1. Kembalilah

192 57 107
                                    

Ada beberapa hal penting di dunia ini, salah satunya adalah persahabatan. Banyak yang terjadi di dalam dunia persahabatan. Setiap orang bebas dan berhak memilih bentuk dan gaya persahabatannya.

"Hey yo, watshapp bro!" sapa seseorang yang baru datang sambil melambaikan tangannya.

"Buset dah lama bener sih lu, dah akaran kita pada nunggu lu!" celetuk Madin.

"Hehe, ya maaf. Tadi biasa lah, gue abis bantu-bantu bokap gue, setrika pohon kelapa yang ketiban cinta tetangge," jawab Rani asal.

"Gak sekalian aja setrika tiang listrik biar kusut kayak muka lo?" timpal Fatonah sambil menatap sinis Rani.

Rani hanya nyengir kuda, sementara yang lain hanya menatap datar Sang empu tersebut.

"Yaudah kalau gitu, yuk lah kita berangkat! Tapi sebelum berangkat, kita selfi dulu," ajak Tari sambil mengeluarkan ponsel kesayangannya. Beberapa gaya seperti piss sampai senyum bebek pun sudah mereka ambil, tetapi Tari masih belum puas akan hasilnya.

"Udahlah Tar, gue pegel tau!" ujar Epti dengan memelas.

"Iya bener tuh, yuk lah kita berangkat!" ajak Sri sambil berlalu.

"Kuy," jawab mereka serempak dan menyusul Sri.

'Apalah dayaku,' pasrah Tari dalam hati.

💮💮💮💮

"Udah lama kita gak ke sini, kayaknya terakhir ke sini itu saat lulus SMP deh," kata Sonia sambil mengamati setiap sudut taman yang selalu mereka datangi sejak kecil. Kini, mereka menginjak kelas tiga SMA, tahun ke tahun tak terasa mereka lewati.

"Bener-bener masa yang indah, ya. Yuk, duduk seperti biasa," ajak Fatonah sambil menggiring mereka layaknya seorang pawang bebek.

"Aku mau ini, mau ini juga, eh ini juga deh," ucap Aida sambil mengambil satu demi satu makanan yang telah mereka persiapkan.

"Innalillahi, Aida! Pelan-pelan dong, nanti yang lain belum kebagian nih," tegur Aisyah sambil meniru salah satu iklan yang ada di tv.

"Nah, duta odol pun bersponsor," ujar Sri.

"Emang pantes sih, si Aisyah jadi duta odol, secara rambut dia kan indah gitu," kata Rahma.

"Geblek lu!" sarkas Madin sambil mendaratkan jitakan keras ke kening Rahma. Sementara Rahma merintih kesakitan, yang lain hanya ketawa melihat momen-momen yang selalu mereka jalani setiap harinya.

Mungkin sudah tradisi seorang Madin emosinal pada hal-hal sepele. Tapi tak peduli perbedaan apapun, bagi mereka yang terpenting adalah tetap bersama.

CEKREK. Tari mengambil foto kebersamaan mereka. Menurutnya, hal seperti ini tidak boleh dilewatkan untuk berfoto.

"Eh Can, gak biasanya lu diam aja. Lagi mikirin apaan sih?" tanya Rani ketika melihat Candra sedang menatap terangnya langit biru di siang hari.

"Gak papa, gue cuma rindu sama dua sahabat kita yang sama-sama jauh keberadaannya sama kita. Yang satu hanya jarak yang memisahkan, dan yang satu pemisahnya mutlak, dia udah tenang di alam sana," lirih Candra menundukkan kepalanya.

"Bener banget, aku juga rindu mereka," sambung Sri.

"Iya, udah dua tahun sejak kejadian itu gue selalu nyesel. Andaikan waktu itu gue gak terlalu egois, pasti semuanya akan baik-baik aja," ujar Rahma dengan raut wajah sedih.

"Dan andaikan dulu gue gak percaya gitu aja ...." Aisyah menghentikan pembicaraanya.

"Semuanya gara-gara gue. Kalau aja waktu itu gue bisa jaga kalian dengan baik, pasti kejadiannya gak akan kayak gini," kata Fatonah sambil mengingat kejadian yang mengenaskan bagi mereka.

Memang, di dalam persahabatan ini Fatonah adalah ibu bagi mereka. Dialah yang paling dewasa diantara mereka, segalanya ia atur untuk kepentingan mereka. Dahulu dia mengatakan bahwa dia akan menjaga mereka dengan sangat baik.

