Anomali & Ikan Goreng

508 58 31
                                    

Tujuan kami adalah kostan Mina. Ia sedang memasak sekarang. Senyum tidak henti merekah di wajahku setiap melihat aksinya yang lihai memotong sayuran.

"Goreng ikannya nanti aja pas udah selesai masak yang lain, nanti aku mual" ucapku membuat Mina berdecak kesal.

Dia keras kepala dan aku fasisme. Kita hampir mirip, maka dari itu kita sering berdebat.

Oh aku tahu alasan kenapa ibu dulu sering berkata "abong sawedal" jika ayah dan aku bertengkar. Kata orang sunda jika kita lahir di hari yang sama biasanya akan selalu bertengkar. Mungkinkah karena banyaknya kemiripan dari diri kita? Ah sudahlah, biarkan itu menjadi pikiranku sendiri.

"Kamu tuh harus belajar makan ikan!" Ucapnya dengan masih fokus pada masakannya

"Engga mau! Apaan sih maksa banget. Yaudah aku engga akan makan kalo gitu!" Biasanya dia akan tersenyum jika aku sudah bertingkah seperti ini dan mengatakan jika aku itu manis tapi nampaknya sekarang ia sedang memasang mode jual mahal

"Yaudah kalo engga mau makan" ucapnya seraya menuangkan sayur kangkung ke piring.

"Idih! Aku pulang ah" aku beranjak karena ia tidak seperti biasanya.

Namun dengan cepat ia menahan tanganku.

"Bilang dulu 'i love you' nanti aku engga akan maksa kamu makan ikan" tantangnya sembari menyeringai.

Aku hanya tertawa mendengar itu. Dia suka sekali menggodaku. Padahal ia tahu jika aku tidak akan pernah mengatakan kalimat itu padanya.

"Kamu tahu? 'I love you' cuma di katakan orang-orang bodoh!" Ia mengernyit saat mendengar penuturanku. Ekspresi kebingungan nampak jelas di wajahnya

"Kenapa?" Perlahan ia melepaskan genggaman tangannya

"Kalimat yang sering di ucapkan sehingga artinya seolah biasa dan tidak berarti, itu di sebut?"

"Klise maksud kamu?"

Aku hanya tersenyum menampilkan deretan gigiku. Komunikasiku dengannya sangat nyambung. Aku mengagguminya.

"Oke kalimat itu klise tapi kan itu juga ekspresi perasaan sayang"

"I adore you, you had 'sexy brain' " ucapku tentu membuatnya tersipu

"See? Tanpa kalimat 'i love you' pun aku bisa bikin kamu melting"

"Ya karena kamu fuckboy kalo kata remaja zaman sekarang"

"Fuckboy? Tingkatanku beribu-ribu kali lipat dari mereka. Engga boleh lah kamu samain aku sama mereka" sergahku tidak terima dengan pernyataannya.

Mina mengangkat alisnya sebelah dengan senyum yang seperti meremehkanku.

"Kamu sering bilang kalimat itu ke cewek-cewek yang ada di handphone kamu" ia mencoba menyudutkanku

Berbohong dan jujur beda tipis. Ketika kamu kasmaran kalimat bualanpun akan nampak terdengar begitu jujur dan manis.

"Level kamu dan mereka beda. Coba sekarang aku mau nanya, apa itu 'Love'?" Ia tersenyum mengerti apa yang aku maksud.

Apa dia akan berpikir seperti wanita pada umumnya yang sangat mengagungkan kata 'cinta'? Tidak mungkin! Dia Mina, dia gadis skeptis yang penuh dengan rasa trauma.

"4 letter. Synonyms with suck" ucapnya membuat senyumku mengembang

Ku tepuk kepalanya dan ia tersenyum begitu manis karena merasa puas dengan jawabannya sendiri

"Aneh aja kedengerannya pas kita bilang kata itu, sedangkan kita engga tau perasaan kita itu apa sebenernya. Kamu tahu kan, aku engga suka hal yang praktis, frasa itu banyak. Kamu harus berbicara lebih jelas dan jujur, bahkan tentang perasaanmu" ia tertegun mendengar jawabanku

Apa kalian tersinggung? Silahkan, tujuanku mengatakan itu memang untuk menyinggung orang-orang yang dengan mudah mengatakan kata "sayang" kepada pasangannya. Mina pun sering mengatakan itu namun tidak pernah aku respon.

"Professionalitas" ucapku yang nampkanya membuyarkan lamunan Mina, mungkin ia sedang merenungi kalimat yang aku ucapkan.

"Banyak aktor yang terjerat skandal, padahal ia sering berperan protagonis. Begitupun aku yang seorang 'gigolo' di tuntut harus bisa berperan sebagai 'bukan diriku' yang begitu manis"

"Anomali" aku tersenyum saat ia mengatakan itu. Itu pujian, aku suka jika ia sudah mengatakan kata itu padaku.

Otak ku selalu memaksa untuk berbeda dari orang lain, begitupun hatiku yang seolah sinkron. Maka Mina sering menyebutku 'anomali' karena pola pikir yang selalu antimainstream.

"Aku sexy engga? Sexy ya? Soalnya kamu diem haha Kadang aku mikir yang skeptis itu kamu atau aku?" Mina mengangkat kedua bahu nya dan berbalik untuk kembali masak. Aku mengekorinya dari belakang dengan terus mengatakan jika aku sexy.














Yo pusing gue~

Don't say "I love You"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang