The Boy Next Door (4-end)

181 17 31
                                    

Walaupun Zayn mengabaikan ajakan Harry berulang kali, tapi anak berambut keriwil itu tak pernah putus asa mengajaknya. Setelah tidak mempan membuat Zayn datang ke pesta musim panas di pantai, Harry mengajaknya melihat air terjun paling populer di Bakewell. Zayn merasa sedikit takjub juga, karena Harry ternyata sudah mampu mengeksplorasi tempat-tempat terkenal di kota itu, dan juga menjalin pertemanan dengan banyak orang, dalam jangka waktu yang sangat singkat.

Kurang dari sebulan, Harry sudah jadi anak populer di Bakewell. Selain karena ramah, yah, karena wajahnya yang menurut orang-orang sangat cute serta tampan.

Zayn tetap tak mau diajak ke air terjun. Harry pun berkunjung ke rumahnya, bercerita panjang lebar tentang betapa menyenangkannya air terjun keramat itu. Nyonya Clementy menjadi pendengar yang setia. Dan sesudahnya, Zayn selalu mencak-mencak karena kue buatan neneknya ludes.

"Dia itu kemari cuma ingin makan kue-kuemu, Nek. Dia menghabiskan semuanya! Apa dia itu monster atau apa?" Zayn mengumpat kesal karena dia sudah membayangkan memakan croissant buatan Neneknya, tapi malah kebagian remah-remahnya saja.

Nyonya Clementy terkekeh, "bukannya masih ada di lemari?"

"Habis, Nek! Coba liat sendiri. Anak itu ngabisin makanan kita"

"Jangan marah-marah terus, cupcake" Neneknya menggelengkan kepala. "Mungkin dia sedang lapar. Sudahlah, nanti nenek bisa bikin lagi khusus buatmu"

"Ah, nenek ini selalu membelanya" Zayn mengibaskan tangannya. Apa lacur, tongkat kruknya membentur meja sampai dia nyaris ambruk di lantai, "dan jangan panggil aku cupcake lagi. Aku sudah ngingetin Nenek"

Nyonya Clementy menghampiri Zayn, membantunya bangun. "Nenek bukan membelanya. Hei, dia itu anak yang manis dan baik, Zayn. Nenek hanya ingin kamu punya teman di sini biar kamu gak kesepian hanya diam di rumah. Kamu butuh main keluar dan mengobrol dengan anak seusiamu"

Zayn hanya memalingkan muka.

"Sampai kapan kamu mau bersikap kekanakan begini sih? Kalau kamu marah dengan kondisi fisikmu sekarang, jangan menumpahkannya ke orang lain. Harry itu anak yang baik, Zayn"

Neneknya menghela nafas panjang saat dilihatnya Zayn diam saja. "Ya sudahlah, terserah kamu saja. Tadinya nenek hanya ingin kamu lebih bahagia dan menikmati waktumu di sini. Tapi kalau seperti ini yang kamu mau, ya mau gimana lagi. Diam saja terus di kamarmu sampai musim liburan selesai" setelah itu, Nyonya Clementy beranjak ke dapur.

.

Zayn memikirkan perkataan neneknya; apa iya dia melampiaskan kekesalan pada orang lain karena sekarang tubuhnya sekarang yang tak berdaya? Sebenarnya, dia tahu persis kalau apa yang dibilang Neneknya ada benarnya. Dia sudah mulai bosan dan stress tinggal di dalam rumah terus menerus. Dan itu membuat moodnya makin memburuk. Alih-alih mendapatkan ketenangan, Zayn malah makin kesepian.

Neneknya tetap memperhatikan jadwal makan obat dan segala macam kebutuhannya. Hanya saja, sekarang perempuan tua itu tidak terlalu cerewet memintanya untuk meninggalkan kamar.

Harry juga tetap rajin berkunjung sambil membawa berbagai macam sayur mayur dan buah-buahan. Katanya itu adalah titipan dari Ibunya untuk Nyonya Clementy. Dia juga masih sering mengetuk jendela Zayn, memanggilnya dengan suara khas 'cupcake Zaynie-ayo main bola' dan Zayn membalasnya dengan membanting daun jendela karena kesal dan mengumpat 'dikiranya aku ini masih anak SD apa?' Sampai Zayn akhirnya terbiasa melihat ada kepala berambut keriting muncul begitu saja di jendelanya.

Kadang-kadang, Harry datang di saat Nyonya Clementy sibuk membuat roti atau berbagai jenis kue. Dia menawarkan bantuan yang ringan-ringan, misalnya memasukkan tepung ke dalam wadah besar atau memisahkan bahan-bahan kue apa saja yang akan dipakai.

1D & Zarry Anthology (Oneshots)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang