergi ke sekolah itu terkejut bukan main. Dengan cepat Ellena berlari menuju ruang dapur.

Terlihat di sana ada Myesha dan Caroline, sementara Regar hanya menatap keributan yang akan terjadi di meja makan.

"A-ada apa, Bunda?" gugup Ellena takut

"Kau tanya ada apa? Gadis bodoh, kau telah menghabiskan minumanku," teriak Myesha kesal

"Minuman?" gumam Ellena sambil mengingat

"Ya, itu sampahnya. Aku yakin kau telah meminumnya tadi malam." Myesha menunjuk sebuah tong sampah dan seketika Ellena membelalakkan matanya kaget,

"Maaf, Kak. Aku kira itu-"

"Sudahlah, pencuri tetaplah pencuri. Seorang pencuri tak akan mengaku dengan mudah, jikalau pun ia mengaku ia akan mengarang cerita," potong Caroline menatap kesal Ellena.

Ellena yang mendengar hal itu menggeleng pelan, rasanya dadanya begitu sesak saat dirinya dituduh sebagai seorang pencuri.

"Kau tau minuman itu minuman apa, Ell?" tanya Myesha menatap Ellena marah. Sementara Ellena hanya menggeleng pelan dan menunduk dalam-dalam

"Itu minuman yang aku beli dari luar negeri. Bahkan harganya sangat mahal, minuman seperti itu tidak cocok untuk wanita pembawa sial sepertimu," teriak Myesha murka dan menjambak keras rambut Ellena.

"Awww ... Kak, jangan lakukan ini. Ellena benar-benar minta maaf," ringis Ellena menahan sakit di kepalanya.

Sementara Myesha makin menjadi menjambak rambut Ellena. Ellena bahkan sudah menangis kesakitan.

"Sa-sakit, Kak." Ellena menangis menahan sakit itu.

Dengan cepat Myesha mendorong Ellena hingga membuat Ellena jatuh. Ellena menatap Myesha dengan tatapan takut, sementara Myesha menatap Ellena dengan murka.

"Kau tak bisa menggantikan minuman itu, lihat saja apa yang akan kau terima hari ini," ancam Myesha pelan.

Sementara itu Regar sudah pergi sejak saat Myesha akan menjambaknya. Jika saja ada Regar di sana, mungkin Ellena tak akan merasakan penyiksaan ini. Ia pasti akan meminta tolong kepada Ayahnya.

Myesha pergi meninggalkan Ellena yang terduduk lemah di dekat meja dapur, sementara Caroline hanya menatap Ellena acuh.

"Bun-da ...," lirih Ellena pelan tak didengar oleh siapapun.

Caroline yang kembali dari kamarnya menatap Ellena sebal, "hei apa yang kau tangisi? Cepat pergi ke sekolah atau bisa-bisa lantai rumahku menjadi kotor karena air mata gadis sepertimu," teriak Caroline

Ellena yang menyadari hal itu segera menghentikan tangisannya dan menghapus bekas air mata yang mengalir di mata indahnya.

Ia segera berdiri dan berlalu mengambil tas sekolahnya di kamar. Setelah itu Ellena pergi untuk berpamitan kepada Caroline.

Namun, baru saja Ellena akan melangkah menghampirinya, Caroline segera mengibaskan tangannya acuh,
"Pergilah, aku tak ingin melihat wajahmu itu," usir Caroline

Ellena menundukkan wajahnya lesu, lalu menatap Caroline yang masih setia menonton televisinya,

"Ellena berangkat, Bunda," pamit Ellena lalu pergi meninggalkan Caroline yang masih tetap acuh.

Ellena mengambil sepedanya dan mengayuhnya dengan cepat, ia tidak boleh terlambat karena sudah cukup kapok beberapa hari lalu Ellena mendapatkan hukuman.

IRIDESCENT (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang