star -yeonbin

1.8K 151 8
                                    

Malam itu sangat terang, indah dan tenang. Menguarkan suasana nyaman nan pas untuk pergi keluar bahkan jika sekedar untuk berjalan-jalan dan menghirup udara malam yang segar sekaligus menikmati keindahan langit malam yang dipenuhi dengan pernak pernik bintang.

Bahkan untuk Soobin yang biasanya lebih senang berada dibawah selimutnya pun merasa jauh lebih nyaman diluar saat ini. Menikmati angin malam yang berhembus tenang diatas kursi mewah panjang. Apalagi sekarang ini dia dengan kekasihnya, Choi Yeonjun. Orang yang bisa dibilang telah merubah keseluruhan hidup membosankan seorang Choi Soobin.

Siapa sangka, seorang ketua tim basket yang dipuja oleh seluruh kalangan siswa siswi bahkan dari sekolah lain sekarang malah berada di sisinya, memeluk pinggangnya lembut sambil menatap langit malam bersamanya.

Berawal dari ketidak sengajaan, keduanya bertemu di perpustakaan. Yeonjun yang menghindari kejaran fans brutalnya dan Soobin yang sedang mempelajari deretan angka untuk ulangan harian.

Merasa terusik, Soobin mengalihkan pandangan dari buku tebalnya ke Yeonjun yang sedang sibuk mengatur nafas dan mengumpati orang-orang yang mungkin sedang berkeliling sekolah hanya untuk mencari sosoknya.

Tatapan mata mereka bertemu. Seolah waktu terhenti saat itu, nafas Soobin ikut berhenti, berbalik dengan jantungnya yang berdegup kencang.

Yeonjun menatap makhluk manis di depannya. Hati dan otaknya berkompromi untuk mengajak makhluk itu segera berkenalan.

"Hai, aku tidak pernah melihatmu, kau siapa?"

"Choi Soobin, s.. salam kenal"

"Nee, salam kenal, aku Choi Yeonjun, kau pasti kenal aku kan, hahaha"

Soobin tidak menyangka, pertemuannya dengan Choi Yeonjun hari itu seolah mengubah hari-harinya. Rasa bosan karena selalu sendirian di dalam ruangan besar dengan belasan rak buku itu hilang.

Yeonjun hampir selalu datang, saat Soobin sedang berkonsentrasi dengan buku atau tugasnya, kapten tim basket itu selalu datang dan menyapanya. Kemudian mengajaknya bicara sampai bel masuk tiba.

Sampai akhirnya, Yeonjun mengutarakan perasaanya, mengungkapkan rasa suka dan sayangnya pada Soobin. Dengan latar yang sama, perpustakaan luas yang sunyi namun nyaman.

Tidak ada seorangpun yang tau. Soobin yang meminta, biarlah mereka menyembunyikan hubungan mereka, tak perlu diumbar dan diumumkan ke semua orang. Toh mereka juga akan tau sendiri nantinya.

Dan dengan senang hati Yeonjun menyetujuinya, sama sekali tidak keberatan. Bukankah jauh lebih baik seperti itu.

Semakin sedikit orang yang tau, semakin kecil pula resiko mereka untuk berpisah.

🌆

Soobin terkekeh pelan, membuat Yeonjun yang memejamkan matanya sembari memeluk Soobin tersentak pelan.

"Kenapa, hmm?"

Soobin menggelengkan kepalanya pelan. Kemudian mengelus pelan jari Yeonjun yang ada di perutnya.

"Enggak, tiba-tiba keinget aja pas pertama kali kita ketemu"

Yeonjun tersenyum.

"Kamu nerd banget waktu itu, sendirian, baca buku tebel, pake kacamata tebel juga haha"

Bibir Soobin mengerucut, entah harus merasa kesal atau merasa malu. Elusannya pada jari Yeonjun berganti menjadi pukulan pelan, tidak terasa sakit sedikitpun.

"Waktu itu lensaku hilang tau, makanya pake kacamata"

"Iya sayang, jangan ngambek gitu, gemesnya kelewatan"

Telinga Soobin memerah, padahal sudah berkali-kali dia mendengar gombalan-gombalan garing Yeonjun, tetap saja pipi dan telinganya mengeluarkan pigmen merah yang sayangnya tidak bisa dia hentikan.

"Dan waktu itu aku kaget banget, ternyata ada orang yang enggak bertingkah lebay dan sok manja di depanku"

Memang, bahkan Yeonjun hanya menghembuskan nafas saja sudah banyak siswa ataupun siswi yang berteriak lebay. Bertingkah sok manja di hadapannya. Sungguh menjengkelkan.

"Geli kak"

Yeonjun terkekeh, mengeratkan pelukannya.

"Iya makanya aku suka kamu"

Pigmen merah di pipi Soobin semakin terlihat jelas. Gelapnya malam tidak akan bisa menutupinya barang sedikitpun. Membuat oknum Choi yang sedang memeluknya ini merasa bertambah gemas.

"Kakak suka aku gara-gara aku nggak lebay?"
Tanya Soobin tiba-tiba.

"Itu salah satu alasannya, tapi ya nggak karena itu juga"

"Oh? Terus kenapa?"

Yeonjun terdiam. Soobin pun diam, tidak ingin memaksa, jika Yeonjun tidak mau menjawab juga tidak apa-apa. Toh kata orang cinta tidak butuh alasan.

Faktanya, Yeonjun sedang memikirkan jawaban untuk pertanyaan Soobin. Setelah mendapatkan jawabannya, Yeonjun meletakkan dagunya di bahu Soobin. Menatap ke arah langit.

"Kamu itu beda, kayak...
Kalau orang lain itu bintang yang bergerombol, kamu itu bintang yang sendirian, tapi sinar yang kamu pancarkan jauh lebih terang dan hangat dibandingkan sinar bintang yang lain.
Aku beruntung banget jadi orang yang dapetin kamu, yang bisa ngerasain hangatnya sinar yang kamu pancarin tanpa perlu dibagi ke orang lain. Kamu punyaku, sinar kamu, pesona kamu itu punyaku, gaboleh ada yang minta dan gaakan ada yang boleh ambil."

Soobin ingin meleleh. Dia hanya iseng bertanya, tak menyangka kekasihnya itu akan menjawabnya dengan serius, bahkan secara terang-terangan mengklaim Soobin sebagai miliknya. Demi bonekanya Hyuka yang kemarin telinganya copot. Soobin merasa ada ribuan kupu-kupu diperutnya yang keluar dan membuat jiwa Soobin melayang di angkasa.

"Aku juga beruntung banget bisa jadi pacarnya kakak, jujur aku nggak nyangka, aku yang bosenin gini malah bisa jadi pacar kakak yang populernya sampe sekolah sebelah haha"

"Jadi pacar doang? Jadi masa depan kakak juga dong"

Sekali lagi, Soobin memukul pelan tangan Yeonjun yang dari tadi masih melingkar di pinggang Soobin.

"Bintangnya kakak malu nih, lucu banget"

"Kaaak!!"

"Hahaha"

Kalau Soobin itu bintang yang sendirian, maka Yeonjun adalah bagian langit yang bersedia memberi bintang itu tempat untuk tinggal.

Diam-diam di dalam hati Soobin bertekad, dia gabakal biarin ada bintang lain yang masuk dan tinggal di sebagian langit yang dia tempati. Yeonjun itu langitnya, dan cuma dia yang boleh ada disitu.

~~~~~~~~~~~~•••yeonbin•••~~~~~~~~~~~~~

Taegyu Yeonbin // drabble, oneshot, twoshoot, shortficTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang