Sasori menyugar rambutnya yang setengah kering. Restoran ramen yang letaknya berada di wilayah kampus tampak ramai dipadati mahasiswa yang bergerombol membentuk kelompok kecil. Teman-temannya juga ada di sana, di salah satu meja panjang dengan laptop tersebar di atasnya.
"Kau bawa flashdisk ku?" Bokongnya baru menyentuh permukaan kursi ketika suara menyebalkan Naruto terdengar. "Kenapa melihatku? Mana file nya, cepaaaat!"
"Aku baru duduk brengsek, setidaknya tanya dulu aku pesan apa."
"Itu tugas paman Teuchi, sini mana tugasnya."
Sasori mendengus dan merogoh saku celananya. Benda persegi itu ada di sana dan segera berpindah tangan ke si pirang.
"Hei, kudengar Sakura masuk rumah sakit. Adikmu oke?" Neji buka suara.
"Lagi? Bukannya bulan lalu dia juga dilarikan ke klinik?" Yahiko menimpali.
"Dia bodoh tapi dia selamat," Sasori menghela napas. Dia kemudian melirik ke arah Sasuke yang duduk di seberang meja, menatapnya penuh kuriositas, "hei Sas, untuk yang tadi terima kasih."
Sasuke mengangguk seadanya kemudian pria itu kembali menunduk menatap laptopnya.
Malam ini rombongan itu tidak singgah di Taka. Ujian di depan mata dan sebagai mahasiswa tingkat akhir mereka punya setumpuk essai yang harus dikerjakan. Nakal boleh, bodoh jangan. Sasori harus mengapresiasi pegangan hidup yang dianut para begundal ini.
"Sasori..." Sasuke memanggil namanya tepat ketika semangkuk ramen mengepul panas diletakkan di meja. Lelaki merah itu mengernyit, cukup aneh mendengar Sasuke melafalkan namanya tanpa embel-embel.
"Hm? Apa?"
"Kau ikut lomba essai universitas?"
"He'em... kenapa?"
"Temamu soal kebijakan futuristik?"
"Iya..." Sasori menyeruput mie nya dengan alis bertaut, "kenapa? Ada yang aneh?"
Sasuke menggeleng, "aku berpikir untuk mengambilnya."
Penghuni meja terdiam mencermati ucapan Sasuke. Serius? Bahkan Sasori sendiri menghentikan kunyahannya untuk benar-benar mengerti.
"Kau bercanda?" pria merah itu berdecak.
"Aku serius."
"Man, buat apa?" Naruto mendengus, "kukira kau lebih tertarik debat."
"Coba ulangi, kau mau mengambil ide ku?!" Sasori menaikkan suara. Lomba universitas Hidden adalah lomba yang cukup bergengsi dan Sasori cukup optimis dengan topik yang dia pilih. Memenangi kompetisi ini akan bagus untuk CV nya kedepan dan Sasuke yang secara gamblang ingin mencuri idenya adalah bentuk pengkhianatan.
"Bukan ide, aku hanya bercanda soal itu. Maksudku kurasa aku juga ingin ikut."
"Astagaaa, si bodoh ini. Kalau ngomong jangan dipotong-potong, Aku hampir menendangmu ketika mendengar kau berniat merebut ideku." Sasori mengerang disambut tawa dari teman-temannya. Kebiasaan Sasuke yang bicara setengah-setengah kadang membuat orang salah kaprah dan terlanjur emosi.
"Aku penasaran..." Sasuke melepaskan kaca matanya dan meletakkan di atas meja, dia kemudian memangku wajah, "kalau kubilang aku ingin merebut adikmu apa kau berniat menendangku juga?"
Hening. Benar-benar hening secara mendadak. Sepertinya perkumpulan orang pintar ini butuh waktu untuk menyerap informasi yang keluar.
"Kau... Apa?"
Naruto tersedak kuah ramen, Neji terbatuk pelan, dan Yahiko yang sedari tadi menyumpal telinga dengan lagu, membuka earphone nya.
"Aku suka Sakura, apa itu diperbolehkan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Things
FanfictionSakura menyukai Sasuke, mungkin ia rasa terlalu jelas seolah tertulis dengan huruf kapital di dahinya. Dari mulai hal remeh sampai poin paling spesifik dari figurnya, Sakura sudah memperhatikan pria itu diam-diam dan tidak berhenti menyukainya bahka...