________________________________________________________________________________
Waktu itu, ya, waktu itu hanya bulan dan lekatnya langit malam yang menjadi saksi insiden bagi persahabatan mereka.

Alunan suara gitar terdengar indah mengungkapkan perasaan salah satu hati insan ini. Nada demi nada ia mainkan sesuai perintah hatinya.

Song mode turns on~🎶🎵
Temukan dia untukku
Pulangkan dia padaku
Tunjukkan jalan padanya
Bahwa ku tetap di sini
Untuknya ....
Berharap dia kembali pulang untukku

Penantian ... ini teramatlah panjang
Coba kau rasakan sayang
Letihku di ujung jalan

Dia menghilang
Membawa semua kenangan
Terindah yang ku rasakan
Saat bersamanya sayang ....

Woo~ Ooo~

Hatiku pilu ...
Sepilu-pilunya ....
Song mode turns off ~

Tak ada keraguan dalam dirinya, lagu yang ia mainkan sesuai dengan isi hatinya. Tetesan air mata tak terasa jatuh dari pelupuk matanya. 'Kembalilah padaku, sahabatku,' rintihnya.

Baginya, bernyanyi seperti ini bisa menenangkan dirinya sampai suara handphone berbunyi menandakan sebuah notif pesan masuk.

[Syal, temuin gue di dekat kafe jalan ***. Ada yang mau gue omongin sama lu.]

Ternyata, pesan tersebut dari Rahma. Sudah hampir lima bulan sahabatnya ini tidak pernah menghubunginya, bahkan untuk sekedar menatapnya saja sepertinya Rahma enggan. Hal apapun ia lakukan demi mendapatkan secuil perhatian dari Rahma, namun Rahma tetap tidak mempedulikannya.

Entahlah, ia pun tak tahu mengapa sahabatnya bisa seperti ini. Tanpa berpikir panjang lagi, ia langsung menyambar switer biru navi beserta hijabnya dengan warna yang senada.

"Syal, mau ke mana malam-malam begini?" tanya Zahra yang saat itu sedang menonton televisi dengan keripik singkong yang menjadi teman sejatinya. Syalma tinggal di rumah Zahra karena mereka masih satu keluarga.

"Mau ke tempat Rahma, katanya ada sesuatu yang perlu diomongin," jawab Syalma. "Syalma imut nan kece badai ini berangkat dulu, jangan rindu, bibayy," sambungnya khas dengan kiss bye-nya.

"Idih, amit-amit gue mah," ucap Zahra bergidik ngeri. Kalau dipikir-pikir, mengapa Rahma tidak langsung saja menyampaikan sesuatu tersebut via WA atau sejenisnya? Zaman sekarang kan pada canggih-canggih. Ah, bodo amat lah, Zahra tidak mau membuat keningnya berputar.

~~~

Saat diperjalanan, Syalma merasakan ada sedikit kejanggalan di sini. Biasanya jika Rahma ingin menemuinya, ia akan memerintahkannya untuk pergi langsung ke rumahnya atau ke tempat kumpul biasa mereka.

Dan terlebih lagi, Rahma tidak pernah menyuruh menemuinya di malam-malam begini. Tapi mungkin, ini bisa jadi sesuatu yang sangat penting hingga harus menemuinya sekarang juga.

"Loh, ini kan bangunan yang udah lama gak dipakai. Buat apa Rahma suruh gue ke sini?" tanya Syalma heran. Dengan sangat berhati-hati ia masuk ke dalamnya.

Di bangunan itu hanya sisa-sisa tembok yang runtuh akibat sudah lama tak terpakai. Di dalamnya hanya satu ruangan yang dipenuhi debu dan sarang laba-laba, penerangannya pun juga minim. Dan walaupun di pinggir jalan, tetap saja tidak akan ada yang tahu jika ada seseorang yang masuk ke sana.

"Halo sahabatku yang suka menikung sahabatnya sendiri." Suara yang sudah familiar dari belakang mengagetkan Syalma. Refleks Syalma pun membalikkan badannya.

Ternyata ...
*
*
*
*
*
Bersambung, mwehehe.

Hay, i'm kambek. Semoga ceritanya menghibur. Thanki yang udah baca, Lup yu tapi boong;>
Vote and komennya aku tunggu, qaqa *senyum cakep*

A Trip for Memories(Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang