Bab 6 🌸

132 13 2
                                    

Di salah satu meja di Coffee Taste, di dekat dinding kaca, Bunga dan Aryan duduk saling berhadapan.

    Bunga siap dengan laptop di hadapannya. Sementara, Aryan meneguk mocca latte, siap diwawancarai.

    "Ceritakan mengenai diri, Kakak."

    Aryan meletakkan cangkir di atas meja. Bergaya layaknya selebritas kondang.

    Beberapa pasang mata memerhatikan ke arah mereka. Tampaknya Aryan dan Bunga tak memedulikan mata penuh selidik dari meja lain mengarah ke mereka.

    "Aku anak kedua dari tiga bersaudara. Kakakku laki-laki dan adikku perempuan."

    Bunga mengetik cepat. Telinganya menyimak dengan saksama setiap kalimat yang meluncur dari mulut Aryan.

    "Adik perempuanku sedang kuliah di Inggris."

    "Namanya?"

    "Jennita."

    "Kakaknya Kak Aryan?"

    "Jullian Rama."

    Gerakan mengetik Bunga terhenti. Ia mengangkat wajah menatap Aryan.

    "Pak Jullian Rama? Yang punya Best Picture?"

    "Hmph."

    "Ya, ampun!" tanpa sadar Bunga memekik girang.

    "Kenal sama kakakku?"

    "Nggak kenal." Bunga menggeleng. Namun, ia tak bisa menyembunyikan perasaan gembiranya ini.

    Dunia ini benar-benar kecil. Siapa sangka dan tak pernah diduga bahwa pangeran hatinya adalah kakak laki-laki dari bintang idolanya. Pangeran hati dan bintang idolanya adalah dua orang yang paling disukainya. Astaga. Ini sungguh luar biasa. Ujung bibirnya mengembang tanpa ia sadari.

    "Kenapa senyam-senyum?"

    "Oh, ini... gatal bibirnya." Bunga menyengir.

    Aryan menatap heran.

    Bunga lekas memudarkan senyumannya. Kemudian ia menanyakan sesuatu yang menggelitiknya saat kali pertama diberitahu bahwa Aryan akan mengeluarkan buku biografi.

    "Apa tujuan Kak Aryan mengeluarkan buku biografi? Memangnya yakin bukunya Kak Aryan bakal laku? Persaingan di bidang ini sekarang sangat ketat."

    "Pikiran itu yang ada di kepala Sensei? Kira-kira bukuku laku nggak, ya? Kalau nggak laku gimana, ya?" cibir Aryan. "Aku nggak pernah berpikir sejauh itu. Buku ini aku persembahkan buat Ariland dan orang-orang yang sudah mendukungku selama ini. Buku yang mengisahkan perjalanan karirku selama sepuluh tahun. Banyak orang yang selama ini hanya melihat dari sisi kesuksesanku. Tapi mereka tidak melihat bagaimana aku jatuh dan bangun untuk merintis karirku. Mereka hanya melihat enak yang kualami. Tapi mereka tidak merasakan pahit yang kualami."

    Bunga terdiam. Di sisi lain ia terpesona dengan ketegasan dalam pancaran mata teduh Aryan.

    "Tulis yang rapi. Setelah itu serahkan padaku. Karena aku akan membacanya halaman demi halaman. Siapa tahu Sensei menuliskan sesuatu yang akan mengancam karirku."

Kisah KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang