Bab 5 🌸

133 13 0
                                    

"Pak Jullian kapan datang ke sini lagi?" tanya Bunga usai bimbingan naskah dengan Dika.

"Penasaran banget."

"Banget." Jujur Bunga. "Apa Pak Jullian tertarik dengan novelku? Atau mau mengadaptasi ke film?"

"Lovely Summer mu aja belum dicetak. Besok serahkan ucapan terima kasih."

"Mas Dika nyebelin, deh," gerutu Bunga dalam gumaman.

"Apa, Nga? Aku dengar, lho."

Bunga menyengir. Gumaman yang dikiranya hanya bisa didengar olehnya sendiri.

Bunga memasukkan naskah ke kotak map. Lalu berjalan keluar ruangan. Ia melihat Rendi sedang duduk di kubikelnya.

"Mas Dika ada proyek apa sama Pak Jullian?" Bunga coba mencari tahu.

"Pak Jullian meminta Dika jadi penulis skenario untuk film terbaru Best Pictures."

"Yang benar? Terus? Terus? Ceritanya tentang apa? Romance? Aku siap membantu." Bunga penuh semangat. "Apa jangan-jangan film terbarunya Kak Aryan?"

"Mungkin. Coba aja tanya sama Dika."

"Mas Dika pelit."

Bunga berharap ia berkesempatan dilibatkan dalam proyek naskah yang ditulis oleh Dika. Bukan karena agar bisa bertemu dengan Julian. Oke. Itu juga termasuk. Tapi, alasan utamanya adalah karena ia ingin belajar menulis skenario. Mengembangkan karir menulisnya.

"Beruntung ya, yang jadi istrinya Pak Jullian?" Bunga menaruh iri.

Rendi mengerut bingung. "Istri?"

Melihat kebingungan di wajah Rendi tak pelak menimbulkan tanya Bunga lagi. "Pak Jullian udah nikah, kan?"

"Hampir menikah. Tapi gagal, gitu."

"Oh, ya ampun!" pekik Bunga di antara sedih dan senang. "Mas Rendi tahu dari mana?"

"Omnya Dika dan ayahnya Pak Jullian temanan gitu. Omnya Dika juga yang mengajukan skenario film pertamanya Dika pada Pak Jullian. Sejak saat itu, Pak Jullian selalu meminta Dika untuk menuliskan skenario."

Bunga angguk-angguk paham. Kesempatan kembali datang padanya. Ia harus mempergunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Tapi bagaimana caranya, ya?

*

Pulang dari Enbuk, Bunga langsung menuju ke butik Rena. Ada sesuatu penting yang harus segera diceritakannya ke Rena.

"Gimana rasanya jadi guru les tiga selebritis kondang?" goda Rena seraya menyuguhkan cangkir teh ke Bunga.

"Kayak mimpi. Tapi nyata."

"Lumayan ya, ketemu Aryan satu bulan. Bisa tuh dibikin jatuh cinta."

"Kalau kamu sih mudah aja. Tinggal senyum syantik, kibasin rambut." Bunga mengibaskan rambutnya. "Cowok-cowok udah klepek-klepek."

"Nggak segitunya juga kali, Nga. Yang ngedeketin malah nggak ada yang benernya."

"Mas Rendi baik lhoo." Bunga mencolek lengan Rena.

Kisah KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang