CAUTION!
Banyak kata explicit, jika tidak tahu arti maka cari di google atau komen.
Cerita ini harus dengan bimbingan orang tua
÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷Seperti biasa, perpustakan adalah tempat yang membuatku bahagia, juga 'terangsang' karena banyak wanita yang nampak cerdas berkeliaran di sini.
Bagiku mencari wanita idaman tidak mudah, walaupun pekerjaanku membahagiakan para gadis yang tidak sama sekali membuatku tertarik.
Berdandan cantik, memiliki tubuh yang mempesona di balut pakaian yang indah. Jika boleh ku katakan itu bukan fetish ku.
Baiklah, meniduri wanita mungkin sudah menjadi habits ku.
Setelah mereka mencapai 'puncak' lalu mereka akan berkata "Aku Sayang Kamu"
Oh aku sudah muak dengan kalimat itu. Seumur hidupku kalimat itu hanya aku ucapkan kepada mendiang ibuku. Selebihnya hanya omong kosong.
Sekilas tentangku, aku pengangguran namun aku bukan pemalas. Memang kerjaku hanya tiduran, makan dari uang para gadis yang berpikir aku menyukai mereka dan merenungi apa yang sudah aku lakukan.
Tapi otak ku akhir-akhir ini berpikir lebih keras dari biasanya.
Lihat aku sekarang nampak seperti pria hidung belang saat menatap wanita yang berada di hadapanku.
Mina, namanya cantik bukan? Gadis yang sudah menyentuh fetishku. Gadis yang tergila-gila dengan pemerintahan Rusia, Gadis yang ingin menjadi seorang guru, Gadis yang aku temui di cafe dimana aku bekerja dulu.
"Ty seksual'nyy (kamu seksi)" ucapku membuat gadis itu tersenyum ketika aku memujinya
Pelafalanku buruk? Tapi sungguh dia sangat seksi. Apa kalian berpikir kata itu menjijikan? Ku beritahu, seksi versiku tidak sama seperti kalian.
"Yerunda!! (Omong kosong)" kini giliran aku yang terkekeh. Tentu saja ia akan mengerti apa yang aku ucapkan. Bahkan aku mempelajari bahasa Rusia karenanya.
Gadis yang super open minded. Dia sangat terbuka dan menerima gagasan orang lain tapi dia tidak akan segan-segan menyanggah jika ia pikir itu tidak rasional. Menarik bukan?
Gadis introvert yang sangat skeptis. Awalnya ia tidak menyukaiku. Pria SKSD yang selalu berbicara manis. Penolakan yang membuatku gencar untuk mendekatinya saat itu. Perdebatan hebat tentang jatuh cinta, membuat ia mau menanggapi pria seperti itu.
Oh tentang jatuh cinta, menurutku frasa itu sangat menggelitik. Bayangkan, kalian sudah jatuh tapi bahagia. Lucu bukan pola pikirku? Tapi percayalah, aku tidak suka dengan kata itu.
Bagiku cinta hanya kata kiasan, di ucapkan orang-orang malas yang tidak bisa mencari kata lain untuk memuji.
Tentang kami. Kami dekat tidak terlalu lama, jika harus ku hitung mungkin sudah 76 hari tapi jika salah maafkan, aku cukup buruk dalam mengingat.
Oh aku luruskan sebelumnya, kami tidak berpacaran. Sudah ku bilang, dia skeptical. Dia sangat sulit di dekati dan ia harus paham dulu dirimu tapi Mina tahu sekali bagaimana hidupku. Bahkan ia tahu nama-nama kekasihku, mungkin itu juga yang menjadi keraguan baginya.
"Aku tidak ingin menyakiti, aku ingin sembuh tanpa harus melukai"
Sana salah satu yang ia maksudkan. Mina selalu tertarik jika aku sudah menceritakan gadis itu. Terkadang aku bingung apa yang ada dalam pikiran Mina. Sementara aku pasti akan marah jika ia sudah membahas tentang Tzuyu, mantan kekasihnya.
Aku memang kekanakan!
"Stop mention orang lain kalo kita lagi ngobrol"
Aku sering mengatakan itu jika dalam obrolan ia menyebutkan dua nama tersebut.
"Kamu udah makan?" Mina berhenti membaca dan membagikan pandangannya padaku.
Dia selalu seperti itu, dia tidak suka jika aku sudah telat makan. Apalagi aku yang biasa mengisi tubuhku dengan rokok dan kopi. Dia sering memanggilku "kakek-kakek" karena kebiasaan itu.
"Lanjut aja baca nya, aku makan kalo kamu udah kelar baca" balasku dengan memberikan senyuman yang manis padanya
Perlahan ia melepas kacamata dan menatapku. Lalu seringai terbentuk di wajahku.
"Yaudah ayo" aksi itu selalu sukses membuatnya mengalihkan atensi dari buku-buku yang ia baca di perpustakaan ini.
Ia mulai beranjak dari kursi, aku mengikutinya dari belakang. Aku tahu tujuan dia kemana. Gitarpun sudah aku gendong di belakang.
Tidak ada alasan penting bagiku membawa gitar ke perpustakan. Namun aku hanya suka ketika orang menatapku aneh. Aku suka menjadi tontonan dengan tatapan asing.
"Biasain makan tuh gausah di ingetin, kamu harus inget sama 'kewajiban' kamu!" Ujarnya yang masih berjalan di depanku setelah kami keluar dari perpustakaan umum tersebut.
Aku tidak terlalu suka jika ada orang yang mengingatkanku tentang makan, alasannya terkadang hanya sebatas basa basi tapi percayalah Mina menyebut makan sebagai 'kewajiban' aku bahkan menahan tawa saat ia mengatakan itu.
"Kewajiban? Kasian ya, para pemulung dan beberapa homeless pasti mereka paling banyak mengumpulkan dosa karena tidak menunaikan kewajiban haha" kekehanku di balas delikan mata olehnya
"Bersyukurlah kamu masih di beri rezeki untuk bisa makan, bukan malah menjadikannya lelucon!" Jika wanita lain mungkin akan ngambek karena statement nya aku sanggah. Mereka akan mengeluarkan nada yang manja, tujuannya untuk membuat kita merasa bersalah karena telah berprilaku menyebalkan.
Mina tidak! Dia sangat kaku, bahkan berucap pun dia nampak seperti seorang penyair, kadang ia menggunakan bahasa formal yang membuatku berpikir sejenak.
Dia wanita tegas, jika berbicara dengannya harus konkret dan jangan lupakan, dia keras kepala.
Oh dia juga baik. Jika kamu butuh bantuannya katakan dengan jelas, maka dia akan membantu. Ingat! Harus jelas!
Tapi percayalah dia juga wanita biasa yang bisa tersipu jika sudah di puji.
Perilaku yang nampaknya menyebalkan itu hanya sebuah tameng. Ia takut terluka, maka ia membatasi dirinya. Ia berbicara tegas agar terdengar mengintimidasi lawan bicara, dia posesif karena ia terlalu khawatir dan ia keras kepala karena takut dirinya terluka oleh orang lain. Sederhana, dia hanya ingin terlihat kuat.
Observasiku terhadapnya sudah cukup dalam.
Ga akan banyak chapter. Paling 4-5 tapi karena di oneshot pasti bakal kepanjangan dan banyak kata nya. Jadi bikin aja pisah.
Isinya hanya bercerita tentang sudut pandang Chaeyoung kepada Mina
Anggap aja ini kayak podcast secara tertulis, karena hanya tentang berbagi sudut pandang hahah
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't say "I love You"
FanfictionAku Son Chaeyoung. Pria dengan idealisme tinggi, musisi tidak terlalu terkenal, pengangguran dan 'gigolo' bagi beberapa wanita. "Bertahan hidup kadang harus mengorbankan harga dirimu" Aku akan bercerita tentang seorang gadis yang aku kagumi. Mari...