The Boy Next Door (3)

158 18 9
                                    

Sejak insiden pecahnya telur-telur Nyonya Clementy gara-gara kecerobohan Harry beberapa waktu lalu, dan mereka berkenalan, Harry berusaha bertemu dengan Zayn lagi. Tapi Zayn terus menghindarinya.

Setiap Zayn keluar rumah untuk membuang sampah atau sekedar jalan-jalan sebentar di halaman depan, Harry sudah ada di lapang atau di halaman rumahnya dan bersiap melambaikan tangan pada Zayn. Tapi Zayn lekas bersembunyi dan pura-pura tidak melihatnya. Sampai Zayn berpikir kalau anak yang satu ini annoying sekali. Anak ini kelebihan gula apa gimana, pikirnya, mengingat sikapnya yang hyperaktif dan selalu tertawa ringan. Bahkan untuk hal yang menurut Zayn sama sekali tidak lucu, Harry bisa terbahak-bahak sampai matanya berair.

Dan Harry selalu punya alasan untuk bertemu dengan Nyonya Clementy. Tiba-tiba saja, mereka bersahabat seperti layaknya seorang cucu dan nenek. Kadang, Harry membantu Nyonya Clementy menurunkan barang belanjaan dari taksi, memanggulnya ke dapur, dan wajahnya bertambah sumringah saat Nyonya Clementy mengganjarnya cupake pisang sebagai tanda terima kasih. Ketika genteng bocor atau Nyonya Clementy ingin memasang lukisan baru, Harry dengan senang hati membantunya. Mereka mengobrol dan tertawa seharian.

Walaupun ogah mengetahui soal Harry lebih jauh, tapi karena Harry sering mengobrol dengan suara keras bersama Nyonya Clementy, Zayn jadi tahu beberapa hal mengenai anak itu. Harry akan memulai sekolahnya di Bakewell Preparatory School setelah liburan musim panas berakhir, dimana Niall dan Louis juga bersekolah di sana. Proses kepindahannya sudah beres. Minggu depan, dia akan mulai bekerja sambilan di sebuah kedai kopi dan kue untuk mengisi liburan panjangnya. Dan dia selalu bersemangat menceritakan apa yang akan dia lakukan di kedai tersebut.

Harry juga pernah membantu Zayn saat dia hendak mengambil topinya yang jatuh dan agak kesulitan dengan kruknya, hingga dia jatuh di trotoar. Harry dengan sigap berlari menghampirinya, seperti seorang pahlawan berkuda putih, meraih topi Zayn dan mengembalikannya pada Zayn. Dia ingin membantu lebih, seperti mengambilkan kruk atau memapahnya bangun, tapi dia tahu kalau Zayn sangat sensitif dengan perlakuan yang akan dianggap belas kasihan. Jadi dia hanya menyaksikannya berusaha sendiri dan tersenyum lebar-lebar penuh kegembiraan saat Zayn mengucapkan terima kasih.

Siapa yang tidak luluh dengan senyuman selebar jurang dan mata bulat hijau yang bersinar lebih terang dari lampu 50 watt? Anak ini seperti seorang pramuka yang haus memberikan pertolongan pada orang yang membutuhkan lalu mendapatkan pin yang dipasang di dada, lalu menatapnya lugu seperti anak anjing yang menunggu elusan di kepala dengan ucapan 'good boy'.

Seperti itulah Harry dalam pandangan Zayn.

Lama kelamaan, Zayn mulai terbiasa dengan keberadaan Harry di rumahnya, dan walaupun dia tak mau mengakui, tapi dia memuji semangat dan kecerdasan anak itu. Harry memang lahir dan tumbuh di kota besar, tapi itu tak membuatnya menjadi anak yang jumawa dan egois. Dia bahkan tampak lebih down to earth dibanding anak-anak lain seusianya di Bakewell. Dan dia juga mudah bergaul dengan siapapun. Zayn tidak melihat itu sebagai sesuatu yang naif atau polos dari Harry, tapi anak itu memang tahu apa yang dilakukannya dan semua sikap-sikap baiknya tersebut bukan dibuat-buat.

Walaupun begitu, tidak membenci kegaduhan Harry dan mengakui sifat naturalnya, bukan berarti Zayn mau berkawan dekat dengan Harry. Dia merasa Harry tetap annoying dan tidak akan cocok berteman dengannya. Maka ketika suatu siang dia melihat Harry melompat-lompat di lapang sambil mengejar bola bersama beberapa temannya, dia nyaris tersedak air putih yang sedang diteguknya. Betapa tidak, Harry hanya memakai celana jersey selutut, tanpa kaos sama sekali. Seperti sedang memamerkan otot bisep atau lekukan otot abs di perutnya pada gadis-gadis muda Bakewell yang sedang duduk berjejer di tepi lapang.

Zayn ingin tertawa kencang. Anak ini sudah gila, pikirnya. Coba lihat saja, apa yang bisa dipamerkan anak itu? Dia sama sekali tidak punya bentukan otot! Bisep saja belum jadi, perut juga masih seperti perut bayi yang gempal, kenapa dia pikir bisa menarik perhatian para gadis dengan tubuh seperti itu? Wajah Harry memang masih seperti anak berumur sepuluh tahun, poninya meliuk di atas dahinya yang ditumbuhi satu-dua jerawat kecil, mungkin para gadis akan histeris pada kelucuan wajahnya saja.

1D & Zarry Anthology (Oneshots)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang