Doing or Nothing

426 54 24
                                    

Aku masih memandangi Mina yang tidak henti menguap sejak pukul 10 malam.

"Jam tidur aku mendingan sekarang"

Itu kata Mina tapi tidak denganku. Semenjak berhenti menyanyi di cafe atau boleh ku sebut menganggur, jam tidurku semakin tak teratur. Aku bisa tidur pukul 3 dini hari dan bangun pukul 7. Terus berlanjut semenjak 2 minggu terakhir.

"Kamu engga akan tidur?" Mata Mina begitu sayu namun ia mati-matian menahan kantuknya

Aku menginap, ia takut jika aku melakukan hal yang tidak ia harapkan.

Kenapa dia tidak mengusirku? Ku bilang, aku sangat kukuh pada pendirian.

"Cewek lain malah pengen tidur bareng aku" ujarku dengan penuh percaya diri membuat Mina tersenyum miring

"Lagian kamu kan udah lakuin sebelumnya" tambahku menyebutkan sedikit history tentang Mina.

"Kalo sebatas tidur di kasur yang sama aku engga masalah tapi aku engga yakin kamu bisa tahan kalo udah deket-deket" kembali aku tergelak di buatnya

"Liat aku"

"Muka kayak gini yang kamu tolak?" Aku mencoba memastikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Muka kayak gini yang kamu tolak?" Aku mencoba memastikan

Dia mengangguk dengan mata yang tertutup. Dia menggemaskan! Oh tolong tuhan!

"Kamu udah masak buat aku, jadi aku harus kasih kamu hadiah" ucapku membuat Mina tersenyum kecil

Sebelum percakapan 'tidur bareng' terjadi, kami sempat 'bedah buku' dan hasilnya Mina membuatku terkagum. Jujur saja ia membuat libidoku meninggi setiap mengatakan kata yang tidak aku ketahui dan sulit di ucapkan.

"Kita engga akan pernah berhubungan badan! Aku tidak ingin membangun perasaan lebih kuat dari ini. Cukup segini saja, aku takut menuntut ketika aku merasa memiliki kamu dan aku masih trauma" dia benar-benar kaku.

Kita sama-sama ketakutan. Aku takut dengan tuntutan, dia takut merasa memiliki.

Tapi tentang pengalaman buruk. Kami sama-sama mempunyai trauma tersendiri. Tentu saja, aku seperti ini pun adalah 'efek' dari masa laluku. Aku terbiasa di manja dengan segala fasilitas yang diberi para mantan kekasihku.

Dia belum seutuhnya merubahku tapi hanya kepada dia aku bisa marah karena telah membantu meringankan biaya harianku. 

Jujur saja aku ingin lepas dari semua ini. Namun kembali lagi, realita mengalahkan idealisme.

Kita terbuka saja. Julukan gigolo itu aku yang menyematkannya sendiri.

Banyak wanita yang seolah meminta 'jasaku' untuk membuat mereka aman dan nyaman karena memiliki kekasih sepertiku. Achievement nya adalah aku di biayai oleh mereka.

Bukankah itu seperti gigolo?

"Yaudah aku mau nginep di rumah Sana aja" matanya tiba-tiba membulat, pandangan ia arahkan pada jam dinding kamar kost nya

"Jam 2 loh!" ucapnya yang nampak terkejut

"Ya engga apa-apa atau harus cewek lain? Aku ikutin mau kamu" Mina mengerutkan alisnya setelah aku mengatakan itu. Otak nya nampak sedikit berpikir lebih keras, bisa terlihat dari slow respond nya ia menanggapi kalimatku.

"Cewek mana yang aku harus tidurin malam ini?"

"Hah?"

"Kurang jelas?"

"Yaudah, tidur aja sama cewek lain. Untuk kita yang sudah mengalami, kebutuhan biologis memang di perlukan" ucapnya membuatku tertawa kecil.

Kami saling tertarik satu sama lain tapi kami tidak pernah menuntut hal-hal aneh layaknya orang yang sedang 'jatuh cinta'.

Jika aku menginginkan sesuatu, lalu Mina tidak bisa memberikannya, maka ia akan memperbolehkanku untuk mencari di wanita lain.

Dengan catatan, aku tidak boleh menceritakan padanya. Ia mengijinkanku untuk berbohong atau menutupi sesuatu dengan alasan agar hubungan terjaga baik.

Nyata nya, aku tidak bisa berbohong pada Mina. Lagi pula aku memang bukan seorang pembohong. Aku senang mengenalnya, sebab kejujuranku seburuk apapun itu bisa ia terima. Walaupun terkadang menyakitinya tapi tenang, aku manusia berotak, tentu saja aku masih menjaga perasaanya.

Mina seperti menemukan sesuatu yang selalu aku sembunyikan dari orang lain dan aku bersyukur dia bisa menerima itu dengan pikiran terbuka.

"Jadi aku boleh tidur sama cewek lain?" Mina mengangguk pasti dan membuatku tersenyum

"Yaudah, aku tidur di sofa. Aku cuma pengen ngobrol sama kamu, maaf aku agak otoriter maksa kamu buat nemenin" kalimatku seolah tidak di dengar olehnya

Ia segera menarik selimut dan membelakangiku.

Pasti kalian berpikir, kenapa tidak dari tadi saja? Pikiran kita rumit, sangat rumit. Lagi pula jika aku jelaskan belum tentu itu akan membuat kalian tertarik.








Ribet ya?

Don't say "I love You"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang