Prologue

717 43 14
                                    

"Kau akan turut menyeretku ke dalam rumah sakit jiwa ini sebentar lagi" Seorang wanita paruh baya yang mengenakan kacamata hitam dan topi itu berujar pada lelaki dihadapannya yang nampak kacau dengan rambutnya yang sudah panjang sebahu dan senyumannya yang nampak mematikan.

"Kenapa Ibu?" Lelaki itu akhirnya memutuskan untuk bersuara setelah mendiamkan Ibunya yang telah mengoceh selama 2 jam tersebut.

"Apa kau benar - benar tidak ingin keluar dari sini? Sudah 3 tahun lebih kau berada disini" Wanita tersebut nampak sudah putus asa akan tingkah putranya yang dianggapnya sangat bodoh tersebut.

Lelaki itu hanya tersenyum tipis--dia nampak sedang memikirkan sesuatu dari masa lalunya.

"Pasanganku sudah mati, jadi untuk apa aku hidup?"

Wanita paruh baya tersebut melempar kacamata hitamnya hingga mengenai pelipis kanan anak kesayangannya tersebut, "Harry sudah mati, Louis. It's time to move"

"Dia mati karena aku" Mata pria tersebut berair.

Pria tersebut menggeleng, "Tidak. Ini karena jalang itu"

Wanita paruh baya yang bernama Johannah itu memegangi kepalanya yang terasa nyeri tersebut, "Kalau kau mau keluar, lupakan kenangan burukmu itu. Aku bisa membuat sertifikat kematianmu lalu buatlah identitas baru. Hiduplah baik - baik dan temukan wanita yang cocok untukmu"

Johannah nampak berpikir sesaat, "Walau itu mustahil untukmu--"

"Aku akan melakukannya Bu. Bantu aku keluar dari sini" Pria yang bernama Louis itu tersenyum tipis. Dibalik senyumannya tidak ada yang tahu apa yang sedang ia pikirkan. []

*

"KAYLA!"

Gadis itu langsung bersembunyi dibalik sofa, seolah tahu apa yang akan dikatakan dan dilakukan oleh wanita paruh baya yang dianggapnya sebagai nenek sihir tersebut.

"Ash, dia pasti akan menyiksaku lagi" Gadis itu bergumam tanpa ia sadari.

Tiba - tiba, sebuah bola kertas mendarat dikepalanya dengan cepat--membuatnya mengerang kesakitan. Kayla, nama gadis itu dengan cepat berdiri dan mengangkat kedua tangannya. Dia melihat Ayah dan Ibunya yang berdiri menatapnya tajam.

"APA KAU TAHU APA ISI KORAN YANG AKU LEMPARKAN PADAMU?" Teriak ayahnya murka.

"Oh itu koran, aku kira hanya kertas sampah biasa", Kayla menutup mulutnya dengan cepat setelah sadar bahwa ini bukan waktunya untuk berkomentar.

"Isinya adalah, Kayla Guetta anak seorang pebisnis tersohor yaitu Nash Guetta GAGAL memasuki perguruan tinggi negeri untuk ketiga kalinya" Nash menekankan kata gagal dengan setajam mungkin membuat Kayla anaknya mendecakkan lidah.

"Baiklah, aku minta maaf"  ujar Kayla dengan wajah memelas. Kali ini apa lagi? Tahun pertama kegagalannya, dia tidak diizinkan untuk membawa mobil kemanapun itu sehingga dia harus naik angkutan umum kemanapun itu. Namun, untungnya dia memiliki banyak teman lelaki yang kaya raya sehingga dia tinggal menelepon saat dia perlu kendaraan.

Tahun kedua kegagalannya, ayahnya menarik semua fasilitas sehingga Kayla tidak bisa pergi kemana - mana. Dia hanya tinggal dirumah setahun penuh dengan guru - guru yang sengaja didatangkan oleh ayahnya.

Namun, guru - guru tersebut gagal membuatnya untuk masuk perguruan tinggi.

"Sepertinya aku tidak perlu mencoba lagi untuk tahun depan, Ayah. Aku sudah menganggur 2 tahun, kau tahu?" ujar Kayla sambil memasang puppy eyesnya. Ya, dia memang benci belajar--sangat membencinya. Dia lebih menyukai traveling atau shopping. Sebenarnya, Kayla ingin menjadi aktris terkenal seperti Shailene Woodley atau Jennifer--

"Baiklah" jawab Nash membuat mata istrinya dan anaknya melebar tidak percaya.

"Apa? Benarkah? Terimakasih ayah!" Kayla meloncat kegirangan.

"Kau tetap akan kuliah tahun ini, aku akan menggunakan link dalam agar kau diterima" terang Nash.

Tidak mungkin.[]

Keep or not?:)

Leave your vomments:)

 

Hurricane (pending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang