[ i ]. One Disastrous Day

660 151 22
                                    

Uchiha Sasuke dan Yamanaka Ino berpacaran.

Tampaknya tidak ada yang terkejut dengan berita itu. Antara orang yang bersikap masa bodoh dengan kehidupan sang primadona atau sebagian besar populasi kampus sudah menduga hal ini akan terjadi, intinya tidak ada yang benar-benar terlihat terkejut.

Mungkin patah hati banyak, dan salah satu pihak yang sedang diradang sakit hati adalah Haruno Sakura.

Dia tampak berwajah masam sejak menginjakkan kaki di entrance gedung fakultasnya. Bahkan jauh sebelum dia berangkat dan mendapati berita itu dari perbincangan teleponnya dengan Hinata, Sakura sudah memulai harinya dengan sangat buruk.

Oh, dia pasti gila. Konyolnya dia mengira akan terjadi sesuatu yang lebih dari basa-basi senior antara dia dan Sasuke ketika lelaki itu secara gamblang memintanya menyimpan nomor pribadi, mengantarnya pulang, dan mengakrabkan diri dengannya. Ternyata Sakura benar-benar naive dan terlalu percaya diri bahwa Uchiha Sasuke memang berniat mendekatkan diri dengannya tanpa membawa embel-embel Sasori maupun Karin.

"Lihat siapa yang datang pagi-pagi seperti korban banjir."

Sakura tidak perlu repot menoleh untuk tahu bahwa Hinata kini ada di sebelahnya, pasti sedang tersenyum menyebalkan dan menatapnya prihatin. Hinata memang sangat cocok berperan sebagai tokoh antagonis, dia sendiri heran kenapa mau berteman dengan nona Hyuga ini.

"Aku tidak mood untuk berdandan," dia berkata jujur dan semua orang bisa menilai bahwa dia memang jujur. Sakura mengenakan hoodie berwarna pink pastel dan baggy jeans beserta sneakers. Bahkan sepertinya gadis ini tidak memakai make up untuk berangkat ke kampus hari ini.

"Aku bisa melihatnya," Hinata menghela napas. Kemudian dia menggeleng, "girlie, kau tampak kacau. Maksudku, anak komunikasi harus selalu tampil necis dan seksi, sekarang kau terlihat seperti gelandangan."

"Tidak ada kelas Kurenai hari ini," dia berucap enteng. Alasan lain dia berpakaian seadanya selain patah hati adalah karena kelas Kurenai ditiadakan untuk sementara waktu. Dosen Kurenai punya peraturan ketat tentang cara berpakaian muridnya, maka ia merasa cukup terselamatkan.

"Sakura... kau selalu seperti ini setiap kali ada kabar Sasuke punya teman kencan yang bukan kau... tidak lelah?" Hinata menghela napas. Ini bukan pertama atau kedua kalinya kabar Sasuke berkencan dengan gadis baru terdengar, entah sudah berapa banyak rotasi gadis yang terjadi dalam waktu kurang dari enam bulan. Hinata kaget melihat Sakura yang seolah tidak pernah belajar.

Sakura mungkin ingin menceritakan pada Hinata soal Sasuke yang mengantarnya pulang, mereka yang saling bicara tanpa membahas baik Karin maupun Sasori, bahkan tingkah sederhana yang manis dari lelaki itu. Namun dia tahu Hinata akan menatapnya kasihan dan dia tidak suka ada orang lain mengasihaninya selain dirinya sendiri. Jadi dia hanya mengulas senyum kecil, lalu mereka melupakan percakapan itu.

"Ah, omong-omong, Tenten mau mengadakan pesta kecil-kecilan karena proyek praktiknya berjalan lancar. Dia mendapat nilai yang bagus dari Jiraiya."

"Begitu? Di mana dan kapan?"

"Katanya sekalian merayakan ulang tahun Neji," Hinata mendengus, "dasar pasangan baru itu, berlebihan sekali. Mentang sudah jadian selalu merencanakan hal bersamaan."

"Kau ini terlalu sarkas bahkan kepada hubungan kakakmu dan temanmu," Sakura mendengus, "coba kau pacaran, nanti jika saatnya tiba aku akan mengejekmu bahkan jika kalian bernapas bersampingan."

"Aku tidak akan membayangkan aku berpacaran. Tidak terima kasih."

Sakura tertawa kecil. Tidak seperti dirinya yang setidaknya pernah berpacaran, Hinata sama sekali belum pernah terlibat hubungan romansa. Gadis itu memang bukan tipe perempuan religius garis keras yang menolak hubungan romansa selain dengan Tuhan, tetapi Hinata punya standar yang sangat tinggi untuk memilih pasangan hingga tidak ada satu pun yang memenuhi kualifikasi.

Little ThingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang