2.You are my best friend

134 51 77
                                    

"Punya nyali juga ya, lu. Gue kira sahabat gue ini nyalinya ciut. Eh sorry, bukan sahabat, tapi PE-LA-KOR!" ujar Rahma sambil menekan kata yang terakhir di telinga Syalma.

"M-maksudnya apa, Rah? Pelakor apa?" tanya Syalma kebingungan. Menurutnya ia tidak pernah menikung apalagi menjadi pelakor. Jangankan menghancurkan hubungan orang, memiliki pacar atau bahkan sekedar jatuh cinta saja tidak begitu ia mengerti. Menjomblo adalah jurus andalan bagi seorang Syalma.

"Alah, gak usah pura-pura bego aja deh lo! Lo itu cuma pura-pura atau beneran bego sih?" Kali ini, Aisyah yang mengeluarkan suara.

Ternyata ada dua sahabatnya dan juga seseorang, yang kini ia menyadari sesuatu akan hal ini. Ia mengerti, orang yang telah merenggangkan persahabatannya adalah seseorang yang kini menyunggingkan senyuman penuh kemenangan dihadapannya.

Bagaimana tidak, Yasi si pengacau ini dulu pernah mengatakan bahwa dia akan meretakkan persahabatannya dengan sahabat dekatnya. Semenjak perkataan itu, Rahma menjauhinya dan Aisyah pun agak sedikit cuek terhadapnya.

"Heh, tukang tikung! Kenapa lo melamun ha?! Baru nyesel, lo?" songot Yasi mengarahkan jari telunjuknya ke depan wajah Syalma.

"Hey, mulut rombeng! Lu jaga tuh mulut! Iket, lakban, buang ke laut dah sekalian! Justru lu yang udah buat persahabatan kita retak kayak gini," jawab Syalma penuh amarah.

"Cuih, bener-bener muka tiga lu, ya. Asal lu tau aja, lu itu three in one tau gak. Penikung, penghancur dan pemutus persahabatan. Elu itu gak berhak jadi sahabat bahkan teman buat Rahma!" sambungnya.

PLAKK!!

Syalma memegang pipinya yang tengah memanas. Bukan permen yang ia dapatkan setelah mengatakan hal jujur, melainkan tamparan keras dari Rahma, sahabatnya sendiri.

"Justru lo yang gak berhak jadi sahabat gue, gue nyesel pernah sahabatan sama orang kayak lo. Tapi gue beruntung karena sekarang kita bukan lagi sahabat. Gue gak kenal lo dan gak bakal kenal lagi!" bentak Rahma.

Mendengar penuturan dari sahabatnya tentu saja menggores hati kecilnya. Namun, ia tahu bahwa Rahma sedang terhasut oleh Yasi, jadi ia memahami situasi saat ini.

"Rah, lu tau kan gue gak mungkin ngelakuin hal itu. Kita udah temenan sejak kecil, gue percaya lu gak akan termakan hasutan receh dari perempuan genit kayak dia, iya kan? Lu, lu percaya kan sama gue?" kata Syalma meyakinkan Rahma.

"Udah deh, Syal! Gak usah ngatain orang lain, lo harusnya ngaca! Gak nyangka banget gue sama lo, tega banget jadi orang!" sergah Aisyah sambil mendorong tubuh Syalma sehingga ia terhuyung ke belakang.

"Gue gak sudi punya sahabat kayak lo!" ujar Rahma tanpa memandang Syalma dengan mata yang telah meluncurkan buliran-buliran bening.

"Rah, tunggu! Dengerin gue dulu, Rahma!" Barkali-kali Syalma meneriaki Rahma, tetapi Rahma tidak menghiraukannya. Syalma terduduk lemas, tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang.

Rahma berlari menjauhi Syalma dengan sesak di dadanya. Jujur saja ia tak tega dan tak menyangka bisa melakukan hal ini kepada sahabat yang selalu ada di sampingnya sedari kecil.

Tapi mau bagaimana lagi, Syalma telah membuatnya sakit hati. Kata Yasi, Syalma selalu membicarakan keburukan-keburukan Rahma di belakangnya.

Saat ia berada di ambang pintu, tiba-tiba saja ada sebilah pisau yang diarahkan ke lehernya mengakibatkan ia tidak bisa berkutik.

"Y--yasi? Ada apa? Kenapa, kenapa kau lakukan ini?" tanya Rahma dengan terbata-bata, sekujur tubuhnya tampak bergetar.

Aisyah yang melihat hal itu, langsung berlari ke tempat Syalma yang saat itu masih termenung. Setelah diberitahu, Syalma segera bangkit menuju Rahma bersama Aisyah.

A Trip for Memories(Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang